Happy Reading!
Kini jarum jam telah menunjukkan angka satu siang, di mana sang surya terlihat sedang berperan diri dalam memaksimalkan kekuatan sinarnya yang menyorot ke seluruh isi bumi terutama makhluk hidup dari kaum Adam dan Hawa.
Meskipun begitu, mereka tetap melanjutkan aktivitas terjadwalnya masing-masing, seperti kala ini. Pada jam olahraga berlangsung, seluruh murid kelas 11 Ipa 2 tengah berkumpul di lapangan seraya tangannya sibuk saling melambungkan bola voli ke udara, tak peduli keringat sudah membanjiri sekujur tubuh mereka karena semakin banyak energi yang terkuras.
"Ini kenapa gak mau lurus mulu sih bolanya?! Padahal posisi tangannya udah bener!" kesal seorang gadis pada dirinya sendiri sembari berjalan kilat menghampiri bola miliknya yang sedang menggelinding ria di atas tanah akibat perbuatannya.
"Ayo coba main denganku." ujar sosok lelaki tak lama kemudian yang berjalan ke arahnya sembari membawa bola di sisi kanan tubuhnya.
"Ahh Lix, waktu latihan tinggal lima belas menit lagi tapi aku masih gak bisa bisa.." lirih Vanesa dengan raut wajah sedih sambil memeluk bola.
"Tidak papa, yang penting sekarang kamu coba dulu main bersama orang." tutur Felix lalu ia pun memundurkan langkahnya berniat memberi jarak untuk memulai permainan. Vanesa masih terlihat ragu namun mau tak mau ia menurut, ia tidak ingin nilainya merah hanya karena bola voli.
Sangat memalukan.
"Aku akan pelan-pelan, tenang saja. Matamu hanya cukup terfokus pada bolanya." pesan Felix seraya menunjuk matanya sendiri kemudian beralih menunjuk bola yang dipegangnya.
Vanesa mengangguk paham, lalu ia mulai memasang posisi. Kedua kakinya dilebarkan dan sedikit menekuk pada bagian lutut, selanjutnya ia membungkukkan badannya dengan kedua tangan terkepal lurus ke depan.
Setelah siap sempurna, Felix langsung mengambil ancang-ancang untuk men-service bola. Dalam hitungan tiga detik, bola yang sebelumnya berada di tangannya, kini sudah terbang bebas di udara.
Buk!
Vanesa spontan membalikkan serangan bola dari Felix dengan teknik passing bawah. Akan tetapi hasil pukulannya miring, ia pun mendecak sebal. Untungnya Felix masih bisa membalasnya membuat Vanesa mulai serius kembali.
Ketika pukulan kedua, hasilnya malah semakin miring membuat bola tersebut jauh dari jangkauan Felix dan alhasil mendarat di atas pot tanaman dekat aula, dengan senang hati lelaki itu pun mengambilnya.
"Felix maaf yaaaa!" Seru Vanesa kala Felix sudah kembali di posisi awalnya. Lelaki itu hanya merespon dengan kekehan kecil.
Tak lama mereka berdua kembali bermain, namun lambat laun permainan tersebut berubah suasana hingga membuahkan canda tawa dari keduanya. Entah karena Vanesa yang terlalu noob atau Felix yang selalu pasrah mengambil bola akibat hasil lemparan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Side | Felix ✓
Mystery / Thriller[Fin] [17+] Seorang pembunuh seharusnya mengorbankan mangsanya bukannya melindungi. ❝Siapa kau sebenarnya?❞ ﹂©nissaynut, 2020