Part 1

5.5K 297 2
                                    

7 Februari 2021

•••

"Sayang ...." Wanita muda itu memeluk seorang pria yang terbaring lemah di atas kasur, ia kemudian melepaskannya dan terlihat wajah lelah itu berusaha menyesuaikan indera penglihatan di ruangan lumayan terang itu. "Akhirnya ... kamu bangun ...." Diusapnya keningnya yang diperban sedemikian rupa.

Pria muda itu mengerang, kemudian menatap bingung sekitaran. Terlihat selain wanita muda itu, ada juga sepasang wanita dan pria tua, serta orang-orang lain.

Ia mengerutkan kening. "Kalian siapa?" Pertanyaan yang mengagetkan mereka semua. "I-ini ... kenapa ...."

"Gaege!" Wanita muda itu menangis, pun memeluk pria muda tersebut, Gaege, dengan erat.

Gaege, masih kelihatan bingung, berusaha mencerna apa yang terjadi di sekitarnya. Tak lama kemudian, dokter masuk, memeriksa pria tersebut sedemikian rupa dan didapatkannyalah diagnosisnya.

"Risiko dari benturan dan operasi, kemungkinan besar sebagian ingatan akan menghilang, tetapi ibu tak perlu khawatir. Ini kemungkinan besar pun hanyalah efek sementara, tidak perlu dipaksakan, bantulah perlahan-lahan suami Ibu mengingat masa lalunya."

Wanita muda yang mendengar penjelasan dari sang dokter tersenyum kecut. "Baik, Dok, terima kasih ...."

Setelah percakapan penting antar ia dan dokter itu, wanita tersebut pun kembali ke ruangan di mana suaminya dirawat. Ia tengah disuapi seorang wanita tua yang ada di sana dan kehadirannya ditatap mereka.

"Mah, biar aku yang lanjutin suapi Gaege, ya." Wanita tua itu, ibunya, tersenyum hangat. Pun berdiri, menghampiri putrinya.

"Dia masih belum mengingat apa pun," katanya, menyerahkan mangkuk di tangannya dan wanita itu menyambutnya.

"Dokter berkata ini sementara, dia akan kembali mengingat ...."

Ia memegang bahu wanita muda itu. "Kalau begitu, kita sama-sama berjuang. Setidaknya ... Gaege sudah melewati masa kritis dan komanya."

"Iya, Mah."

"Jangan terlalu keras pada diri kamu, ini bukan kesalahan siapa-siapa ...," nasihatnya.

Wanita muda itu mengangguk.

Sedang sang ibu, menatap bergantian Gaege dan istrinya. "Ya udah, Mamah tinggal di luar, ya. Ini istri kamu, Gaege, namanya Kanya. Dia yang bakal jaga kamu." Wanita muda itu, Kanya, tersenyum.

"Iya, Mah ...," sahut Gaege pelan, pun tersenyum hangat ke mereka.

Ibunya pun beranjak menjauh sementara Kanya menghampiri Gaege, duduk di tempat ibunya tadi menyuapi suaminya itu, dan mulai siap menyuapinya dengan sendok dan makanan yang ada di tangannya.

"Jadi, kamu istri aku, ya?"

Kanya tersenyum kecut, mengangguk. "Iya ...." Ia mulai menyuapi suaminya dengan hati-hati, bahkan noda sedikit saja tak ragu ia bersihkan dari mulut pria itu.

Gaege, menatap sendu istrinya itu. "Maaf ... aku udah melupakan kamu, melupakan kalian-"

"Udah, enggak papa, Gaege. Itu bukan kemauan kamu, ini semua takdir Tuhan ...." Istrinya tersenyum hangat, mengusap pipi suaminya. "Kita jalani ini sama-sama, melewati ini sama-sama. Dokter bilang, ingatan kamu akan kembali cepat ataupun lambat, jadi kita pelan-pelan melewatinya, ya, Sayang."

Gaege tersenyum hangat. "Terima kasih." Kembali, ia menyuapi suaminya, saling tersenyum hangat dan kala menerima suapan, mengunyah, ia kembali bersuara. "Kanya ... bisa kamu ceritain tentang ... aku, kamu, kita?"

Mendengar itu, Kanya tersenyum, ia siap memberitahukan apa yang ia tahu tentang Gaege, suaminya, ketika tiba-tiba sebuah suara gaduh terdengar di luar. Keduanya menoleh ke sumber suara hanya untuk mendapati seorang pria dewasa dengan pakaian rumah sakit, masih diinfus, dan kepala diperban masuk, menatap kaget mereka.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY HUSBAND, YOUR HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang