Part 5

2K 148 0
                                    

Ia menoleh ke sekitaran, masih bingung dengan apa yang terjadi dan para wanita di antaranya menunggu kesadarannya.

Lalu, tak lama pun, Gaege yang ada di dalam tubuh Brendon juga mengerjap, ia bangun dengan cepat setelahnya sebelum akhirnya menatap sekitaran.

"Sayang ...." Ia menatap Kanya, hati Beatrice sempat teriris mendengarnya tetapi menyadari siapa yang ada di tubuh suaminya ia terdiam.

"Gaege," jawab Kanya, sedikit ragu.

"Ka-kamu percaya, kan, sama aku? Eh, tunggu, kenapa tadi aku? Ke mana orang-orang itu?" tanyanya menatap sekitaran. "Elo ...." Dan kesal lagi menemukan Brendon, di dalam tubuhnya yang kini berpelukan dengan Tama, tengah mengumpulkan nyawa.

"Nak Gaege, tenangin diri kamu, oke?" Beatrice berkata, ia takut tubuh suaminya yang masih dalam perawatan terluka. "Kita semua sedang mencari jalan keluar dengan tubuh kalian yang tertukar."

"Tertukar?" Brendon, dalam tubuh Gaege, bertanya lesu.

"Ck, udah aku tebak! Sekarang, gimana ini kami bisa kembali? Dan apa ada hubungannya sama orang-orang aneh tadi?"

"Gaege, aku mohon, sabar!" Kanya menenangkan suaminya yang di tubuh orang lain. "Ya, orang itu ... dia yang harusnya ngembaliin nyawa kalian seperti semula. Tapi, karena suami Mbak Beatrice lupa ingatan, mereka, sang pencabut nyawa, enggak bisa mengembalikan nyawa kalian."

"Hah? Apa hubungannya lupa ingatan sama nyawa yang dikembaliin! Orang-orang gak bertanggung jawab!" Gaege kelihatan kesal.

"Tenang, Nak, tenang!" Beatrice berusaha menenangkan Gaege.

"Gaege, aku gak suka sikap kamu begini, ya! Bahkan kamu tega lakuin hal tadi ke mereka! Kamu bener-bener kasar!" Dan amarah Kanya, langsung membungkamkan Gaege. "Nyawa kalian gak bisa langsung dikembaliin karena ingatan Mas Brendon terpecah belah, taruhannya nyawa kalian!"

Gaege menghela napas panjang. "Maaf, Sayang ... aku ... cuman syok ...."

"Saya mengerti, Nak Gaege," kata Beatrice dengan nada dewasanya tersenyum ke Gaege, Brendon yang melihat itu meski ingatannya tiada merasakan sesuatu yang membara di hatinya, menatapnya terus dengan sendu.

"Kita harus sabar, kita bantu suaminya Mbak Beatrice mendapatkan ingatannya kembali." Kanya angkat suara.

Gaege menghela napas. "Huh ... oke, oke, astaga ...." Ia kemudian menatap Brendon yang nyatanya memeluk Tama lembut, kemudian matanya menatap Beatrice istrinya. "Huh ... cepatlah ingat! Cepatlah ingat ...."

Brendon menatap Gaege. "Iya, saya akan berusaha cepat mengingat ...."

"Bagus."

"Gaege!" Kanya memekik sebal. "Yang sopan sama yang lebih tua!"

"Iya, iya, maaf." Kemudian, Gaege menatap badannya sendiri. "Tapi keknya di antara kalian, aku paling tua, deh. Jadi gak papa, kan?" Ia tersenyum jail.

"Gaege!" Kanya begitu memanas.

"Ma-maaf, Sayang. Aku bercanda ...." Ia lalu menatap sesal keluarga kecil itu usainya menghela napas. "Maaf, ya, Mbak, Masnya. Ck, kok ada acara beginian, sih, ribet banget!" Ia kemudian membaringkan badannya di samping Brendon. "Mana kita baru beberapa kali doang belah duren! Huhuhuhu!"

"Gaege!" Kedua pipi Kanya memerah, benar-benar marah.

"Aku ... masih susah mencerna apa yang terjadi," kata Brendon, memeluk erat putranya, kemudian anak perempuannya yang hanya diam ikut menghampiri. Tangannya seakan bergerak untuk mengusap puncak kepala gadis kecil itu.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY HUSBAND, YOUR HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang