Part 22

642 62 2
                                    

"Kenapa, Sayang?" tanya Brendon bingung.

"Bentar lagi turun sekolah, Pa."

"Oh, tahun ajaran baru. Semester genap, kan?" Gaege terlihat manggut-manggut.

"Iya, tahun ajaran baru," kata Beatrice yang datang dari dapur bersama Kanya.

"Mama, kok gak ngasih tau kami?" tanya Tama cemberut.

Beatrice tersenyum. "Kalian asyik main soalnya, Mama gak tega ganggu kalian. Lagian, kalian tenang aja, Mama udah pesen online semua perlengkapan sekolah buat kalian jadi jangan khawatir."

"Yay!" Kedua anak itu terlihat bahagia.

"Ah ... Papa mau nganterin kalian berdua ke sekolah," kata Brendon, mengusap puncak kepala Tama.

"Yeay, anterin aku sama Kak Thea, ya, Pa! Kami kangen dianter Papa!" Brendon mengangguk, Thea pun menghampiri lagi dan duduk di hadapan sang ayah, sementara para istri kemudian duduk bersama mereka dengan senyum hangat.

Walau kemudian, Brendon memurung. "Badan begini?" Dan semua yang mendengarnya ikut memurung.

"Ah, gini aja!" Gaege menjentikan jari. "Kita semuanya aja ke sekolah, nganterin Thea sama Tama, oke, gak, tuh? Kalian juga kudu anggap Om Papa, ya. Dan Papa kalian Om. Jangan ampe ketahuan!" usulnya.

"Ah, bener, Om, bener!" Thea mengangguk setuju.

Mendengarnya, semuanya tersenyum lagi.

"Ugh, keknya kalian bakalan sibuk sekolah, nih. Gak bisa main bareng, dong." Gaege mengeluh lagi.

"Eh, masih lama, kok, Om! Dua mingguan lagi!" Tama menegaskan. "Kita main seru-seruan, yuk, Ma! Pa! Mm ...." Tama kelihatan menggantung kalimatnya.

Beatrice mengerutkan kening. "Kenapa, Sayang?"

"Aku ... pengen liburan jalan-jalan, apa Papa udah sehatan?" tanyanya.

Dan mata Brendon berbinar, ini kesempatan emas!

Semua menatap ke arahnya, dan Brendon tersenyum hangat. "Iya, Papa udah sehatan, ayo kita liburan ke tempat-tempat yang kita sukai sama-sama. Kita habisin liburan kita dengan seru-seruan!"

"Yeay!" Tama, Thea, dan Gaege tampak berbahagia layaknya anak-anak.

Dan mereka pun bersiap-siap untuk esok, mempersiapkan segala hal dan merencanakan sesuatu. Melihat suaminya jauh lebih baik, Beatrice siap-siap saja untuk membuatnya menerima ingatan demi ingatan dulu, dan jika gagal maka ia tak akan memaksanya cukup jauh.

Esok paginya lagi, semuanya sudah dipersiapkan, dan kali ini Gaege yang memakai badan Brendon menjadi sopir untuk mereka, mereka membawa keperluan seadanya serta hal lain. Dan karena mereka hanya akan menelusuri area sekitar sana saja, mereka tak memerlukan perlengkapan banyak.

Mereka semua siap masuk ke mobil ketika tiba-tiba mobil lain datang ke rumah mereka.

"Lho, Mamah Papah? Mereka gak ada ngabarin buat dateng?" tanya Gaege menatap istrinya.

Kanya menggeleng. Tak ada kabar dari mereka. Gaege menatap Brendon dan Brendon serta Kanya pun keluar dari mobil, menghampiri mereka yang juga keluar dari mobilnya.

"Eh, kalian pada mau ke mana?" tanya sang ibu bingung.

Kanya tersenyum hangat. "Jalan-jalan, Mah, Pah."

"Ah, gitu ... maaf Mamah Papah dadakan datengnya ... um ...." Kemudian, wanita tua itu tersenyum. "Kami boleh ikut jalan bareng?"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY HUSBAND, YOUR HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang