Part 18

706 80 1
                                    

"Elo!" pekik Gaege, mengetahui siapa itu. "Wah, kebetulan lo dateng ... balikin sekarang raga kami berdua! Mas Brendon udah ingat, kan?" katanya, menarik kerah sosok itu.

"Ih, bu-bukan ... ingatan Brendon Xanders masih terpecah belah, di sini aku ...."

"Hah?! Maksud lo?!"

"Gaege, udah!" Kanya kini menarik suaminya, dan dengan mudah Gaege luluh begitu saja menjauhi malaikat maut itu. "Lo mau apa di sini, huh?!"

"Aku diutus ke sini ya buat ngawasin kalian dan bantu dikit-dikit."

"Bantuin kok dikit-dikit, nanggung banget!" Gaege memutar bola mata.

"Karena faktanya aku gak boleh ikut campur urusan manusia, tapi sekalipun dikit ini berpengaruh besar lho! Menurut kalian ada gitu orang tua yang bolehin anaknya tinggal bareng orang asing semudah itu?" Terdiam, si pemuda mengangkat sebelah alisnya kemenangan. "Itulah tugasku, dan aku cuman pengen ngasih tau kalau sudah ada dua dari tujuh puzzle yang kepasang."

"Tetep aja, bantuan lo nanggung banget! Lo keknya punya kemampuan ngontrol orang, kan? Kenapa gak—"

"Huh ... aku ini amatir, entar kacau lho!" Pemuda itu merengut. "Hari pertama aja salah ambil nyawa, terus ketuker lagi letakinnya."

"Dasar g*bl*k!" Gaege memaki.

"Ih, kasar banget, sih!" Pemuda itu mendengkus. "Ya udah, aku pergi dulu, dah!"

"Heh, ke mana lo!" Dan pemuda malaikat maut itu pun menghilang dari hadapan mereka. Gaege ingin menerjang tetapi Kanya menghalanginya. "Huh! Dasar!"

"Sabar, dong, ih!" kesalnya.

"Dua dari tujuh puzzle," kata Beatrice, kemudian menatap suaminya Brendon. "Apa mungkin itu kecelakaan itu dan masa lalu, Mas?"

Brendon terdiam selama beberapa saat.

"Mungkin ... iya." Ia tersenyum dan kemudian, Beatrice memeluknya, disusul anak-anak mereka. Ia juga balik memeluk mereka.

Gaege, melihatnya agak iri sementara Kanya, masih belum terbiasa-terbiasa juga. Gaege langsung memeluk Kanya kemudian, awalnya tak ada balasan tetapi pelukan itu terasa ... seperti suaminya seperti biasa, hingga akhirnya ia membalasnya.

Kemudian, setelah bermesraan bersama, mereka pun masuk ke dalam rumah.

Tiba-tiba, Gaege siap memeluk Kanya lebih erat dan mengecup bibirnya, tetapi sebelum melakukan itu Kanya mendorongnya pelan dan menjauhkannya. Sementara itu, Brendon dan Beatrice memperhatikan mereka.

"Kamu tau ini bukan waktu yang tepat, kan?"

Gaege menghela napas panjang. Mengangkat kedua tangannya. "Maaf, aku ... cuman kangen nyentuh kamu lebih. Kamu tahu usia pernikahan kita, dan hampir dua tahun terjeda, dan kejeda lagi karena hal ini."

"Aku paham, kita lalui ini sama-sama, oke?"

Gaege hanya mengangguk, sementara Beatrice dan Brendon yang mendengarnya bertukar pandang selama beberapa saat. Sebelum akhirnya, keduanya tersenyum.

"Kanya," panggilnya, Kanya menoleh diikuti Gaege yang terlihat lesu. "Kalian ... silakan kalau ingin berciuman."

Gaege langsung girang sementara Kanya kaget seketika. "Eh?" Dan Beatrice serta Brendon hanya mengangguk. "Tapi ... ini tubuh suami ...."

"Mungkin iya, itu tubuh saya, tetapi di dalamnya itu suami kamu." Brendon dengan dewasanya berkata.

"Nah, udah diizinin, tuh! Tunggu apa lagi?" Gaege menekan.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY HUSBAND, YOUR HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang