Part 27

634 72 0
                                    

Sementara itu, di dalam ruangan, mereka berhasil menenangkan orang tua Gaege, meski demikian mereka memutuskan untuk Brendon dirawat lebih lama di rumah sakit sampai ia benar-benar pulih. Kini mereka pulang, mengambil pakaian untuk sosok yang mereka sangka putra mereka, menyisakan Kanya, Beatrice dan anak-anak.

"Gaege mana, ya? Udah jam segini enggak balik-balik," ujar Kanya, menatap jam dinding. "Mbak, aku nyusul dia bentar, ya."

"Iya. Mungkin dia di kantin."

Kanya mengangguk, walau keduanya sendiri ragu Gaege ada di kantin sampai selama ini, dan kala ke kantin nyatanya benar, Gaege tak ada di sana. Bahkan kala ditanyai, mereka tak melihat Gaege sama sekali ke sini. Kemudian ia mencari ke area luar rumah sakit, mobil pun masih ada di tempatnya, sampai ia menuju ke belakang.

Hanya menemukan korek api dan rokok, bisa saja Kanya berpikir itu milik orang lain akan tetapi melihat keadaannya masih baru, ia yakin itu suaminya. Terlebih, itu rokok yang Gaege sukai di zaman dulu. Kemudian, ia menemukan tas koper yang terbuka, kertas-kertas kosong berhamburan di sekitarnya, kemudian area sekitar ....

"Gaege! Gaege!" pekik Kanya memanggil suaminya. "Apa dia lagi ngerjain aku?" tanyanya.

"Kanya!" Dan kemudian, Beatrice datang, Kanya menoleh dan menemukan wajah Kanya terlihat tak senang.

"Mbak, kenapa nyusul?"

"Mas Brendon nyuruh saya nyusul kamu," katanya, dan alasan Brendon mengatakannya ada firasat aneh di dadanya. "Eh, itu?" Ia menatap rokok di tangan Kanya, kemudian menemukan sesuatu di belakang Kanya.

Tas dan kertas kosong.

"Itu ...." Ia ingat itu, tas yang dibawa Brendon saat kecelakaannya satu setengah tahun lalu. Tas yang spesial dibelikan olehnya untuk suaminya ... tentu saja ia mengingatnya.

Langsung, ia memungut tas tersebut. "Ini ... ini salah satu bukti yang hilang! Ini tas Mas Brendon ...." Mata Beatrice membulat sempurna. "Oh, oh tidak ...."

"Mbak, maksudnya apa? Gaege mana?"

"Kita harus masuk ke dalam dulu!" Dan mereka menuju ke ruangan suaminya bersama Beatrice memeluk erat tas itu, menghampiri suaminya yang kini menatap tas itu dengan mata terpana.

"Itu ... itu tasku," kata Brendon. "Isinya kertas kosong, untuk mengelabui mereka, karena aku tau mereka akan melakukan sesuatu sama berkas-berkas penting yang asli. Dan sekarang, mereka mancing diriku dengan itu, mana Gaege?"

Kanya menggeleng.

"Astaga ...."

"Memangnya ada apa? Suami saya kenapa?" tanya Kanya panik.

"Aku harus menangani kasus ini secepatnya!" Brendon langsung bangkit, bahkan melepaskan infusnya.

"Mas!"

"Enggak, aku harus, ini demi kita semua!" Ia menatap mereka bergantian. "Aku yang harusnya mereka dapatkan, bukan pemuda malang itu, aku harus dapetin ingatanku dan berkas-berkas itu, sebelum mereka melakukan sesuatu pada Gaege. Aku yang harusnya menerima semua itu." Kanya menangis mendengarnya.

"Ta-tapi, Mas ...."

"Jaga, Anak-anak! Aku mohon ... aku akan baik-baik saja!"

Beatrice menggeleng. "Aku ingin nolong kamu!"

"Jang—"

"Enggak, kita keluarga, bukan cuman kamu yang harus melindungi kami, tapi kami juga!" Beatrice menegaskan. "Kita keluarga, jangan menanggungnya sediri, ayahku seorang hakim. Aku belajar banyak sama dia, Mas."

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY HUSBAND, YOUR HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang