Part 29

769 70 1
                                    

Beatrice membulatkan mata sempurna. "Kuharap Gaege ngasih tahu lokasinya nanti saat kami bertukar tempat, kemudian kalian ... mengambil berkasnya, dan menyerahkannya ke temanku."

"Baik, Mas ...."

"Kamu benar, Beatrice." Beatrice menatap suaminya bingung. "Aku emang gak bisa melakukannya sendiri, terima kasih."

"Mas ...."

Sesampainya di pantai, Brendon langsung menuju ke lokasi di mana angka berikutnya dipegang oleh seorang penjaga pantai yang ada di sana. Sebelum akhirnya, dirinya menikmati suasana pantai. Ia duduk di tepian pantai, dan menepuk-nepuk sisi sampingnya seraya menatap Beatrice.

Beatrice duduk di sana, dan kemudian Gaege memeluknya dari samping.

Sementara itu, matahari terik, seraya sengatan listrik terus Gaege terima. Ia hanya bisa menangis, sampai lidahnya sendiri kelu, ia tak bisa berkata apa-apa lagi selain trauma berat yang dideritanya akan siksaan mereka yang menyakitkan, tanpa ampun, tanpa memberikannya kesempatan menjelaskan.

"Aku ... ingat semuanya ...." Dan tepat kala Brendon mengatakannya, Gaege yang menangis berteriak, dan kala matanya terbuka dirinya ada di pantai.

Namun, ia tetap menangis histeris, kesakitan, dan sadar saat ini pria itu kembali ke tubuhnya Kanya langsung menghampiri, memeluknya erat.

"Gaege, aku di sini! Aku di sini!"

"Aku udah mati! Aku udah mati! Aku udah ...." Ia sadar suaranya, kemudian sadar kala melihat tangannya.

Ini tubuhnya ....

"Sakit ...." Meski tak sakit lagi, tetapi sisa-sisa rasa sakit itu menyentuh jiwanya. Ia langsung dibantu berdiri dua wanita itu, masuk buru-buru ke mobil dan kali ini Beatrice yang menyetir. Kanya menangani suaminya yang benar-benar terpukul sekarang.

"Mas, tenang, Mas ...." Kanya berusaha menenangkan suaminya yang masih terisak.

Gaege yang sadar gayanya saat ini memalukan, langsung menyeka air mata, kemudian ia menyadari satu hal. "Kalau aku di sini, berarti Mas Brendon ... ki-kita harus nyelametin dia! Tadi aku ada di tengah-tengah ladang jagung!"

"Kita akan menyelamatkannya segera!" kata Beatrice, ia menguatkan diri meski setetes demi setetes air mata jatuh.

"Siksaannya ... mengerikan ...." Gaege masih benar-benar terpukul akan apa yang terjadi.

Lokasi terakhir, siapa sangka, ada di court room, tepat di bawah kursi jaksa tempat Brendon dulu duduk dan kala ditarik kursinya maka terlihatlah brankas di sana. Kala dikeluarkan, isinya dibuka, dan berkas-berkas penting hadir di sana.

Di tempat berlainan, Brendon terlihat tenang menerima siksaan, sekuat diri diam tak menggubris mereka. Hal yang membuatnya sanggup menahan rasa sakit listrik dan matahari yang memanaskan besi yang ada di tubuhnya, adalah rasa bahagia saat ingatannya kembali.

Jika ia mati pun, tak masalah ....

Setidaknya, keluarganya aman.

Ya, aman.

"Hm, apa mentalmu sudah goyah hingga gak segila tadi? Tampaknya, kamu memilih pilihan pertama." Ia mengeluarkan pistolnya, mengisinya dengan satu peluru, dan memutarnya. "Kamu suka Russian Roulette."

Brendon hanya memejamkan mata, biarkan pria itu menodongnya, ia tak bisa merubah pikirannya yang bahagia bersama keluarganya. Setelah nyaris dua tahun koma, kemudian hilang ingatan, kemudian mendapatkan ingatannya kembali.

Klek!

"Kamu beruntung hm ...."

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY HUSBAND, YOUR HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang