Part 24

662 67 0
                                    

"Puzzle ketiga sudah terpasang, selamat ya! Tinggal empat lagi!" katanya, sebelum akhirnya menghilang.

"Tinggal empat ...." Brendon terlihat bahagia.

Mereka pun keluar dari area court room menuju ke luar, di mana nyatanya orang tua Gaege menjajani dua anak Brendon dan Beatrice. Mereka tampak bahagia akan kehadiran cucu tersebut dan kini mereka menuju lokasi kedua. Sebuah restoran yang dekat dengan lokasi bangunan tersebut.

"Ini ... restoran tempat kita kali pertama dating, dan seterusnya menjadi restoran favorit kita," kata Beatrice berbisik. "Kamu ingat?"

Brendon melihat sekitaran, ia tak benar-benar mengingatnya. Mereka lalu masuk ke sana, dan mulai memesan makanan besar bersama. Dan Brendon bisa melihat, kini matanya menatap orang tua Gaege sebagai orang tua mereka. Almarhum ayah Beatrice dan almarhumah ibunya ....

"Ah, ini salah satu restoran yang dibawahi ayahku, nih." Gaege berbisik ke mereka. "Nostalgia ...."

Bayangan demi bayangan ... dan makan malam terakhir mereka, mata Brendon berkaca-kaca seketika. Dulu, restoran ini tak semodern ini, jauh lebih sederhana dan sangat simpel.

"Ayo, kalian pesan apa aja yang kalian mau, ya! Papah sama Mamah yang traktir!" kata ayah Gaege, dan apa yang Brendon pesan benar-benar membuat Beatrice bahagia.

Makanan favoritnya, salah satunya masakan khas Italia yaitu Capotana, karena Brendon menyukai hal berbau herba nan sehat serta seafood serta makanan berat lainnya yang menunjangnya. Beatrice tersenyum meyadari suaminya masih baik-baik saja sampai akhirnya dengan kilat pesanan mereka sampai.

Dan yang datang, nyatanya pemuda tersebut, seraya menunjukkan angka empat di tangannya dan pergi menjauh. Mereka terlihat bingung karena sang malaikat bisa menjadi apa saja tanpa terkecuali.

Setelah makan, mereka pun segera pulang ke rumah, waktu berlibur hari ini cukup sampai di sini dan disambung hari esok, tanpa orang tua Gaege karena anak-anak Brendon-Beatrice kini bersama mereka, mereka akan menelusuri lebih dalam jejak ingatan Brendon yang tertinggal berempat saja.

Berencana mengunjungi tempat sesuai urutan dari masa lalu ke masa sekarang karena yang Brendon lupakan adalah sebelum mereka menikah, sebelum mereka bertemu.

Tujuan hari ini, adalah ke lokasi di mana mereka menikah.

Beatrice menunjukkan lukisannya, yaitu di sebuah air terjun jernih dengan pemandangan sekitaran yang terawat dan indah, dan tak lama seorang perawat kebun yang ada di sana menghampiri mereka.

"Eh, Pak Xanders, Bu Xanders!" sapa wanita muda tersebut dengan ramah.

Brendon mengingatnya, saat muda dulu, masih remaja, ia dan wanita yang lebih tua tetapi mirip dengannya yang menjadi salah satu pengurus saat mereka menikah di sini. Kemudian Brendon menatap sekitaran, dan suasana berubah dihias serba putih, kemudian Beatrice memakai gaun elegannya. Ia terpana.

Gaege berdeham keras. "Ya, senang bertemu dengan kamu, sudah lama, ya!" katanya yakin, dan wajah wanita muda itu tampak kaget sejenak dan semuanya heran karenanya, tetapi kemudian tersenyum.

"Iya, Pak, Bu! Ah, Bapak sama Ibu bawa teman? Apa berencana menikah juga di sini nanti?" Mereka berempat menatap.

"Ah, kami sudah menikah," jawab Kanya.

"Eh, maaf ...."

"Tak masalah, tapi tempat ini bagus buat liburan, kami berencana liburan di sini, sekaligus bermalam," kata Beatrice tersenyum.

"Eh, anak-anak mana?" tanya gadis itu.

"Mereka di rumah, sama orang tua saya," jawab Brendon, saya yang ia maksud dirinya sebagai Gaege.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY HUSBAND, YOUR HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang