Part 13

880 85 0
                                    

Gaege memilih tidur lebih awal, karena ia sadar sekalipun sudah bersolo karier, melihat wajah Kanya maka bisa saja ia keblablasan. Ia hanya berharap ini semua mimpi, setelah ia tidur maka bangunnya ia masih berada di kamar bersama Kanya, menyadari pernikahan mereka yang masih baru, walau faktanya sudah berjalan dua tahun.

Kecelakaan itu ....

Gaege memejamkan matanya erat-erat, kecelakaan itu menyakitkan, jika ia mengingatnya. Walau kemudian, ia membuka mata lagi, menghela napas panjang kemudian tersenyum.

"Kanya ... bener-bener setia."

Sementara di luar, Kanya yang seorang diri berada di keluarga Xanders sekalipun tubuh pria di hadapannya faktanya adalah suaminya, hanya saja di dalamnya adalah orang lain. Ia menatapnya yang asyik bermain dengan dua anak kecil itu, dan faktanya Beatrice juga melakukan hal yang sama.

Tampaknya keduanya ingin melakukan sesuatu.

"Mbak, Mas, aku juga izin duluan ke kamar, ya."

"Eh, udah ngantuk Kanya?" tanya Beatrice, agak menghentikan, sejujurnya di dalam diri wanita itu tak ingin ditinggalkan begitu saja tetapi di sisi lain ....

"Iya, Mbak, maaf. Lagian, sepertinya Mbak perlu Me time keluarga." Hal tersebut membuat Brendon menoleh juga ke arah Kanya. "Mbak, Mas, saya permisi dulu!"

Kanya pun beranjak ke kamar, dan keduanya memperhatikan sampai ia menghilang masuk ke kamar.

Brendon menatap anak-anaknya. "Kalian juga ngantuk?"

Tama menggeleng antusias. "Aku mau main lama-lama sama Papa, aku kangen Papa!" Ia menatap kakak perempuannya yang hanya mengangguk seraya tersenyum.

Wajah Brendon tampak menyesal, ia menatap istrinya yang menatap balik dengan senyum hangat kemudian ke anak-anaknya. "Sayang, Papa baru sehat, kita harus jaga kesehatan Papa, jangan capek-capek ...."

"Uh ... gitu, ya, Ma ...." Wajah Tama terlihat sedih.

"Ah, enggak, Papa gak papa, kok, asal jangan main yang capek-capek." Brendon mencairkan suasana. "Papa ... juga kangen sama kalian ... hati Papa kangen sama kalian." Ia menatap keluarganya bergantian, mata hijau milik Gaege itu terlihat sendu.

Memorinya mungkin tiada, tetapi hatinya tahu fakta.

"Omong-omong, ultah Tama dua belas April, kan? Kalau Kak Thea, ultahnya lima belas Oktober. Nanti kita rayain, ya?" ucap pria itu bangga, mengingat ulang tahun kedua anaknya. Ia mengusap-usap rambut keduanya lembut.

Keduanya mengangguk bahagia.

Dan kemudian, Tama menguap, ia mendekati ayahnya kemudian memeluk pria itu erat, dan Brendon balik memeluknya. Sementara itu, Thea membaringkan kepalanya di kepala ibunya, dan Beatrice mengusap puncak kepalanya.

Anak-anak mereka kelihatan mengantuk.

"Sepertinya, kita harus bawa anak-anak tidur, Mas," kata Beatrice.

Brendon terdiam sejenak. "Mm ... nanti aja pas mereka bener-bener tidur, aku ... pengen ngomong sesuatu."

Beatrice tampak menunggu. "Ngomong apa, Mas?"

"Aku ... suami seperti apa?" Ia ingin mengingat masa lalunya, dan Beatrice bahagia akan hal itu. Ia tak ingin memaksakan ingatan pada Brendon karena pria itu mungkin bisa merasakan sakit, mereka harus melewati prosesnya pelan tetapi pasti, demi menghindari hal yang tidak diinginkan.

Beatrice, tersenyum. "Mas, suami yang baik, sangat dewasa, sayang kami semua."

Brendon, ikut tersenyum. "Kekuranganku?"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY HUSBAND, YOUR HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang