Part 20

808 70 0
                                    

Gaege masih tak terima. "Mas Brendon, apa iya, nih?" Brendon hanya menggedikan bahu dan tertawa. "Lah? Masa gitu? Mana ada peraturan begitu!"

"Ada, Om! Om aja kali gak tau!" Thea membela adiknya.

"Ah masa?Ngarang kalian, nih! Tuh Papa kalian aja diem-diem bae!"

Dan mereka pun meributkan hal tersebut, hal yang menarik perhatian dua wanita yang asyik berbincang tersebut. Mereka bertukar pandang bingung sejenak sebelum akhirnya menuju ke arah mereka.

"Wah, kalian main monopoli," kata Beatrice, duduk di samping Brendon dan Kanya ikut duduk di samping Kanya.

"Kok ribut-ribut, sih, dari tadi?" tanya Kanya heran.

"Ini, nih! Masa, tiga kali kembar enam, aku disuruh masuk penjara! Mana ada peraturan begitu!" Gaege tetap bersikukuh, sedang Kanya menepuk kening sedang yang lain tertawa.

"Ada, Om!" Thea dan Tama balik bersikeras.

"Gak ada!"

"Ada!"

"Gak ada!"

"Ish, kamu ini kayak anak kecil!" Kanya menepuk bahu Gaege kesal. "Itu emang gitu dari dulu, peraturannya kembar enam, ya masuk penjara kalo ampe tiga kali!" ucap Kanya, dan Gaege kesal sementara dua anak itu tersenyum penuh kemenangan.

"Puas kalian, puas!" Gaege meletakkan pionnya ke penjara, kemudian mereka pun tertawa. "Males main, ah!"

"Aduh, Gaege, masa kamu gitu! Kayak anak kecil, dan anak kecil pun enggak baperan kayak kamu!" Gaege masih cemberut, dan Kanya menghela napas panjang. "Ya udah, kalau Om Gaegenya gak mau main, biar Tante Kanya yang gantiin. Anggap aja Tante asistennya!"

"Eh, mana bisa gitu! Aku juga pengen main!"

"Katanya gak mau?" Gaege terdiam, rasanya ia benar-benar kalah telak. "Kalau gitu ya udah, main! Ini cuman game, jangan dibawa ke hati, bikin seneng aja, oke?"

"Hm ... iya, iya, deh, Sayang!"

"Gitu, dong!" Kanya mencubit pipi Gaege gemas dan Gaege pun tersenyum karenanya. "Ayo kita main lagi! Eh, jam kita free, kan, Mbak Beatrice?" tanya Kanya.

"Iya, ayo kita main bareng! Kami yang jaga bank sama keperluan lain biar kalian gak ada yang curang!" ujar Beatrice, tertawa.

Dan permainan semakin seru karena bertambahnya kru bermain, mereka begitu bahagia hingga akhirnya permainan dimenangkan Tama sedang yang paling bangkrut, Gaege, mendengkus sebal karenanya.

"Om, janjinya besok jangan lupa, ya!" kata Tama, menunjuk Brendon.

"Ck, iya, iya." Gaege memutar bola matanya.

"Lho, kalian taruhan?" Kanya menatap tak percaya.

"Kalau aku kalah, dan Tama menang, aku kudu masakin dia masakan favoritnya!" Gaege kemudian berdiri dari duduknya. "Dahlah, aku males, ngantuk!" Ia pun beranjak masuk ke kamar.

"Duh ... Gaege ...." Kanya menggeleng miris.

Tama yang sempat bahagia, kemudian menguap, yang disusul sang kakak seakan tertular uapan itu. "Nah, kalian udah pada ngantuk, nih." Beatrice menatap mereka bergantian, termasuk Kanya dan Brendon yang kelihatan lelah. "Ayo, kita tidur, istirahat harus cukup!"

"Iya, Mbak. Seru banget hari ini mainnya." Kanya kemudian berdiri.

"Thea, kamu ikutin Tante Kanya, ya. Kanya, saya mau nganter Mas Brendon sama Tama dulu." Kanya mengangguk, ia pun berjalan bersama Thea dan kemudian Beatrice menuntun Brendon serta Tama ke kamar. Ada Gaege di sana yang masih memainkan ponselnya.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY HUSBAND, YOUR HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang