Bab 7

125 1 0
                                    

19 Desember

Bukan kah ini aneh? Seseorang yang dahulu bilang kalau dia begini dan kalau dia begitu hingga seakan – akan dia hanya punya kejelekan, sekarang seseorang itu  menaruh hati pada dia. Bukan kah aneh? Dahulu benci, sekarang cinta. Atau mungkin dahulu hanya dia depan kita dia ngejelekin orang itu biar dia ngerasa sepemikiran dengan kita. Haha, bukan kah itu aneh?

Lisa kembali mengingat kejadian hari ini, tepat tanggal 19 Desember.

- - - - - - - -

Ini hari ke 4 Lisa mencoba untuk tidak mencampuri urusan orang lain. Dia baru saja melangkah memasuki kelas dan matanya langsung menemukan pemandangan yang cukup ganjal. Dia melihat Dika yang duduk tepat di sebelah Ajeng.

Mungkin bagi sebagian orang itu tidak aneh. Tapi bagi Lisa, seseorang yang mengetahui perkataan Dika waktu itu, perlakuan Dika adalah aneh.

Lisa tetap melangkah mendekati tempat duduknya. Matanya menangkap banyak kejadian di istirahat kali ini. Walau ia ingin mencoba untuk tidak mencampuri urusan orang lain, dia tetap memerhatikan sekitar dan memahami keadaan disekitarnya.

Walau banyak orang yang melihatnya sebagai seseorang yang masa bodo dengan lingkungan tapi sebenarnya tidak seperti itu. Dia tetap menjadi seseorang yang selalu perhatian dengan sekitar walau dengan caranya sendiri. Dia tetap menjadi seorang perempuan yang dahulu. Perbedaannya adalah dia menjadi seseorang yang memerhatikan sekitar dengan cara yang diam, dan dengan caranya sendiri.

- - - - - - - - -

“Gimana kalo kita buat grup aja? Jadi bisa ngomongin pr di grup” Saran Dika. Sekarang kami sedang berada di rumah Arsen. Kami sedang mengerjakan beberapa tugas yang ada untuk minggu depan. Ini tepat tanggal 17 Agustus.

“Jangan grup, nanti kalo grup malah di kira buat kelompok gitu” Ujar Nata.

“Ya enggak, buat multi-person chat aja. Lagian gua juga ga mau lagi kayak mereka – mereka yang kalo dikelas Cuma main sama kelompoknya aja” Dika mulai menimpali perkataan Nata.

“Gua sih ayo ayo aja, tapi kalo bisa ya yang lain jangan sampai tahu. Kan lu tahu sendiri akhirnya akan kayak gimana kalau mereka sampai salah pemikiran” Lisa mulai berbicara, mengeluarkan pendapatnya.

“Iya, kita multi-personchat aja. Ga usah sampai grup. Kalau grup kesannya justru kita memisahkan diri dari kelas” Tami mulai berkata.

“Ya udah, siapa yang mau buat?” Tanya Lisa.

“Gua dah yang buat. Siapa aja nih?” Ujar Dika.

“Gue” ucap Ara.

“Gue” Ucap Genta.

“Gua ka, Damar” Ucap Damar.

Akhirnya semua terdaftar. “Udah nih? Ada sepuluh orang?” Dika memastikan.

“Raina jangan dilupain.” Ujar Lisa mengingatkan.

“Oh iya”  balas Dika.

Mereka semua tidak tahu mengapa obrolan kali ini terasa lancar. Seperti udara yang tiada hentinya berhembus. Mereka semua juga tidak menyadari akan satu hal. Mereka seakan telah membentuk ikatan pertemanan, dan hanya mereka yang akan tahu bagaimana akhir dari tali pertemanan yang mulai mereka rajut sekarang ini. Apakah akan putus dan hancur begitu saja, atau akan tetap bersatu dan tidak akan berpisah menjadi benang – benang yang tidak berguna.

“Haha, iya bener. Gua kesel banget tuh kalo kelompoknya Ajeng udah mulai, berisik banget” Dika mulai mengeluarkan pendapatnya.

Entah mengapa ini bisa berawal. Mereka sudah mulai saling berbagi antara suka dan tidak sukanya di kelas.

(Best) FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang