Bab 4

79 1 0
                                    

Genta menghela napasnya dengan lega “Akhirnya selesai!!” Iya bersorak gembira

“Kak, tidur!”

Genta hanya mengangguk karena ucapan adiknya yang baru saja masuk kamar untuk tidur. Genta memang satu kamar dengan adiknya.

“Kak! Tidur, matiin lampunya” ujar adiknya itu sekali lagi. Genta hanya berusaha untuk bersabar.

Genta yang telah selesai merapihkan barang bawaannya yang akan dibawanya besok ke sekolah segera mengambil headset, serta ponselnya dan mematikan lampu kamar. Sudah terbiasa Genta bersama adiknya tidur dengan lampu yang dimatikan.

Tetapi sebelum mematikan lampu kamar tanpa alasan yang jelas Genta berjalan mendekati kasur adiknya yang berada di seberang dari tempat tidurnya. Mungkin hanya untuk memastikan bahwa adiknya itu telah benar -  benar itu.

Genta merebahkan dirinya memasang headset dengan benar di kedua telinganya dan suara radio itu mulai terdengar masuk menuju gendang telinganya. Sudah menjadi kebiasaan dia mendengarkan radio di malam hari

- - - - - - - - - -

Genta   : Lu belum tidur?

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menunggu balasan dari orang yang disana. Hanya beberapa menit dia sudah membalasnya.

Ternyata dia bener belum tidur, pikir Genta

Alisa      : Belum, tapi udah matiin lampu

Genta   : Awas kanan kiri, atau enggak di jendela. Nanti tiba – tiba ada yang muncul aja.

Apa – apaan sih ini orang, udah hari suasana serem kayak gini masih aja nakut nakutin -_-, pikir Lisa kemudian kembali menaikkan selimutnya yang tadi hanya sebatas berada di kaki.

Alisa      : Apaan siih Ta, ga usah nakut – nakutin gitu kali. Adanya juga elu tuh, awas di bawah kolong kasur.

Tanpa Genta sadari ternyata senyum telah mengembang diwajahnya.

 Genta  : Haha, bilang aja lu yang takut. Dibawah kolong kasur gua cuma ada debu doang kok.

Genta   : Eh iya, lu lagi dengerin radio ga?

Genta kembali mengirim pesan sebelum Lisa dapat menjawab. Sedangkan di pihak sana justru ada tanda tanya besar yang menyelimuti kepalanya. “Radio?” gumamnya.

Alisa      : Iya, kenapa?

Jujur Lisa sedikit berbohong. Dia Tidak  sedang mendengarkan radio, dia hanya sedang tiduran dan terus memandang ke arah ponselnya. Tetapi karena seseorang yang sedang chat dengannya ini menanyakan apakah dia sedang mendengarkan radio, maka dengan terburu – buru Lisa segera mengambil headsetnya untuk mendengarkan radio.

Genta   : Lagunya enak ya?

Lisa berpikir. “Lagunya enak?” Ia bergumam. Lisa mulai fokus dengan radio walau ponselnya sudah bergetar sedari tadi.

DEG. Bagi Lisa waktu serasa berhenti sedetik. Lagu ini?

When you try your best but you don’t succeed

When you get what you want but not what you need

When you feel so tired but you cant sleep

Stuck in reverse

Benar, ini lagu memang benar apa yang Lisa pikir. Kenapa kesannya dia  bilang ke gua kalo gua harus dengerin lagu ini sih? Pikir Lisa. Lisa semakin mengeratkan pelukannya pada guling disebelahnya. Terlalu memiliki arti mendalam dari Lisa untuk lagu ini. Terlalu banyak kenangan yang muncul dikepala Lisa ketika ia mulai memaknai lagu ini.

And the tears come streaming down your face

When you lose something you cant replace

When you love someone but it goes to waste

Could it be worse?

Alisa      : Iya bagus ._. Fix You – Secondhand Serenade kan?

Hanya beberapa detik kemudian Genta langsung menjawab.

Genta   : Iya

Genta semakin hanyut dalam lagu, dan tanpa ia sadari ia juga mulai menyanyikan lagu itu. Begitupun Lisa ia semakin membenamkan wajahnya diantara bantal dan guling yang sekarang ada di sebelahnya. Merasakan hati yang diremas untuk kesekian kalinya, tapi dia sudah lebih kuat dari yang sebelumnya. Lebih kuat dari beberapa tahun yang lalu saat dia kelas 9, saat dia menyadari lelaki itu memang harus dilepasnya.

Lights will guide you home

And ignite your bones

And I will try to fix you

Genta tersenyum. Dia seakan – akan berjanji untuk membenarkan hari seseorang. Tapi dia tidak tahu kenapa dia berjanji. Dan dia juga tidak tahu untuk siapa dia berjanji. Tapi Genta merasakan bahwa dia pasti bisa membenarkan hati seseorang. Hati yang akan menjadi pengisi hatinya untuk selama – lamanya.

Tanpa Genta sadari air mata Lisa seakan – akan memberi isyarat dinding yang selama ini dia bangun. Pelindung yang selama ini dia jaga sekuat yang dia mampu belum bisa menahan sakitnya rasa itu. Rasa saat menyadari cintanya bertepuk sebelah tangan.

And high up above or down below

When you are too in love to let it go

But if you never try you’ll never know

Just what you’re worth

Lisa melepas headsetnya, dan menghapus sedikit air mata yang ternyata berhasil keluar dari rumahnya. Kemudian Lisa menggerakkan tangannya untuk mengetik sesuatu.

Alisa      : Lu masih dengerin?

Genta tersentak, dan saat itu Genta baru menyadari dan ingat bahwa ia sedang ngobrol dengan seseorang. Dan itu membuat Genta merasa bodoh karena dia lupa. Lupa hanya karena lagu yang mengudara itu.

Genta   : Masih, oh iya kok lo belum tidur?

Alisa      : Oo gitu, Hm gua belum ngantuk aja

Sekali lagi Lisa berbohong akan perasaannya. Dia bukan belum mengantuk tapi justru rasa seperti ini tidak akan bisa dibawa untuk tidur.

- - - - - - - - -

Secara kasar Genta menghela napasnya. Ia masih ingat, sangat ingat tentang kelakuannya saat kelas 10 semester 2. Menyuruh seseorang perempuan untuk mendengarkan lagu berjudul Fix You yang mengudara di radio.

Genta meletakkan tangannya di atas keningnya. Matanya memandang ke langit – langit kamar. Rasanya dunia kali ini hampa. Tapi Genta selalu berpikir. Dia selalu nyaman berada di samping perempuan itu, tapi mengapa justru sekarang seakan – akan hati Genta seperti cinta yang tak terbalaskan?

- - - - - - - - -

Ini dilain rumah, Di sebuah rumah dengan bentuk rumah yang minimalis dna memilkiki 2 lantai, bercat peach dengan pagar berwarna cokelat kayu. Raina, perempuan yang terkadang berpenampilan tomboy tetapi selalu disenangi oleh teman – temannya. Dia salah satu dari teman terdekat Lisa. Salah satu teman dari Lisa yang selalu menjadi tempat dimana Lisa bercerita sebelum ada Nata yang datang ke dalam kehidupan Raina dan Lisa.

Lisa juga selalu merasa merasa bahwa ada yang berbeda dari temannya itu.

- - - - - - -

Dengan perlahan Lisa mengeluarkan buku hariannya dan mengambil pulpen dengan tinta berwarna hitam.

3 Desember

Secara tiba – tiba aku mengingat seorang lelaki yang menyuruhku secara tidak langsung untuk mendengarkan lagu FIX YOU. Apakah dia masih mengingatnya? Haha, mungkin tidak. Bukankah kisah cintaku semasa sekolah akan selalu sama? Selalu dihiasi dengan rasa sakit, dan juga linangan air mata.

Semoga kau yang disana mengerti akan perasaanku. Perasaan yang sebenarnya hingga sekarang tidak pernah berubah. Sejak kelas 10 semeter 2. Aku masih mengingat bagaimana awal kita hingga sedekat itu. Selamat malam. 

(Best) FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang