Bab 13 - Cara Terakhir

65 1 0
                                    

Karena bab ini cukup panjang, jadi gua bagi menjadi 2 part ya, selamat membaca :)

- - - - - - - - - -

PART 1

Hari ini hari Sabtu, Dika telah berdiri di depan cermin yang menampilkan seluruh tubuhnya yang lengkap dengan kaos berwarna hitam, celana jeans berwarna biru kehitaman, kemeja kotak - kotak warna merah dan biru yang tidak dikancing dan telah digulung sempurna hingga menjadi lengan 3/4. Juga, yang tidak ketinggalan kacamata berframe hitam dengan ketebalan yang terlihat pas di wajahnya.

"Sip, ini udah cukup" Ujarnya di depan cermin kemudian langsung mengambil ponselnya untuk melihat siapa tahu saja ada Line yang masuk. Tapi nihil. Ternyata Linenya sepi.

Dia membuka salah satu personal chat dan dia mengetikkan sesuatu.

Hardika : Udah siap? Gua jalan sekarang ya jemput lo

Dia mengklik send dan turun ke lantai bawah sambil membawa jaket yang biasa dia pakai dimalam hari.

"Ma, Dika pergi dulu ya" Pamit Dika tanpa bertatap muka kepada kedua orang tuanya. Hanya langsung berjalan mengambil kunci motor dan berjalan keluar rumah.

- - - - - - - - - - - -

"Hei" Hanya satu kata yang mampu Dika ucapkan ketika seseorang yang ditunggunya keluar dari dalam rumah.

"Jadi? Hari ini kita mau kemana?" Tanya Ajeng to the point. Iya, Dika memang sekarang berada di rumah Ajeng dengan maksud untuk menjemput Ajeng.

"Hm, lo akan tahu kita akan kemana setelah kita sampai ditujuan" Jawab Dika berusaha untuk menutupi tujuan malam hari ini.

Dika melajukan kecepatan motornya dengan stabil, tidak kencang dan juga tidak lambat. Dia berusaha membuat seseorang yang dibelakangnya tetap nyaman.

Dan, akhirnya mereka sampai ditempat yang sudah disiapkan oleh Dika.

Mungkin ketika orang yang datang ke tempat ini, hal yang terpikirkan adalah tempat ini tempat yang biasa. Memang benar ini adalah tempat yang biasa, hanya sebuah taman kecil dengan dipenuhi mainan anak - anak dan bak pasir yang sudah acak - acakaan akibat anak kecil bermain tadi siang.

Tidak ada yang istimewa, pikir Ajeng.

Dika melihat ke tangannya yang terlingkar sebuah jam tangan berwarna hitam. Jam tangannya menunjukkan pukul 07.00 dan TAP! Sesuai dengan perhitungan Dika

Lampu taman ini menyala tepat pukul 7 malam. Lampu yang gemerlap mengikuti bentuk taman ini yang berkelok kelok, juga mengikuti bentuk pohon, perosotan, ayunan dan juga bangku - bangku yang melingkari sebuah air mancur yang berada di pusat taman.

"Suka?" Tanya Dika.

Ajeng tidak menanggapi dengan kata - kata, hanya sebuah anggukan dan senyuman.

Ajeng berjalan ke arah salah satu bangku dengan gemerlap lampu berwarna kuning yang menambah kesan malam yang tenang pada malam ini. Ia duduk disalah satu bangku dan meletakkan tas kecilnya di samping tempat ia duduk.

Dika mendekat ke tempat duduk Ajeng, tetapi dia tidak duduk di sebelahnya hanya berdiri tepat di belakang Ajeng yang sedang menikmati indahnya pemandangan ini.

"Kalau boleh jujur sih" Dika menghentikan ucapannya. Ajeng menengok dan mendapati Dika sedang menatapnya.

Untung ini malam, Ajeng dapat menyembunyikan senyumannya dan juga pipinya yang mungkin sudah menimbulkan semburat merah.

"Masih ada lagi yang mau gua tunjukin

"Ikut?" Lanjut Dika sambil menjulurkan tangannya, berharap Ajeng akan menggapainya kemudian akan ikut berjalan bersama Dika.

(Best) FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang