17 Agustus
Hari ini aku belajar kelompok di rumah Arsen, atau lebih tepatnya ngerjain beberapa tugas. Haha. Sebenernya aku juga bingung kenapa bisa berakhir kayak gini. Berakhir dengan rasa ketika kalian punya kelompok belajar yang nyaman. Dan akhirnya kami berkumpul di sini. Multi-person chat in Line. Kita ngebuat semacam multi-percon chat dan bukan group. Alasannya simple kok. Karena kita semua ga mau dikelas bakal ada ras kita itu ngelompok.
Lisa membuka buku hariannya itu secara acak. Dan tanpa dia sengaja ia membuka tepat di salah satu halaman yang selalu membuatnya tersenyum. Mengingat pertama kalinya Lisa bersama teman – temannya membuat kelompok belajar. Mengingat betapa lucunya akan hari itu.
Dreeet,,
Genta : Pr sejarah ada yang udah? Bagi dong. Gua baru pulang les nih
Lisa diam, dia hanya melihat pesan di Line itu dan matanya tidak bisa lepas dari nama orang yang memberi pesan itu. Tanyanya mulai mengetik, tetapi sekali lagi dia berhenti karena nama orang lain yang ternyata lebih dahulu membalas.
Raina : Raina mengirim foto
Ternyata aku sudah keduluan, pikir Lisa.
Tapi memang sepertinya lebih baik aku diam, pikir Lisa lagi.
Genta segera meraih ponselnya, melihat siapa yang mengirim pesan. Senyum Genta mengembang. Bukan, bukan karena dia yang membalas, justru yang Genta inginkan bukan dia yang membalas. Tapi isi pesan itu yang membuat Genta tersenyum. Akhirnya dia mendapatkan jawaban dan tidak perlu susah – susah untuk mencari di internet.
Lisa menghapus pesan yang sebelumnya ingin ia kirim. Dan meletakkan ponsel itu.
Apa aku harus menyerah? Pikir lisa.
3 Desember
Apakah aku salah ketika aku mencintai seseorang? Apakah aku salah ketika aku berusaha untuk mendapatkannya? Bagaikan kertas usang yang sudah tidak bernilai. Bagaikan pecahan berlian yang dilihat seperti pecahan kaca. Aku tidak mengerti dengan perasaan ini. Segitu cepatnya kah dia berubah? Atau hanya aku yang merasakan ini? Dan akankah ini terulang?
Lisa menghirup napasnya dalam dalam sambil mengingat betama kelamnya kisah cintanya di masa SMP.
- - - - - - -
Lisa. Seorang gadis pindahan yang baru saja menjalani beberapa hari disekolah barunya itu. Tetapi hatinya seolah – olah sudah lama tinggal disekolah ini. Hatinya sudah berani untuk mencintai seseorang.
Ia melihat sosok lelaki dari jauh. Hanya terlihat punggung lelaki itu. Lelaki populer disekolahnya. Tidak! Bukan hanya disekolahnya, mungkin juga sekolah yang lain yang masih berada disekitar sini.
Lelaki yang menurut Lisa adalah lelaki yang unik. Tidak mudah marah walau rata – rata semua orang suka iseng padanya. Lelaki yang memiliki banyak kelebihan termasuk di wajahnya. Dia memang memiliki wajah yang menarik untuk terus di pandang.
Dia adalah lelaki yang ahli di bidang seni, dan salah satunya adalah seni musik. Seperti sekarang ia sedang bermain bersama dengan teman – temannya.
Lisa berjalan dan mendekati kursi yang paling dekat dengan gerbang. Ia menunggu kakaknya untuk menjemput, tetapi kali ini ia harus duduk dengan telinga yang berusaha menajamkan pendengaran. Ia tahu suara ini. Ia juga tahu lagu ini.
But hold your breath
Because tonight will be the night that I will fall for you
Over again
Don’t make me change my mind
Or I wont live to see another day
I swear its true
Because a girl like you is impossible to find
Its impossible
Dreet,, Getaran ponselnya membuat Lisa harus menghentika kegiatannya, yakni menikmati alunan lagu itu. Lagu yang dibawakan oleh seseorang entah untuk siapa.
Lisa telah sampai rumah, dan langsung masuk ke kamar. Ia meletakkan tasnya disembarang tempat dan langsung merebahkan dirinya diatas kasur.
Because tonight will be the night that I will fall for you
Nada itu kembali terngiang di telinga Lisa. Akhirnya, ia memutuskan untuk mengambil gitarnya. Dan mulai memetik gitar itu.
So breathe in so deep
Breathe me in, im yours to keep
And hold on to your words ‘cause talk is cheap
And remember me to night when you’re asleep
- - - - - - - -
Lisa kembali mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, ketika ia mulai mencintai seseorang. Seseorang yang bisa membuatnya menangis tanpa alasan. Seseorang yang mampu menjadi penerang di dalam gelapnya hati Lisa. Tapi ternyata 3 tahun Lisa menunggu, dan 3 tahun menjadi waktu yang sia – sia untuk Lisa. Sia – sia karena hanya untuk menunggu orang itu. Orang yang tidak akan pernah memunculkan wajahnya di depan Lisa. Selalu punggung, hanya punggung orang itu. Dan yang Lisa adalah punggung yang selalu menjauh. Bukan wajah yang selalu mendekat. Bukan sorotan mata yang mmebuatnya tenang.
Ilhaam. Seseorang yang ditunggu oleh gadis itu hingga 3 tahun lamanya. Hingga ia menginjakkan kaki disekolah yang berbeda. Juga berbeda dengan lelaki itu.
Sekali lagi Lisa berusaha menghapus jejak ingatan itu, dengan menghela napasnya sambil berdoa. Berdoa semoga rasa sakit yang pernah ia derita akan hilang. HIlang terbawa angin, angin yang seakan – akan menusuk hatinya. Angin yang seakan – akan mengingatkan pada dirinya bahwa dia pernah sakit. Dan mungkin jika perasaannya kali ini juga bisa lebih sakit dari yang pernah dia alami. Mungkin saja
Tangan Lisa kembali bergerak. Menorekan tinta di dalam buku tulis sejarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Best) Friend
Teen FictionHanya ajal yang dapat memisahkan persahabatan kita. Pikir Lisa ketika ia baru saja mengerti arti kehidupannya kini. Walau ini berawal hanya dari multi-person chat in Line tapi ia sungguh mengerti bahwa ia bersama kesepuluh temannya yang akan menjadi...