Tok, tok, tok
Terdengar suara pintu yang diketuk. Tapi tidak ada jawaban dari dalam. Selagi lagi perempuan yang berada di depan pintu itu mengetuk, dan untuk kedua kalinya tidak ada balasan dari dalam. Diketukan pintu yang ke tiga pun tidak ada jawaban yang terdengar.
Dengan pasti perempuan itu membuka pintu yang ternyata tidak dikunci dengan kasar.
Sudah gua duga, seperti biasa. Jadi cowo malas banget sih. Gerutu perempuan itu dalam hati.
“Tama! Bangun!” teriak perempuan itu tepat ditelinga lelaki yang sekarang ada di hadapannya. Lelaki yang masih saja berkelana didalam mimpinya. Tidak ada gerakan sama sekali lagi lelaki itu. Hanya suara dengkuran halus yang terdengar.
“Bisa ga sih lo tuh ga usah nyusahin gua? Kita kembar tapi masalah bangun tuh kita ga kembar! Lo susah banget sih bangunnya” Omel Tami, perempuan yang tadi berusaha membangunkan saudara kembarnya. Tami bergerak menuju suatu ruangan di kamar Tama. Hampir setiap pagi dia berjalan ke ruangan ini.
Byuuuuur!
Seketika tubuh Tama basah dan ia segera menyibak selimutnya.
“Gila lo ya! Lo kira gua apaan sih? Bisa kali lo tuh bangunin gua ga usah kayak gini! Gua mandi dikamar mandi bukan di sini! Pergi lo sana!”
“Lo kira gua ga kesel bangunin lo? Sampai kapan sih lo tuh kayak gini? Lo telat gua yang dimarahin. Bilang kalo itu karena gua. Tapi gua bangunin lo malah ga bangun? Mau lo tuh apa sih?” Tami mulai kehabisan kesabarannya.
“Mau gua? Lo ke- lu- ar!” Ucap Tama dengan penuh tekanan.
“Kalian! Selalu deh pagi – pagi berisik! Ada apaan sih?” Tiba – tiba wanita yang telah mengandung Tama dan Tami itu datang dan tepat berdiri di ambang pintu.
“Itu kamu juga Tama, kenapa kamu basah kuyup gitu?” Lanjutnya. Tidak ada satu pun yang membalas.
“Ga tau terimakasih!” Emosi Tami sudah sampai batasnya. Dia segera membanting gayung yang tadi dipakainya dan berbalik keluar dari kamar yang sangat cowo itu.
“Aku berangkat!” Ucap Tami dengan emosi setelah ia mengambil tasnya dan mulai mengeluarkan motornya dari garasi.
“Argh! Bisa ga sih tuh cewe lembut sedikit?” gumam Tama di kamarnya.
“Gitu – gitu kalian tetep saudara, ga boleh sampai keulang lagi” Ujar mamanya sebelum benar – benar menghilang dari ambang pintu.
- - - - - -
“Lisa!!” Tangan Lisa terhenti untuk membuka pintu kelas saat ia mendengar namanya telah dipanggil dari belakang. Sedangkan Lisa hanya membalas dengan tersenyum.
“Dateng siang lagi?” tanya seseorang yang tadi memanggil Lisa, Nata.
Mereka masuk bersama dan mereka berdua benar – benar di hadiahi dengan tatapan aneh dari teman sekelasnya.
Ada apa ini? Ucap mereka berdua dipikirannya masing – masing.
Lisa berjalan menuju tempat duduknya.
“Gua baru sadar, disini ada orang yang menjilat ludahnya sendiri. Dia bilang dia ga suka kalo dikelas ini ini ada kelompok- kelompok, tapi dia sendiri buat kelompok!” Secara tiba – tiba ketika Lisa telah berhasil duduk di kursinya terdengar sebuah suara yang memang benar - benar ia kenal. Salah satu teman sekelasnya.
Kemudian orang itu bejalan menuju pintu kelas dan keluar dengan cara membanting pintu. Hal yang benar – benar di luar kendali.
Nata merasakan kata – kata itu tertuju padanya. Ia memang tidak pernah mengatakan itu tapi, tanpa alasan yang jelas karena tatapan tadi saat masuk itu justru membuat perasaan kata itu tertuju padanya ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Best) Friend
Teen FictionHanya ajal yang dapat memisahkan persahabatan kita. Pikir Lisa ketika ia baru saja mengerti arti kehidupannya kini. Walau ini berawal hanya dari multi-person chat in Line tapi ia sungguh mengerti bahwa ia bersama kesepuluh temannya yang akan menjadi...