Waktunya istirahat, sebelum berperang melawan soal. Lisa sedang duduk di kursi tempat dia biasa melaksanakan ujian. Ruangan 6. Dipegangnya LKS olahraga, dan mulai menghapal semua jawaban pada soal di lembar LKS tersebut. Sebenarnya ini membosankan, hanya membaca berulang – ulang. Namun, apa daya, memang itu yang harus dilakukan.
"Lah? Udah masuk?" ucap salah satu murid di ruangan 6.
Lisa mendongak dan melihat kedepan. Pengawas telah masuk dan membawa map cokelat yang diyakini isinya adalah soal – soal UAS.
Lisa memasukkan bukunya kedalam tas. Menarik napas, kemudian menghembuskannya kembali dengan teratur, berusaha untuk konsentrasi dan setenang mungkin.
Dia telah selesai mengerjakan soalnya, dia segera dikumpulkan, kemudian berjalan keluar kelas sambil membawa tas dan jaketnya. Kakinya melangkah menuju salah satu bangku yang paling dekat dengan ruangan 6. Dia duduk dan matanya beredar kesegala penjuru. Masih sepi, apa dia terlalu cepat?
Beberapa menit kemudian, koridor kelas mulai ramai. Murid – murid mulai keluar dari kelasnya dengan membawa tas masing – masing.
"Lisa!"
Lisa menengok ke sumber suara, ketika ada suara seseorang yang familiar memanggilnya. Dan dia menemukan Raina yang sedang berjalan bersama Nata dan Shafira.
"Duluan ya!" Raina berucap, sedangkan yang lainnya hanya acuh, dan tidak memandang sedikit pun ke arah Lisa. Menyebalkan.
Huh, jadi gitu? Cuma karena masalah itu, sampai sekarang lo ga mau ngomong sama gua? Batin Lisa.
Lisa segera bangkit dari duduknya, dia segera berjalan, dan meninggalkan gerombolan kelasnya yang masih membahas soal sebelumnya.
Oke, kalau itu emang mau lu, membuat kita saling ga kenal kayak dulu, membuat kita seakan – akan ga pernah belajar bareng, sekarang gua bakal buktiin gua bisa tanpa harus belajar bareng lu. Pikir Lisa.
Dia mulai emosi dengan semua ini, biasanya hampir setiap jam istirahat dia akan belajar bareng dengan Nata, dan Raina. Namun sejak mereka selalu bersama Shafira, mereka juga tempat satu les. Semua berubah. Semua berbeda.
Lisa menutup bukunya. Berbaring sejenak untuk merelekskan syaraf – syarafnya, kemudian bertekad. Gua harus ngalahin Nata.
- - - - - - - - - - - - -
Hari terus berjalan. Setiap pelajaran berhasil dilewati, walau ada beberapa yang membuat otak panas alias harus berpikir dengan ekstra. Besok tinggal hari terakhir dengan pelajaran matematika peminatan dan bahasa inggris.
Pukul 7:32 p.m. Genta membuka LKS matematikanya, dan ternyata latihan UAS yang terdiri dari 2 paket belum ia kerjakan, padahal ada isu yang menyatakan UAS akan dari sana.
"Gua harus apaa? Belum keisi gini? Udah malam pula" gumam Genta, namun tangannya bergerak mengambil ponsel dan mengirim sebuah LINE kepada seseorang.
Genta : Lks matematika peminatan yang uas paket 2 udah belum?
- - - - - - - - - - - -
Dreeet...
Tiba – tiba ponselnya bergetar dua kali, menandakan ada LINE masuk. Tangan perempuan ini mencoba untuk meraih ponsel yang ada di sampingnya, kemudian melihat siapa yang mengirimnya LINE, apakah penting, atau tidak.
Genta : Lks matematika peminatan yang uas paket 2 udah belum?
Dia berpikir, apakah dia harus jujur atau tidak. Kalau jujur, maka dia akan mengatakan 'belum, tapi gua dapet jawaban dari Tami', tapi kalau dia berbohong, maka dia akan mengatakan 'udah, kenapa?'
Dia menimang – nimang, berpikir apa yang harus dia jawab. Namun akhirnya dia memutuskan.
Alisa : Belum.. tapi gua dapet foto paket 2 dari tami, kenapa?
Lisa diam, dia memerhatikan ponselnya, namun tidak melanjutkan belajarnya.
4 menit berlalu, namun tidak ada balasan. Lisa memutuskan untuk lanjut belajar.
Dreeet...
Genta : Gua mau minta kalau udah
Lisa segera meraih ponselnya.
Alisa : Oo, gua baru dapet fotonya, belum gua salin ._.
Alisa : Alisa mengirim foto
Sekitar 6 foto Lisa mengirim kepada Genta.
Alisa : Itu punya tamii
Sedetik kemudian dia mendapat balasan.
Genta : Itu paket 2?
Genta : Makasih Sa.
- - - - - - - - - -
Sebenarnya Lisa bingung, kenapa akhir – akhir ini Genta seakan – akan kembali mendekatinya. Namun, pikiran itu berusaha dia tepis. Dia berpikir, Genta bertanya kepadanya karena biasanya seperti itu. Genta bertanya kepadanya karena tidak tahu. Tidak usah berpikiran jauh – jauh. Dia bingung, makanya dia patut bertanya.
Namun, di detik yang bersamaan pikirannya juga mengatakan mengapa harus Lisa? Bukankah dia punya teman selain Lisa? Yang mungkin lebih pintar.
- - - - - - - - - -
Pasti dia lagi belajar, makanya balesnya cepet, pikir Genta.
"Yaelah, paket satu masih ada belum lagi, masa iya gua harus nanya lagi, kasian kan dia" gumam Genta sedikit kesal.
Genta melirik adeknya. Terlalu santai, pikir Genta ketika melihat adeknya hanya tiduran di kasur sambil bermain ponsel.
Akhirnya Genta kembali bertanya kepada Lisa, dan yap! Lisa selalu menjawab dengan cukup cepat. Tapi ada sebuah pertanyaan yang membuat Genta bingung. Tumben dia belum tidur? Padahal ini udah hampir setengah 10 malam.
Genta : Tumben belum tidur?
Dia meletakkan ponselnya sedikit kasar ketika pesan itu terkirim. Kepo banget sih gua. Ngapain gua tanyain gituu. Yaelah, salah gua nanyain ini, batin Genta.
- - - - - - - - - -
DEG. Lisa tidak berkutik sama sekali. Sebenarnya dia telah mematikan lampu kamarnya, dan menyalakan lampu tidurnya. Kebiasaannya dikala dia belum ngantuk, tetapi sudah disuruh tidur oleh bundanya.
Pertanyaan yang sama sewaktu kelas 10. Kenapa dia jadi sama kayak dulu lagi sih? Batin Lisa.
Lisa memang senang karena sifatnya kembali lagi seperti kelas 10, dimana ada sedikit perhatian, bercanda, saling bertukar pikiran atau yang lainnya, yang membuat rasa nyaman itu muncul. Namun, kalau dipikir –pikir lagi. Kalau perilakunya kembali seperti kelas 10 bukankah rasa nyaman itu akan kembali muncul. Bukankah rasa suka itu akan kembali muncul?
Alisa : Haha iya,, belum ngantuk.
Akhirnya mereka justru berbincang seperti dahulu, yang Lisa harapkan, namun juga tidak Lisa harapkan. Tapi apakah benar rasa nyaman antara mereka akan kembali seperti semula?
- - - - - - - -
Sepertinya disini adalah chapter khusus Lisa dan Genta ya haha.. serius gua ga sadar, gua hanya ngetik, dan ternyata hasilnya kayak gini, maaf kalo ada yang aneh, atau ga sesuai sama keinginan kalian.
Ah iya, sebenernya gua mulai ga tau alur dari lanjutan cerita ini. Jadi ada sedikit berita buruk ._. berita buruknya itu gua lagi berada di dua pilihan dari cerita ini,
pilihan pertama, gua berhenti nulis cerita ini, dan menghapusnya.
atau pilihan kedua, sementara gua akan berhenti, nanti kalau udah ada ide baru dilanjutkan, lagi pula sepertinya cerita ini ga menarik hehe, soalnya yang ngikutin alurnya hanya sedikit.
Jadi, pesan dari gua buat orang yang ngikutin cerita ini. jangan terlalu berharap sama cerita ini. - Araitri
KAMU SEDANG MEMBACA
(Best) Friend
Teen FictionHanya ajal yang dapat memisahkan persahabatan kita. Pikir Lisa ketika ia baru saja mengerti arti kehidupannya kini. Walau ini berawal hanya dari multi-person chat in Line tapi ia sungguh mengerti bahwa ia bersama kesepuluh temannya yang akan menjadi...