Gua berharap kalian menikmati alur cerita ini :) Silahkan vote and comment.
- - - - - - - - -
Nata merebahkan dirinya diatas kasur. Tetapi tiba – tiba adiknya pun ikutan tiduran.
“Apaan sih ikut – ikutan aja.”
“Yaelah, sensi banget kak”
Nata tidak menjawab. Masalahnya hari ini membuatnya semakin pusing.
- - - - - - - - - -
Ini dilain rumah. Di suatu rumah yang belum pernah dijadikan tempat untuk belajar kelompok. Rumah Dika. Dia sama halnya dengan Nata, sedang mencoba melupakan masalah hidupnya dengan cara merelekskan dirinya.
Dika mengambil ponselnya dan ingin mengirimkan pesan Line kepada seseorang tetapi tangannya justru mengarah pada multiperson – chat. Dan dia dikejutkan dengan notif Nata keluar dari multiperson-chat.
Sebenarnya bukan hanya Dika yang kaget akan hal itu. Anggota yang lain pun juga kaget dengan hal itu.
“Dua orang berkurang. Sisa 9 orang” Gumam Lisa.
Apa mungkin ini bisa bertahan? Pikir Lisa.
Sejak 17 Agustus tahun lalu memang selalu banyak halangan dan rintangan yang di hadapi anggota multiperson-chat ini. Dan mungkin bagi mereka semua ini adalah puncak permasalahannya. Seseorang yang biasanya mereka harapkan untuk membantu menyelesaikan masalah tugas harus keluar. Seseorang yang biasanya bisa mengerjakan soal yang tidak bisa dikerjakan oleh yang lain sekarang seperti sudah tidak ada di pihak multiperson-chat.
“Gua mengambil keputusan yang baik. Kalau memang mereka sadar, gua akan kembali lagi” Gumam Nata kemudian melanjutkan belajarnya.
Lisa dan Raina hanya bisa menghela napasnya dengan berat. Perkataan Nata disekolah tidak hanya sekedar gertakan. Tetapi memang sudah sebuah tindakan pasti.
- - - - - - - - - -
Benar, hari memang berlalu. Tetapi seperti ada retakan di dalam bangunan yang awal nya kokoh. Seperti ada rusaknya pondasi yang selama ini berusaha untuk tetap dipertahankan.
Ini masih pukul 05.49 tetapi Lisa sudah berhasil duduk ditempat duduk biasanya dikelas. Lisa menundukkan kepalanya di atas kedua tangannya yang berada di atas meja. Sepertinya ini hal yang biasa dia lakukan ketika kelasnya masih kosong. Merasakan ketenangan sebelum bisingnya suara kelas melewati telinga Lisa. Merasakan pikiran yang kosong sebelum nanti akan diisi oleh pelajaran yang terkadang membosankan.
Tetapi tiba – tiba memori beberapa hari ini berhasil terputar di benak Lisa. Mulai ketika hubungan antara Arsen dan Ara yang semakin memburuk, dilanjutkan dengan Dika yang semakin mendekati Ajeng yang membuat dia semakin lupa dengan kelompok belajar yang dia buat. Dan yang tidak pernah dilupakan Lisa adalah adegan dimana Ajeng menyiramnya hingga bajunya harus basah dan dia diintograsi oleh kedua orang tuanya dan juga kakaknya.
“Adek, keluar sebentar deh” Ujar Bunda dari luar memanggil Lisa yang sedari tadi tidak keluar dari kamar.
Lisa keluar dari kamar. Sebenarnya sejak sepulang sekolah itu Lisa tidak keluar dari kamar karena dia mengumpulkan keberaniannya untuk ini. Ditanyai oleh beribu pertanyaan.
“Ada film bagus nih dek” Ujar kakaknya. Lisa tahu itu hanya untuk mencairkan suasana.
“Gimana sekolahnya?” Tanya ayah Lisa yang masih lengkap dengan baju kantornya itu.
“Ga gimana gimana kok. Biasa aja” Jawab Lisa. Lisa tahu semua keluarganya mengetahui Lisa berbohong.
“Ga ada masalah apa – apa disekolah?” Lisa tahu pertanyaan yang disertai pandangan ayahnya ini sudah tidak bisa dibantahkan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Best) Friend
Teen FictionHanya ajal yang dapat memisahkan persahabatan kita. Pikir Lisa ketika ia baru saja mengerti arti kehidupannya kini. Walau ini berawal hanya dari multi-person chat in Line tapi ia sungguh mengerti bahwa ia bersama kesepuluh temannya yang akan menjadi...