1. Play

59 6 24
                                    

"Gila!!! Lu ditembak sama Kak Arjun segampang itu dan lu jawab 'iya' dengan muka datar gitu, tertampar gua anjir..." Seru gadis dengan rambut panjang hitamnya diikat di belakang.

Temannya yang ia hebohkan hanya menghela nafas pelan, hijab warna putih yang menutupi rambut serta dadanya berhasil membuatnya kembali percaya diri setelah mendengar pukulan kata yang temannya keluarkan dari mulutnya itu.

"Anjir.. Pengen gua punya muka datar kayak lu pas ditembak cowok. Muka datar kek liat muka asem lu." Kembali Wilia mengeluarkan ejekan ejekan kepada teman sesama gilanya.

Alvia, gadis yang berhijab putih tadi sudah tidak tahan lagi dengan ejekan Wilia. Ia teringat sesuatu yang membuatnya tersenyum miring. Tangan kanannya menggapai kantong kecil di tasnya dan mengabil plastik bekas cireng yang kemarin ia gulung untuk di buang namun ia lupa, setelah gulungan itu berada di genggaman tangannya ia menunggu saat yang tepat untuk...

"Heh muka triplek. Nanti kalau diputusin, samain ya mukanya, hahaha!!" Kalimat itu diakhiri dengan tawa membahana dari Wilia, sampai benda bulat masuk ke dalam mulutnya dengan tekstur seperti plastik disertai rasa gurih dan pedas. Sebelum Wilia tersadar dengan apa yang ada di mulutnya, tawa membahana Alvia yang menyadarkannya sehingga ia memuntahkan plastik yang ada di mulutnya.

"Alvia goblok!!! Rasanya gurih pedes anjir!! Lu jail banget jadi orang" Maafkan bahasa Wilia yang agak kasar. Namun umpatan Wilia malah membuat Alvia menambah porsi tawanya.

"Hahahaha.. Ahahaha, haha, haha, aduh anjir gak bisa berhenti hahaha." Hanya itu yang Alvia lontarkan untuk membuat Wilia bungkam.

Sebenarnya, mereka sedang berjalan menuju gerbang sekolah karena jam pembelajaran sudah habis. Menunggu angkot yang lewat untuk pulang ke rumah masing masing.

"Tapi beneran deh, lu gobloknya natural." Ucap Alvia setelah ia dan Wilia duduk di pembatas jalan yang di bawahnya ada saluran air. Bentuknya balok agak tinggi, mungkin terbuat dari batu bata, pasir dan semen. Entahlah Alvia tidak ada di sini saat pembatas ini di buat. Muat untuk di duduki 3-4 orang.

"Lu yang bego. Sampah tuh di buang ke tempat sampah bukan ke mulut gua, geblek." Wilia masih sebal karena perbuatan Alvia. Percayalah, rasa asin dan pedas itu masih terasa. Sedangkan Alvia hanya terkekeh melihat wajah temannya itu.

"Iya iya sorry Wi, kan udah buang juga plastiknya." Bujuk Alvia

Mereka diam, lalu saling bertatapan selama beberapa saat hingga tawa mereka meledak kembali.

"Najis gua liat muka lu." Ucap Wilia yang masih berusaha meredakan tawanya.

"Apalagi gua, edan gua punya temen kayak lu." Balas Alvia yang juga sama, sedang meredakan tawanya.

Setelah mereka benar benar berhenti tertawa, mereka saling diam sambil memperhatikan kendaraan yang sekali kali melewati mereka. Angkot juga terhitung dari mereka duduk, sudah 3 yang lewat namun penuh hingga mereka menunggu angkot yang agak lenggang.

"Tapi beneran deh Vi. Pas lu di tembak sama Kak Arjun di hadapan gua, kok ngerasa gua kebingungan gitu." Ujar Wilia.

Alvia yang sedang memperhatikan awan yang lumayan banyak itupun menoleh setelah mendengar kalimat yang Wilia lontarkan.

"Gak nyangka kan gua gak jomblo lagi terus lu lagi break ma pacar lu." Ucapan Alvia yang diakhiri kekehan membuat Wilia menghela nafas.

"Serius Vi." Ucap Wilia

"Gua masih suka batangan Wi, jadi jan mau di seriusin sama gua." Alvia mengatakan itu sambil menatap lurus ke depan.

"Lu kira gua belok apa? Gua juga masih suka cogan, pea" Wilia mengerutu diakhir kalimatnya, kesal mungkin dirasakannya.

Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang