30. Umi dan pacar pertama

7 3 16
                                    

"Lah, emang Aa salah apa?" Tanya Alvia

Arjun menatap langit hitam, "Kalau ada orang yang dateng cuma mau ambil untung buat dirinya sendiri, menurut Dede gimana?" Ia tidak menjawab Alvia

"Ha?" Alvia sama sekali tidak paham, "Ya, gak tau juga sih. Mungkin kalau ngerugiin, paling Dede jauhin." Jawabnya

"Yakin cuma dijauhin doang, gak ada niat buat bales perbuatannya gitu?"

"Ya, gimana ya. Wong Dede balesnya dengan cara biasa aja, gak bakalan ngaruh kali sama orangnya. Dulu juga pas Dede bilang mau bales dendam sama kalian berenam, palingan cuma ngejauhin kalian kan? Gak lebih."

Arjun kali ini menunduk melihat sepatu yang selalu ia pakai jika sedang di luar.

"Kalau Dede dijadiin bahan candaan sama orang orang kayak jadi bidak permainan, perasaan Dede gimana?" Tanyanya lagi

Alvia menghela nafas, rasanya seperti ada yang menamparnya kepada kenyataan.

"Sadar gak sadar, Dede emang bidak permainan dunia. Jadi kayaknya cuma bakalan pasrah dan berusaha fokus sama tujuan." Jawab gadis itu

"Tapi kamu jadi bidak permainan sesama manusia, bukan dunia. Kamu bakalan apa?"

"Ah, gak paham."

"Kalau ada orang yang--"

"Ada apa sih A? Dati tadi kalau kalau terus, emangnya ada apa sampe nanyain hal kayak gituan?" Alvia sudah tidak habis pikir. Ia ke sini untuk mencari angin segar, bukan untuk menjawab pertanyaan yang sama beratnya seperti soal Fisika, Kimia dan kawan kawannya.

Arjun terkekeh mendengarnya, lalu menyenderkan tubuhnya senderan bangku. Tangan kanannya ia gunakan untuk menutup wajahnya.

"Gua payah ya De." Ucapnya sambil terkekeh

"Kenapa?" Tanya Alvia

"Saking payahnya sampe gak bisa milih salah satu." Ucap Arjun

Alvia diam saja, sepertinya tidak ada gunanya bertanya saat ini.

"Padahal udah tau resikonya masing masing."

"Tapi malah gak bisa nolak dua duanya." Lanjut Arjun

"Kenapa gak coba pilih yang resikonya gak terlalu besar?" Tanya Alvia

Arjun mengintip dari tangannya, lalu menghela nafas.

"Gua udah pilih yang resikonya kecil. Tetep aja gua gak sanggup nahannya, apalagi liat yang terkena resikonya bukan gua doang." Jawab Arjun.

"Kalau gitu," Alvia terlihat berpikir keras, "minta maaf aja sama yang kena resikonya." Usulnya.

"Orangnya gak bakalan semudah itu, dia.." Arjun menghentikan perkataannya

Alvia tersenyum mendengar Arjun terhenti. Ia kemudian bangkit dari duduknya dan mengusap ngusap Arjun.

"PD dikit lah A. Pasti kok, palingan butuh waktu bertahun tahun." Ucap Alvia sambil tersenyum

Arjun yang mendengar itu merasakan bahunya membeku. Alvia tertawa lalu pergi meninggalkan laki laki yang masih duduk.

"Dede pulang duluan, abis waktunya. Jangan pulang kemaleman, dadah."

Arjun baru saja sadar dari kebekuannya langsung bangkit dari duduknya, berniat untuk mengantar Alvia, tapi dalam sekejap Alvia sudah tidak ada di hadapannya.

Arjun terkekeh dan kembali ke tempat duduknya semula.

"Gua beneran salah milih cewek."

Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang