33. Arjun

8 3 21
                                    

Seharusnya hari ini Arjun tidak terpancing amarah, karena ini hari yang berarti bagi dirinya sendiri.

Tapi laki laki menjijikan di hadapannya yang mengaku sebagai Ayahnya memercikkan api amarahnya, hingga lepas kendali.

Pagi ini, ia merencanakan untuk membeli sesuatu untuk dirinya dan pacarnya berhubung hari ini adalah hari hadiah dan hari ulang tahunnya.

"Umi, Ajun harus sarapan kah?" Tanyanya saat ia turun dari kamarnya.

"Abang." Panggil salah satu adiknya Efan

"Apa ganteng, udah sarapan kan?" Tanya Arjun kepadan Efan dan masih tidak menyadari keadaan di sekitarnya.

"Abang." Kali ini Lean yang memanggilnya

"Ya ganteng, masih sarapankan, sama apa?" Tanya Arjun dan lagi lagi tidak melihat situasi karena kelewat sibuk dengan jam tangan serta kebahagiaannya.

"Ajun." Panggil Umi

"Ajun harus sarapan ya Mi? Males ah, nanti aja." Mood nya terlalu bagus untuk menyadari keadaan dingin di meja makannya.

"Abang Arjun." Panggil seseorang dengan nada berat.

Kegiatan Arjun yang sedang memakai dasi langsung terhenti setelah suara itu menamparnya ke keadaan, ia melihat ke arah kursi yang biasanya kosong sekarang terisi oleh orang yang tidak ingin Arjun lihat. Ayahnya.

"Mi." Seketika nada dingin Arjun membekukan atmosfer di sekitar meja makan, bahkan kedua adiknya mulai ketakutan.

"Arjun, maaf bikin kamu ter--"

"Mi." Nada dingin Arjun memotong ucapan Ayahnya

"Arjun, Ayah--"

"Lu siapa?" Tanya Arjun dengan tatapan tajamnya

"Ajun, bicara yang sopan sama Ayah kamu." Tegur Uminya

"Buat apa ngomong sopan sama orang yang--"

"Arjunadbi Aldean." Tegas Umi membuat Arjun menghela nafas lelah.

"Anda siapa?" Tanya formal Arjun

"Ajun, kamu--"

"Apa Mi? Gak sopan salah, sekarang pas udah sopan malah makin disalahin. Ajun harus gimana?"

Umi dibuat bungkam olehnya. Bukannya apa apa, amarah Arjun jika tidak terkontrol tidak akan baik untuk keluarganya.

"Saya Ayah kamu, Arjun." Jawab Ayahnya

"Ayah saya sudah tidak ada, jadi jangan mengada ngada." Ucap Arjun tanpa ekspresi

"Sampai kapan kamu gak--"

"Sampai jiwa saya menghilang." Pertanyaan Ayahnya ia potong, karena ia selalu menanyakan hal yang sia sia.

"Maafkan Ayah." Ujar Ayahnya

"Sembuhkan luka kami terlebih dahulu, baru anda meminta kembali." Sahut Arjun

"Efan, Lean, kalian berangkat duluan kalau mau bareng sama Elan. Buruan." Titahnya kepada kedua adiknya yang bergerak gelisah di kursi mereka akhirnya meninggalkan ketiganya setelah mencium tangan Arjun dan Umi lalu salam.

"Ayah berusaha nyembuhin luka kalian, tapi susah kalau hanya dari luar." Ucap Ayahnya.

"Bahkan dari luar saja anda tidak bisa, bagaimana jika sudah berada di dalam. Yang ada anda hanya menambah luka saja." Sindir Arjun.

"Ajun.." Panggil pelan Uminya

"Ayah janji nggak bakalan nyakitin kalian lagi." Ucap Ayahnya

"Laki laki tidak mengucapkan janji, tapi melakukannya. Bodoh." Arjun memelankan ucapan terakhirnya.

"Oleh karena itu izinkan Ayah melakukan apa yang Ayah janjikan. Dengan menjadi Ayah kalian seutuhnya." Ujar Ayahnya

"Setelah menyiksa Umi selama bertahun tahun setelah melahirkan saya, lalu pergi berselingkuh dengan wanita murahan, setelah puas kembali menyakiti Umi saya hingga Elan dan Lean menyaksikan hal itu. Itu yang anda bilang menjadi 'Ayah sesungguhnya'? Bahkan mendengarnya saja membuatku mual." Papar Arjun

Uminya menunduk tidak bisa lagi membela mantan suaminya, Ayahnya kehilangan sedikit berkas cahaya menuju keluarga utuhnya namun berusaha tidak kehilangan kesempatannya.

"Tolong Arjun berikan Ayah kesempatan. Ayah sekarang sudah bekerja dengan layak dan bisa membiayai keluarga kita, bahkan Ayah menghilang untuk melunasi hutang hutang yang melingkari keluarga ini." Pinta Ayahnya.

"Setelah itu kembali mempekerjakan Umi dan membuka lagi hutang dengan nama keluarga ini, lalu pergi lagi dan setelah bosan kembali meminta kesempatan? Jangan gunakan skenario lama, semuanya menjijikkan." Arjun terkekeh setelah mengucapkannya.

"Ayah mohon Ajun, Ayah mau perbaiki semuanya. Ayah ingin ada di antara kalian semua." Pinta Ayahnya tidak kenal lelah.

Arjun bungkam, sama sekali tidak menyahut.

"Ajun, Umi minta tolong izinin Ayah." Pinta Uminya

Seperti di terjang badai dalam sedetik, Arjun langsung melihat Uminya dengan tatapan tidak percaya.

"Maksudnya Mi?" Arjub ingin memastikan.

"Jika Ayah menjanjikan semua itu, jika Ayah berusaha berubah dan menjadi lebih baik, tolong izinkan dia." Umi memperjelas

Arjun tidak bisa lagi menahan emosi yang bercampur di hatinya.

"Jadi, Umi ngasih dia kesempatan?" Tanya Arjun tidak percaya

Sang Umi hanya mengangguk membenarkan yang membuat Arjun membeku sesaat, rasanya batu besar sedang menabrak hati dan pikirannya.

Arjun tertawa, tertawa hingga terbahak bahak. Bahkan ia sampai memegangi perutnya dan matanya meneteskan air mata.

"Jadi perjuangan Ajun selama ini sia sia Mi?" Tanyanya

"Apa maksud Ajun?" Tanya balik Uminya

"Ajun yang selama ini berusaha ngelindungi kalian, Ajun yang selama ini berusaha sebaik mungkin buat gak bikin air mata kalian keluar, Ajun yang belajar mati matian buat dapet beasiswa demi ngilangin beban Umi, Ajun yang bahkan rela bikin tangan Ajun kotor demi kalian, selama ini sia sia?" Tanya Arjun

"Lupakan kata kalian, Ajun berusaha buat Umi, Ajun pengen Umi terus tersenyum ternyata sia sia ya?" Lanjutnya lalu tertawa kembali. Sebegitu naifnya dirinya.

"Bukan itu maksud Umi--"

"Lakukan sesuka kalian, anggap Ajun aja gila karena terlalu naif sama kalian." Ucap Arjun lalu pergi dengan jaket dan tasnya mengendarai sepeda motornya entah kemana. Untuk hari ini ia bolos sekolah dan sudah tidak peduli lagi.

Uminya menunduk menangis tersedu sedu, ia sudah berpikir bahwa pilihannya sangat egois hingga melukai pahlawan kecil pertamanya.

Ayah Arjun berusaha menenangkan Umi, ia juga merapalkan ucapan maaf kepadanya dan kepada ksatria tangguh pertamanya.

Ya, semuanya terluka. Siapa yang egois pastinya saling menyalahkan dirinya sendiri.

_________
Tbc :)
See you
Jumat, 23 April 2021
Adv85sv

Maafkeun karena makin sini makin gaje dan gak menarik wkwk

Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang