17. Aksan II

10 4 32
                                    

"Gimana, bisa?" Tanya Alvia

"Sip, paham." Jawab Klea

Alvia sedang mengajari Klea tentang salah satu mata pelajaran yang kurang ia pahami.

"Baik semuanya, yang belum buat tugas di rumah saja. Sekian terima kasih, Assalamualaikum." Pamit Guru yang mengajar, lalu ia meninggalkan kelas.

"Waalaikumsalam." Jawab serempak murid kelas X TKJ 1

"Pulang bareng?" Tanya Klea

"Gua bawa motor, sekalian bareng ni anak satu." Jawab Willia sambil menunjuk Villia

"Oh, oke." Jawab Alvia di barengi anggukan kepala Klea

Mereka berpisah di parkiran. Alvia dan Klea menunggu angkot di tempat biasa, sedangkan Willia dan Villia naik motor berdua.

"Kle." Panggil Alvia

Klea yang sedang sibuk dengan ponselnya hanya bergumam menjawab panggilan Alvia. Gadis berkacamata itu melihat ponsel temannya sekilas dan penuh dengan nama laki laki.

"Kalau dipanggil itu jawab yang bener, pea." Ujar Alvia sambil menepuk bahu Klea yang membuat korbannya terkejut dan hampir menjatuhkan ponselnya.

"Ih, Via. Nanti kalau hape gua jatoh gimana, nomor cogan semua ada di sini tauk." Gerutu Klea yang terkejut sambil menunjukan ponselnya

"Bisa gak gak bahas cowok mulu, lu gak kapok apa?" Tanya Alvia.

"Maksudnya?" Tanya Klea balik

"Gua gak suka rahasia gua dikasih orang cuma modal tampang." Jawab Alvia

Oh, sekarang Klea paham. Ia kira Alvia akan melupakan hal itu, namun ia ingat bahwa--

"Gua itu tipe pendendam, lu paham itu. Secara cuma lu yang bisa gua ajak ngobrol ringan." Lanjut Alvia

Klea menyimpan tangannya di pangkuannya.

"Jangan mau dibegoin sama cowok lah Kle. Masa cuma buat topik chatan sama cowok lu bongkar rahasia orang? Kan gak etis bro." Ujar Alvia

Alvia agak memahami temannya yang satu ini. Klea sang gadis yang haus perhatian, yang selalu ingin di mengerti namun tidak bisa mengerti hingga melakukan apapun agar bisa mencapai kepuasannya sendiri. Bahkan apapun ia jadikan batu pijakan agar bisa melihat apa yang ia inginkan. Jujur saja Alvia takut dengan hal ini.

"Maaf, abisnya gua di chat duluan sama Kak Aksannya. Jadinya kebablasan." Sesal Klea

"Udah berapa kali gua bilang sih? Lu itu cantik, gampang paham materi di pelajaran apapun, orang berada, lu gampang mau nyomot cowok yang mana pun." Papar Alvia. Ia akui agak kesal dengan perbuatan gadis di sampingnya ini.

"Tapi itu aja gak cukup Vi, gua pengen di perhatiin." Lirih Klea

Alvia menghela nafas, susah kalau ngomelin orang yang kurang bersyukur. "Emang lu dapet perhatian dengan lu chatan sama cowok penjilat gitu? Kagak goblok. Yang ada mereka jadiin lu alat buat apa yang mereka tuju." Ucap Alvia sambil memegang dahinya.

"Jawab gua. Selama ini cowok yang lu dapet nomornya pasti jadian atau deket sama orang yang mereka tanyain sama lu kan?" Tanya Alvia.

Klea tidak bisa mengelak dan hanya bisa mengangguk, ia menyadari itu namun perhatian sesaat mereka membuatnya nyaman meskipun dijadikan alat.

Alvia mengangkat tanganya ke atas kepala Klea, "Lu cantik. Gua tegasin itu. Lu boleh chatan sama siapapun, asal lu bisa tau apa dan kapan lu ngobrol sehat sama mereka." Ucapnya sambil mengetuk ngetuk telunjuknya di sana.

Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang