3. Ngeh

16 4 15
                                    

SMK Bulan, sekolah yang Alvia masuki untuk mendapatkan pelajaran yang lebih banyak dari pada SMP. Dari ia kelas 1 SD ia tidak punya niatan untuk masuk SMA, mungkin karena melihat kakaknya yang masuk sekolah SMK membuatnya mantap untuk masuk di sekolah yang sama. Hanya saja saat ia diberi pilihan tujuan lain oleh orang lain saat kelas 9 SMP dan saat membaca semua cerita novel-novel romansa yang ia baca hanya bertempat di SMA, membuatnya ingin masuk di sekolah SMA dan SMK lain.

Sekolah ini mepunyai 4 jurusan, Teknik Komputer Jaringan, Teknik Kendaraan Ringan, Akuntansi, dan Multimedia. Alvia memasuki TKJ karena ia melihat kakaknya masuk jurusan ini (Lagi-lagi melihat kakaknya) ia mengira jurusan ini lebih mudah dari jurusan lain namun buktinya jauh dari ekspektsi. Ia lupa, kemanapun jurusannya ia tidak bisa lepas dari hitung menghitung yang merupakan kelemahannya sejak dulu.

Mempunyai 3 gedung utama yang dijadikan ruang kelas, 5 gedung lainnya digunakan sebagai tempat praktik tiap jurusan, ruang perpustakaan, gudang dan yang lainnya. Ya hampir setengah semester ia menempati sekolah ini membuatnya agak hapal nama tempat tempat yang ada.

Di sebelah sekolah ini ada sekolah yang satu Yayasan dengan SMK Bulan, nama sekolah itu SMA Matahari. Alvia tidak habih pikir, mungkin sang pendiri maniak tentang Astronomi jadi menamai sekolah sekolah ini dengan anggota tata surya. Bahkan nama yayasannya Yayasan Bima Sakti.

Bisa dibilang itu SMA favorit di daerah ini, fasilitasnya hampir dikatakan lengkap. Berbeda dengan SMK nya, fasilitasnya masih setengah dari lengkap, tetapi Alvia bersyukur itu lebih baik dari pada tidak sama sekali

Alvia yang sedang melamun dikejutkan dengan dering bel istirahat pemusnah sumpah serapah karena ulangan hari ini, bagaimana tidak hati ini ulangan tentang materi yang awal semester ini ia pelajari bersama teman temannya namun soalnya dikembangkan kembali.

Setelah gurunya menghilang dari balik pintu, gemuruh murid yang tidak terima dengan ulangan hari ini terdengar. Ucapan dan pertanyaannya seperti biasa, membahas kembali jawaban soal tadi

"Woah anjr, gila juga soalnya. Kalau ujian akhir semester ini gimana ngitungnya, mana sempetlah" Keluh Villia sambil membereskan alat tulisnya untuk dimasukan ke dalam tas miliknya

"Lagian gua yakin kalau iya ada soal kek gitu di ujian akhir, gak bakalan lu itung." Sahut Alvia sambil mengecek jam tangan hitam di pergelangan tangan kanannya

"Iya juga ya, ngapain gua pikirin?" Setuju Villia

"Udah belum?!!" Teriak Willia yang sudah di lawang pintu "Gua laper banget mo ke kantin." Lanjutnya

"Udah, bentar." Teriak balik Villia, ia beranjak dari tempatnya tadi "Lu ikut?" Tanyanya kepada Alvia

"Nitip cireng aja dua, pake pedes." Jawab Alvia sambil menyerahkan uang Rp.5000 "Mumpung Wifinya belum di matiin gua mo ngedownload dulu." Lanjutnya

"Dasar kang gratisan." Cibir Villia sambil merebut uang ditangan Alvia. Alvia yang mendengarnya hanya terkekeh, mau gimana lagi dia kan lagi missqueen kuota.

"Gua ikut ah." Ucap Klea, teman sebangku Alvia. Gadis cantik berwajah mulus dan berkulit putih juga berjilbab dan merupakan incaran laki-laki kelas sebelah dan gamer handal. Alvia harus bersabar mempunyai teman-teman dengan tampang di atas rata-rata, secara ia sadar wajahnya biasa saja.

"Monggo bu haji." Uca Alvia sambil tertawa melihat teman-temannya meninggalkannya untuk mengisi perut

"Nah sekarang, waktunya beraksi." Batinnya bersorak. Alvia sekarang tahu ungkapan Pelangi datang setelah badai. Buktinya setelah badai ulangan yang melelahkan datanglah pelangi Wi-Fi gratis untuk mendownload Anime yang menjadi incarannya kemarin malam.

Game OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang