13

133 15 0
                                    

"why be afraid of the dark when there are many beautiful things that can only be seen when it's dark?"

-unknown
—————————

-unknown—————————

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.












Hayu hayu di votee
Tinggalkan jejak untuk dikenang :)

Enjoy the story ❤️

.
.
.

Rayhan menarik kursinya. Ia duduk tepat diseberang Syakila.

"Oh iya, om. Kenalin ini guru aku, namanya Pak Rayhan. Pak Rayhan kenalin ini om Rayyan."

Rayhan menjabat tangan Rayyan. Rayyan yang kaget hanya bisa mematung. Jelas ia bisa mengenali tangan ini.

Kenapa dia bisa ada disini?

Dengan segera Rayyan menarik tangannya kembali. Ia menggenggam garpu untuk mengurangi keterkejutannya.

Syakila bisa melihat kecanggungan itu. Ia menatap Rayhan dan Rayyan bergantian.

Rayhan yang melihat kebingungan di mata gadis itu berdeham. "Bisa dimulai, Syakila?"

Syakila tersadar. Kemudian mengangguk. "Bisa, pak." Ia mengeluarkan bukunya beserta peralatan tulisnya.

"Kamu bisa catat dahulu materi yang sudah saya kasih. Baru dikerjakan soalnya. Kalau ada yang tidak paham, bisa ditanyakan."

"Oke, pak."

Keheningan melanda meja itu.

Rayyan tiba-tiba berdiri. Membuat deritan keras pada kursinya. Tongkatnya pun ikut terjatuh. Semua yang ada di meja itu menatap heran pada Rayyan. Satu dua orang menatap mereka menarik.

"Syafiq, ayo kita pulang."
Lelaki itu berjongkok mencari tongkatnya. Tapi tak kunjung menemukannya.

Syakila dengan tanggap mengambilkan tongkat itu. Yang langsung diambil kasar oleh lelaki itu.
Syakila menatap heran.

"Kok buru-buru, om?"

"Saya udah kenyang. Bisa kita pulang, Syafiq? Kalau kamu mau masih disini, saya bisa pulang sendiri."

Syafiq terdiam. Tampak keheranan dengan lelaki itu.

"Eh jangan, om. Syakila anter deh yuk." Rayyan menggeleng keras. Menolak perkataan gadis itu.

FAVOUR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang