21

231 17 8
                                    

Jangan lupa vote

Happy reading ❤️

——————————————————
"sometimes we ourselves spoil the plot. What has gone well, there is no problem, we are damaged by impatience, prejudice, too sensitive and so on."

-tereliye

—————————————————

Sudah berkali-kali Syakila menghela napas. Tangannya saling memilin. Matanya berpendar cemas. Seandainya ia sudah diperbolehkan keluar dari kamar, sudah dipastikan ia akan berlari dan menunggu Rayyan yang tengah di operasi.

"Udah, Sya. Jangan stres, kan lu juga lagi sakit."

Syakila balas menatap Feyla jengkel. Bagaimana ia bisa tenang kalau begini.

"Coba lo liat, Fey. Siapa tau udah selesai."

Feyla menyalakan layar ponselnya. "Baru 2 jam." Gumamnya pelan. Syafiq juga belum memberitahunya.

"Fey, Lo tau siapa yang donorin?"

Feyla menggeleng pelan. Ia juga tidak tahu sama sekali perihal siapa yang mendonorkan mata untuk Rayyan.

Syakila berusaha bangun dari tidurnya. Feyla sontak mendekat. "Mau kemana?"

"Mau pipis." Dengan perlahan Feyla mendudukkan Syakila di kursi roda.

"Mau gue temenin?" Feyla menatap tak yakin pada Syakila.

"Ish gak usah. Kan duduk."

Feyla sedikit mengangkat tubuh Syakila dan mendudukkannya di atas toilet.

"Bilang ya kalo udah."

Feyla menutup pintu kamar mandi. Ia mengambil ponselnya di saku.

Ada pesan dari Syafiq.

Alhamdulillah operasinya berjalan lancar.

Sontak bibir Feyla tersenyum.

"Fey... Udah."

Gadis itu memasukkan kembali ponsel kedalam saku. Ia mendudukkan Syakila ke kursi roda.

"Operasinya berjalan lancar, Sya."

Mata Syakila berbinar. "Alhamdulillah."

"Terus gimana keadaannya?"

Feyla menggeleng, "gak tau, Syafiq gak bilang."

Syakila mengangguk. Senang mendengarnya bahwa operasinya berjalan lancar.

.
.
.

"Gue bakal urus pemakamannya."

Syafiq mengangguk pelan. Ada perasaan berbeda bercokol di hatinya. Senang karena operasi Rayyan berjalan lancar. Sedih karena—

Syafiq menghela napas.

"Gue mau ke kamar, kakak." Ia berjalan meninggalkan Malih yang tengah menghubungi seseorang.

Dilihatnya Feyla yang sedang bertelpon entah dengan siapa dan  Syakila yang sedang duduk di kursi roda. Seketika pandangannya menajam. Ia menghampiri cepat kakaknya.

"Kok di kursi roda?!"

"Tadi abis pipis."

Syafiq sedikit menurunkan badannya. Baru saja tangannya hendak menggendong tubuh kakaknya, tapi Syakila menahannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAVOUR [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang