“Permisi ... gue boleh, kan, duduk sebelah lo?”
Suara meminta izin itu keluar dari mulut laki-laki berkacamata dengan kamera di tangannya. Gadis yang masih setia memangku laptop dan mengetik sesuatu di lembar kerjanya hanya mengangguk samar tanpa suara. Kedua manusia lawan jenis ini saling diam dan sibuk dengan aktivitas masing-masing. Si laki-laki yang sibuk memotret matahari terbenam dan sekitarnya; si perempuan yang sibuk menyelesaikan cerita untuk ia unggah di platform baca buku ternama itu.
Laki-laki itu menyadari sesuatu saat mengarahkan kameranya ke perempuan di sampingnya, tepat. Wajahnya mirip sekali dengan si gadis yang pandai melukis itu. Ia ingin menyapa perempuan ini namun jika dilihat dari situasi dan kondisi, sepertinya perempuan ini sibuk berkonsentrasi. Iya, Zweitson mengurungkan niatnya menyapa perempuan yang ada di sampingnya.
“Senja dan kenangan…” gumam Zweitson tiba-tiba, membuat perempuan di sampingnya menoleh dan mengerutkan dahi. Merasa ditatap intens, Zweitson meringis dan senyum ke arah perempuan itu, Maroona namanya. “Eh, sorry! Gue ganggu lo, ya?”
Maroona menggeleng dan sedikit menggeser tubuhnya ke arah Zweitson, laki-laki itu malah kaget dengan gerakan tiba-tiba dari Maroona. “Lo bilang apa tadi?”
“Senja dan kena—ngan…” jawab Zweitson polos, wajah Maroona sedikit cerah karena mendengar jawaban laki-laki yang belum ia ketahui namanya itu.
“Makasih,” ucap Maroona yang segera mengetik lagi di laptopnya, sekarang Zweitson yang mengerutkan dahinya.
“Makasih untuk?”
“Ucapan lo tadi bisa jadi inspirasi buat bagian cerita gue, gue mau update cerita di cerita gue tapi belum dapet ide, thank you!” ucap Maroona senang, Zweitson hanya tersenyum tipis. Tidak lama, Maroona mengulurkan tangannya ke Zweitson. “Oke, lebih baik kita kenalan dulu, nama gue Maroona biasa dipanggil Una. Kalo lo siapa?”
Zweitson menjabat tangan Maroona dengan semangat. “Gue Zweitson, bisa dipanggil Zwei ataupun Soni.” Jawaban Zweitson membuat Maroona terkekeh, nama Zweitson ini susah banget, pikirnya.
“Oke, halo 'Swit'!”
Zweitson tertawa lebar mendengar Maroona menyebutnya dengan panggilan itu. “Swit? Kenapa Swit?”
“Paling gampang panggil nama lo itu Swit, hehe. Oh iya, salam kenal ya, Swit!”
Zweitson mengangguk dan mengulum senyum. Pertemuan pertamanya dengan gadis bernama Maroona ini dibilang cukup baik, tidak seperti Fenly waktu itu.
Nah iya, Fenly kemarin-kemarin bercerita tentang pertemuannya dengan Maroona di jalanan, berakhir dengan tolakan dan suara ketus Maroona. Tapi kali ini tidak, justru malah Maroona yang bersimpati ingin berkenalan dengan Zweitson. Lagi dan lagi, senyum di bibir Zweitson mengembang.
Maroona menengok ke arah Zweitson. “Gue boleh, kan, pake ide 'Senja dan kenangan' punya lo tadi buat cerita gue? Gini gini gue ijin dulu kali kalo mau pake ide orang, hehe.”
“Dengan senang hati, Una. Pake aja nggak apa-apa, asal …,” ucap Zweitson menggantung.
“Apa?”
Zweitson mencari alasan yang tepat untuk membicarakan keinginan random di pikirannya ini. “Kan pasti lo nulis cerita tuh, di suatu platform kan ….”
“Iya, terus?”
“Lo mau … pake hasil gambar jepretan gue buat dipajang di sana, di multimedianya?” ucap Zweitson malu-malu, Maroona semakin tersenyum lebar melihat ekspresi lucu dari Zweitson yang seperti itu.
Maroona mengulurkan tangannya lagi di depan Zweitson. “Oke, deal!” Tangan Maroona sudah dijabat lagi oleh Zweitson dengan gerakan cepat. “Tenang aja, Swit, gue kasih credit-nya lo kok, biar pada tahu kalo hasil gambar lo keren-keren.”
KAMU SEDANG MEMBACA
CdM 2: Ketik Ketuk Hati || UN1TY [SELESAI]
Fanfiction[30/30] - romansa; angst; drama Terpilih & masuk ke reading list 'Fanfiksi Unik, Beda Dari Yang Lain' oleh @WattpadFanficID bulan Februari 2021 ❝Tanpa disadari, kalian menghadapi masalah pelik yang sama, dengan orang yang 'nyaris' sama.❞ Masa lalu...