Ekstra Part :Kolak Pisang dan Tuna Panggang
__________“Son, gue minta maaf.”
Ya, suara Fenly yang dingin cukup memekakan telinga Zweitson yang sibuk membuat minuman di dapur. Ia menoleh lantas tersenyum tipis. Ia kira Fenly akan marah setahun dengannya.
“Gue minta maaf soal kemarin, gue udah lama cuekin lo,” ulang Fenly lagi, Zweitson tersenyum lebar.
“Santai aja, Fen. Tanpa lo minta maaf gue udah lupain itu semua, kok.”
“Soriii,” ucap Fenly, dia menubrukkan badannya ke Zweitson, tiba-tiba saja memeluk roommate-nya dengan erat, Zweitson terkekeh pelan.
“Iyaa iyaa, udah ah jangan ngerengek gini, kayak anak kecil. Padahal kan, gue yang lebih kecil dari lo,” sindir Zweitson, Fenly memukul pelan bahu Zweitson.
“Rese lo, Son!”
Matanya beralih pada panci di atas kompor, kepulan asap dan wangi daun pandan tercium. “Lo bikin apa?”
“Kolak pisang, buat anak-anak buka puasa.”
“Baik banget sih anak kecil,” tutur Fenly, ia mengacak poni Zweitson dan memberantakinya. Zweitson berdecak.
Beberapa menit kemudian Fiki masuk ke dapur dan menjatuhkan pandangannya pada Fenly. Mereka saling menatap satu sama lain. Ada sedikit rasa canggung karena keduanya sebelum ini pernah berselisih paham. Fenly bergerak mendekat ke arah Fiki yang sibuk mencuci tangannya.
“F-Fik..”
Panggilan dari Fenly itu membuat Fiki menoleh, sekali lagi tidak nyaman atau lebih tepatnya canggung. “... ngh, i-iya, Fen.. kenapa?”
Fenly langsung menarik Fiki dalam dekapannya. Fiki yang mendapat perlakuan itu tercengang dan belum bereaksi apa-apa. Fenly menepuk-nepuk punggung Fiki pelan. “Soriii, gue terlalu emosi waktu itu. Maaf, Fik.”
Fiki membalas pelukan Fenly dengan ragu. “I-iya, Fen. Eh, maksud gue.. nggak apa-apa, gue ngertiin kok.”
Semenit, Fenly melepas pelukannya dengan Fiki dan tersenyum simpul. “Terima kasih udah berbesar hati dan memulai minta maaf, gue salut sama lo,” lanjut Fiki, Fenly terkekeh canggung.
“Ya gue dikacangin kalo gini,” sindir Zweitson yang melirik sinis pada keduanya, Fiki dan Fenly kompak terbahak dan beralih merangkul pundak Zweitson.
“Iya iya, ini gue rangkul deh!”
Fiki menambahi, “kok lo ngambekan sih, Son, sekarang? Kayak ABG dah!”
“Lah gue kan emang ABG, kalo lo ...” Zweitson menggantungkan kalimatnya lalu melirik Fiki yang masih merangkulnya, “... anak kecil, bahahaha..”
Fenly yang merangkul Zweitson dari sisi kanan ikut tertawa. Ia rindu tawa ini lagi, tawa tanpa kesedihan, tawa tanpa kesalahpahaman.
Fiki mencurutkan bibirnya, “ih gue tuh dedek gemoy, bukan anak kecil!”
“Gue yang gemoy,” goda Zweitson, dia menaik-turunkan alisnya. Fiki kembali cemberut.
“Ih gue!”
“Gue yang gemoy, Fiki!”
“Gue. GE-U-E, GUE!” sahut Fiki sedikit nyolot, Zweitson mencibir.
“Ya gue lah!”
“Udah udah, gue yang gemoy.”
Zweitson dan Fiki kompak menoleh ke arah Fenly, laki-laki itu sudah memasang senyum lebar. “Gue yang gemoy. Ya kan, Fenly itu gemoy.”
KAMU SEDANG MEMBACA
CdM 2: Ketik Ketuk Hati || UN1TY [SELESAI]
Fanfiction[30/30] - romansa; angst; drama Terpilih & masuk ke reading list 'Fanfiksi Unik, Beda Dari Yang Lain' oleh @WattpadFanficID bulan Februari 2021 ❝Tanpa disadari, kalian menghadapi masalah pelik yang sama, dengan orang yang 'nyaris' sama.❞ Masa lalu...