(Warning⚠ harsh words and a lil bit violence. Harap bijak saat membaca, ya!)
________“Enak lo ya baru balik jam segini, gue bilang malem ini latihan non-stop! Lo malah keluyuran sampe jam dua belas lewat!”
Amarah yang sejak tadi sore Farhan tahan akhirnya meluap, ia lampiaskan pada Fenly—yang baru saja membuka pintu rumah. Penampilan Fenly pun saat ini dapat dibilang sangat acak-acakan dan tidak teratur. Rambut yang mencuat, wajah lesu, dan tidak lupa matanya ... sedikit sembab.
Farhan menambahi lagi. “Lo ke mana aja, Fen? Hape lo nggak berfungsi tadi? Lo ngelewatin latihan hari ini! Gila lo ya?!”
Fenly melengos dan melirik Farhan sekilas, ia melangkah menuju dapur mencari segelas air putih untuk diminumnya. Farhan terus mengekori Fenly dengan emosi yang masih mengakar di sana.
PLAK!
Farhan menampar Fenly.
Fenly yang baru selesai minum sempat sedikit terkejut, merasakan panas di pipi kirinya. “Maksud lo apa nampar gue?”
Sementara mereka beradu mulut, terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru menuruni anak tangga. Sekitar lima laki-laki sudah berjalan pelan menuju ruang tengah, dua di antaranya memberanikan diri untuk ke dapur—berniat melerai Farhan dan Fenly.
“Pake nanya, gue udah greget sama lo, Fen! Dari beberapa hari yang lalu lo dingin banget sama gue pas latihan. Dan tadi ... gue telepon dan chat lo sama sekali nggak lo bales! Sebelum itu juga, lo nggak kasih alasan kenapa lo pergi tadi sore! Itu alasan yang bikin gue marah sama lo!” cerca Farhan berapi-api, Fenly hanya diam sambil terus menatap sengit Farhan.
“Apaan sih? Udah malem jangan ribut!” lerai Shandy sambil menahan Farhan, laki-laki itu menyentak.
Ricky—yang sekarang juga ikut ke dapur bersama Shandy—menyambung. “Jangan main tangan, Bang Han ... tolong.. bicarain baik-baik—”
Farhan menyela. “Percuma! Ngomong baik-baik sama Fenly tuh sama aja sia-sia! Gue udah wanti-wanti ke dia untuk fokus ke latihannya kali ini. Tapi apa? Dia keluyuran hari ini!”
“Gue bilang jangan emosi dulu, tahan emosi lo! Udah malem!” Shandy menaikkan suaranya. Tiba-tiba ia menjadi sosok yang serius saat ada keributan seperti ini.
Ricky setuju. “Kalian berdua, duduk ke ruang tengah dulu. Selesaiin baik-baik.”
Dengan langkah malas, Fenly dan Farhan berjalan menuju ruang tengah—yang ternyata sudah ada Gilang, Fiki, dan Aji—duduk memencar. Farhan duduk di antara Fiki dan Aji, sedangkan Fenly di sofa tunggal.
Ricky dan Shandy menyusul, mengambil kursi dari meja makan. Suasana menjadi tegang dan hening. Waktu pun sudah larut dan harusnya mereka sudah beristirahat, bukannya berkumpul seperti ini.
Napas Farhan memburu, ia masih menatap sengit Fenly begitupun sebaliknya. Ini semua sudah gila. Yang ditakutkan benar-benar terjadi, permasalahan kecil merusak semuanya.
Ceklek
Pintu kamar Fenly-Zweitson terbuka, menampilkan laki-laki yang sibuk mengucek mata. Kali ini dia tidak membawa kacamatanya dan matanya menyipit. Ia terbangun karena mendengar suara berisik dari luar kamarnya. Seluruh pasang mata langsung menatap Zweitson dengan tatapan tersirat yang seakan berkata, “jangan bersuara dulu, Son.”
“Ada apaan sih? Berisik—”
“Lo ikut duduk sini juga, Son,” pinta Shandy dengan suara serius. Ia terkaget dan mengerjap berkali-kali. Ini ada apa sebenarnya? Pikir Zweitson.

KAMU SEDANG MEMBACA
CdM 2: Ketik Ketuk Hati || UN1TY [SELESAI]
Fanfiction[30/30] - romansa; angst; drama Terpilih & masuk ke reading list 'Fanfiksi Unik, Beda Dari Yang Lain' oleh @WattpadFanficID bulan Februari 2021 ❝Tanpa disadari, kalian menghadapi masalah pelik yang sama, dengan orang yang 'nyaris' sama.❞ Masa lalu...