Kematiannya menyisakan luka paling dalam di hati Theo, apalagi dia baru mengetahui alasan utama kenapa gadis itu meninggalkannya. Terlambat mengetahui itu membuat Theo menyesal.
Seharusnya, dia mengetahui sejak awal Salsa sedang sakit dan menyembunyikan darinya. Sedekat apapun dia dengan Salsa, gadis itu tidak sekalipun memperlihatkan jika tengah melawan penyakitnya.
Di balik kaca mata hitam itu terdapat sepasang mata sembab. Risa menghadiri pemakaman Salsa bersama Theo, pemuda itu benar-benar terpukul dengan kematian Salsa.
"Aku terlalu bodoh sampai tidak menyadarinya. Seharusnya, aku tahu kenapa dia memilih pergi," ucap Theo sepulang dari pemakaman.
"Dia meninggalkan jejak yang membuatku tidak bisa memaafkannya dan membencinya." Kata Theo dengan bersandar ke tempat tidurnya.
"Jangan menyalahkan dirimu. Semua terjadi karena Salsa tidak mau membuatmu sedih dan mengkhawatirkannya. Sekarang, dia sudah tidak merasakan sakit lagi dan mungkin sudah Tuhan siapkan tempat indah untuknya di sana." Jelas Risa yang tak sanggup juga melihat Theo seperti ini.
"Maaf," ucap Theo menoleh ke arah gadis di sampingnya.
"U-ntuk apa? Aku yang harus minta maaf bukan, jika malam itu kamu tidak jadi pergi karena aku. Mungkin, Salsa sudah tidak ada dan tidak bisa melihatmu untuk terakhir kalinya. Aku akan menyesalinya seumur hidup." Jelas Risa yang merasa bersalah.
Theo bersandar ke bahu gadis itu dengan wajah murungnya dan mata sembab setelah menangisi kematian Salsa. Akan selalu tempat terindah di hatinya untuk Salsa, Risa tidak akan bisa menggantikannya pikir Risa.
"Saat memutuskan untuk memilih pergi, aku tidak bisa melakukannya karena aku tak sanggup meninggalkanmu. Aku juga tidak mau membuatmu terluka, sudah banyak luka yang ku toreh di hatimu. Di sisi lain Salsa mengatakan untuk terakhir kalinya ingin bertemu denganku dan aku yakin sudah terjadi sesuatu padanya." Jelas Theo situasi yang terjadi semalam seperti apa.
"Aku tidak memikirkan apa alasan Salsa ingin menemuiku. Tapi, aku harus membawamu untuk tahu alasan itu. Ternyata dia menungguku sebelum pergi." Lanjut Theo menundukkan kepalanya sambil meneteskan air matanya.
Orang yang selalu terlihat kejam dan sangar, kini terduduk lemah sambil menangis. Risa merubah posisinya ia dengan lapangan dada berusaha kuat dan tegar. Ia memeluk Theo menenangkan perasaannya yang tengah kacau.
.
.
.Waktu berjalan cepat kematian Salsa yang meninggalkan luka di hati Theo. Perlahan Theo bisa memaafkan keadaan dan menjalani kehidupan barunya.
Risa yang selalu datang sendiri ke reuni masa sekolahnya, karena rumah tangganya tak baik-baik saja. Meskipun, sekarang hubungannya dengan Theo sedikit membaik, tapi dia tidak mau mengganggu pekerjaan suaminya.
"Ada acara?" tanya Theo pada gadis yang pagi-pagi sudah berpenampilan rapih.
"Ah, aku belum memberitahumu. Hari ini, aku mau menghadiri acara reuni SMA. Boleh 'kan aku pergi?" tanya Risa yang sudah siap untuk pergi.
"Reuni?" tanya Theo sama sekali tidak tahu jika istrinya sering ikut acara itu.
"Setiap akhir tahun sekolahku selalu mengadakan reuni. Sudah lama aku tidak bertemu dengan teman-temanku," ucap Risa membuat pemuda itu terdiam.
"Mau ku antar?" tanya Theo sudah siap berangkat kerja.
"T-tidak perlu. Aku bisa sendiri, aku pergi dulu." Pamit Risa berjalan keluar dari kamar.
Marvin yang sibuk dengan band nya dia akan pergi untuk latihan. Dia bertemu dengan kakak iparnya yang sudah berdandan cantik keluar rumah.
"Ah, pasti dia pergi ke reuni SMA." Kata Marvin kebetulan saat Theo keluar dari kamarnya.
"Padahal dia selalu menangis setiap pulang reunian, ngapain dia pergi lagi. Pasti teman-temannya selalu bertanya kenapa Suaminya tidak pernah ikut reuni bersamanya." Celetuk Marvin yang selalu menjadi kompor.
Theo menatap ke arah adiknya dengan tatapan sinis, dia seperti tahu segala hal tentang Risa. Bahkan, kebiasaan gadis itu setiap akhir tahun dia tahu.
Sesampainya di tempat reuni seperti biasa Risa bertemu dengan teman-teman SMA nya. Kadang, Risa merasa iri pada mereka yang menghabiskan masa muda mereka dengan bekerja dan menggapai impian mereka.
Dia yang harus menikah muda kehilangan masa bersama teman-temannya dan harus menjadi ibu rumah tangga di usia mudanya. Tapi, Risa menikmati perannya sekarang jika menjadi ibu rumah tangga tak seburuk itu.
"Aku selalu merasa bersalah karena dulu gak pernah hadir di pernikahan kamu, Sa." Kata Bella yang harus bekerja saat pernikahan Risa.
"Iya aku juga. Padahal, kita berempat selalu bersama-sama." Lanjut Dinda sahabat yang paling dekat dengan Risa dulu.
"Di perusahaan tempat kita bekerja sangat ketat dan gak mudah dapet cuti apalagi libur," ucap Anggi merasa bersalah karena orang pertama menikah di persahabatan mereka tidak bisa hadir.
"Aku sudah bilang tidak papa," ucap Risa karena ketiga sahabatnya bisa mendapatkan satu pekerjaan yang sama.
"Kenapa Suamimu tidak pernah hadir? Aku ingin bertemu dengannya," ucap Bella yang selalu melihat Risa datang sendirian.
"Dia sibuk bekerja," ucap Risa yang pertanyaan itu sering dia dapatkan setiap reuni.
"Kalian baik-baik saja. Aku tidak pernah melihat kamu mempublikasikan foto pernikahan atau kebersamaan keluargamu." Jelas Dinda merasa khawatir dengan rumah tangga sahabatnya.
"Kalian juga tahu aku tidak suka bermain sosial media," ucap Risa menutupi masalah rumah tangganya selama ini.
"Setidaknya, sesekali kamu membagikan moment kebahagiaan keluarga kecilmu kami ingin melihatnya." Kata Anggi dengan tersenyum seperti merasa ada sesuatu yang sahabatnya sembunyi.
Sudah sejak lama mereka bertiga merasa rumah tangga Risa sedang bermasalah. Memang benar mereka di jodohkan, tapi pernikahan sudah berjalan bertahun-tahun sampai sekarang Risa masih tertutup mengenai rumah tangganya.
Risa sendiri memang tipe cewek yang kalem dan tidak pernah memposting apapun di media sosialnya. Bahkan, mereka jarang melihat Risa membagikan foto pernikahannya sekalipun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In The Past
Teen FictionAku hanya punya cinta untuk mempertahankan rumah tangga kita. Mungkinkah, cinta yang ku miliki dapat mengubahmu untuk mencintaiku balik. ~Risa Adrianii