Part 20

1.1K 89 73
                                    

Setiap hari merasa jatuh cinta pada suaminya membuat Risa tidak bisa berlama-lama melihat suaminya. Dia sering menolak kontak fisik dan matanya, imannya terlalu lemah yang sering tergoda dengan pesona suaminya.

Demi kewarasan dirinya ia memutuskan untuk menghindari Theo. Apalagi, hari ini Theo mencukur rambutnya, bagaimana tidak tidak menggoda imannya. Risa sambil makan malam selalu salah fokus dengan Theo yang terlihat lebih tampan.

Benarkan dia Suamiku?

Batin Risa dengan sedikit tersenyum menatap ke arah pemuda di hadapannya yang tengah melahap makanan miliknya.

Marvin dengan tatapan anehnya menatap kakak iparnya senyum-senyum sendiri ketika makan malam. Sejak tadi memperhatikan suaminya dengan malu-malu kucing seperti itu membuat Marvin geli sendiri melihatnya.

Setelah, mencuci piring dan mengunci semua pintu rumah sebelum tidur. Risa yang merasa jantungnya berdegup kencang dia membuka pelan pintu kamarnya, dia terkejut ketika suaminya baru saja keluar dari kamar mandi.

Risa yang salah tingkah sendiri langsung bergegas ke tempat tidur untuk segera tidur. Theo berjalan ke tempat tidurnya, dia sendiri merasa heran dengan tingkah istrinya yang aneh sejak tadi.

"Apa sesuatu sudah terjadi?" tanya Theo setelah berbaring di tempat tidur.

"Hah?" Kaget Risa sambil membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Theo.

"Ada apa denganmu?" tanya Theo membuat gadis itu terkejut.

Mungkinkah, Theo menyadari salah tingkahnya ketika melihat perbedaan model rambutnya pikir Risa. Dia menyesal terlalu transparan sampai di sadari oleh pemuda itu.

"Aku hanya.."

Risa tidak bisa melanjutkan perkataannya ketika Theo menatapnya menunggu jawabannya. Tatapannya membuat Risa terdiam. Bukan lagi tatapan dingin maupun datar darinya, melainkan tatapan tulus.

"Hanya?" tanya Theo lagi penasaran dengan apa yang akan di katakan gadis imut itu.

Di usianya yang terbilang sudah dewasa tapi Risa tetap terlihat seperti anak sekolah. Wajahnya yang imut juga tubuhnya yang mungil adalah definisi cantik menurut Theo.

"Aku hanya terkejut melihatmu hari ini cukur rambut," jawab Risa dengan ragu-ragu.

"Bagaimana?" tanya Theo ingin tahu pendapat darinya tentang model rambut barunya.

"Aku tidak tahu apakah model rambut ini cocok denganku atau tidak, karena aku sudah bukan anak muda lagi." Ungkap Theo sampai gadis itu menoleh ke arahnya.

"Justru kamu terlihat muda dan tampan dengan model rambut itu," ucap Risa dengan membantah pendapat dari Theo.

"Hah?" Theo sedikit terkejut dengan apa yang di katakan Risa.

"B-bukan apa-apa," ucap Risa membalikkan tubuhnya membelakangi Theo sambil menarik selimutnya.

Risa selaku merasa terlihat bodoh di depan Theo dan tidak bisa mengendalikan dirinya. Pemuda itu tersenyum sambil merubah posisi tidurnya lebih dekat dengan Risa yang membelakanginya.

"Apa aku setampan itu sampai membuatmu malu?" tanya Theo dengan memeriksa wajah gadis itu yang di tutupi oleh selimut.

Gadis itu bersusah payah untuk menghindarinya dan memilih untuk tidur. Dia tidak sanggup lama-lama di tatap seperti itu oleh Theo.

.
.
.

Sekian banyak gadis yang menyukainya hanya dia yang bisa melihat pemuda itu tertidur dengan pulas dan bangun dalam keadaan berantakan. Wajah tidurnya lebih mempesona dan hanya dia yang bisa melihatnya.

Hal sederhana yang di lakukan Theo mampu membuat hatinya senang dan bahagia. Risa menatap langit di balkon kamarnya, kali ini dia menatap langit malam dengan senyum bahagianya.

"Entah, harus aku jelaskan seperti apa jika aku sebahagia itu saat ini. Mungkinkah, Tuhan saat ini sedang menggantikan kesakitanku selama ini dengan kebahagiaan?" tanya Risa ketika mengingat kembali masa-masa dimana dia putus asa dengan hidupnya.

"Apa engkau akan memaafkanku Tuhan ketika aku sempat ingin mengakhiri hidupku, karena cobaan yang engkau berikan terlalu berat?" tanya Risa lagi dengan mata berkaca-kaca.

Di tengah melamun panjang Risa tak sadar jika suaminya sudah pulang. Dia menatap gadis mungil itu berdiri di luar kamar menatap langit malam yang hanya ada bulan tanpa bintang itu.

Theo menghampirinya sampai dia perlahan-lahan memeluk tubuh mungilnya dari belakang. Gadis itu terkejut ketika tubuhnya merasakan dekapan seseorang di belakang tak lain suaminya.

"Kapan kamu pulang?" tanya Risa tak sadar dengan kepulangan suaminya.

"Apa yang kamu lamunkan sampai tidak sadar kedatanganku?" tanya Theo dengan membalikkan tubuh gadis itu.

"Hmm, a-aku hanya berterima kasih pada Tuhan karena sudah mengabulkan satu persatu doa yang ku panjatkan," jawab Risa sambil tak menatap pemuda di hadapannya.

"Lalu, aku masih tidak percaya dengan kebahagiaan yang ku dapatkan ini. Ah, kenapa aku jadi melow gini," ucap Risa dengan menghapus air matanya yang jatuh membasahi pipinya.

Tangannya mencoba menutupi wajahnya yang menangis, bukan tangisan karena kesedihan melainkan kebahagiaan yang berlipat-lipat yang dia dapatkan. Ia masih tak percaya jika saat ini dia benar-benar memiliki Theo di hidupnya yang sebagian sudah hancur itu.

"A-aku masih tak bisa mempercayai k-kalau saat ini aku bisa memilikimu seutuhnya," ucap Risa tak kuasa menahan tangisannya.

"Maafkan aku yang terlambat menyadari betapa pentingnya kamu hidupku. Terima kasih sudah memiliki kesabaran seluas samudra menghadapi sikapku dan terima kasih sudah mencintaiku sehebat itu." Jelas Theo yang menghapus air mata gadis itu yang terlalu keluar membasahi pipinya.

"Sekali lagi, aku minta maaf sudah membuatmu menangis berulang kali karena sikapku, sekarang aku di sini akan selalu bersamamu dan mencintaimu sepenuh hatiku saat ini." Lanjut Theo yang tentu saja tidak akan lupa perlakuan buruknya pada istrinya.

"Aku bukan tipe laki-laki romantis dan bisa merangkai kata indah tapi akan aku katakan jika aku sangat mencintaimu," ucap Theo membuat gadis itu menangis dan langsung memeluknya.

Theo terdiam ketika gadis mungil itu memeluknya dengan seerat itu. Entah, sebanyak apa luka yang sudah dia toreh di hatinya, tapi Risa tetap menyambut perasaannya yang terlambat datang itu.

Perlahan tangan Theo membalas pelukan gadis itu, setiap kejadian di dalam hidup pasti ada hikmahnya. Takdir menyakitkan itu adalah cara Tuhan untuk mempertemukannya dengan seseorang sehebat dan sekuat Risa di hidupnya.

Stuck In The Past Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang