Mencintai seseorang yang belum selesai dengan masa lalu, adalah kesalahan terbesar dalam hidup Risa. Dia menjadi murung ketika sudah mendengarkan cerita dari Marvin adik iparnya mengenai kakaknya di masa lalu.
Dia seperti membuat luka sendiri, dengan bertanya sesuatu yang jelas pasti melukainya itu. Tapi, dia ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi pada Theo. Semua tentang dirinya ingin dia ketahui, meski pada akhirnya dia akan terluka juga.
"Mungkinkah, aku akan melihat Theo yang dulu di masa sekarang?" tanya Risa saat sudah masuk ke dalam kamarnya.
"Tidak mungkin," ucap Risa dengan menangis, saat mengingat bagaimana sikap Theo sekarang acuh tak acuh.
Bahkan, saat ini kehadirannya pun mungkin tak di anggap oleh Theo. Dia masih hidup dengan masa lalunya dan tidak akan membiarkan siapapun ada di sudut manapun di hatinya.
Di sela meratapi kesedihan ia mendengar suara langkah kaki seseorang. Risa terdiam ketika mendengar suaminya baru saja pulang bekerja.
Marvin juga memikirkan kakaknya sambil menatap foto saat kelulusan kakaknya. Bersama orang tuanya dan dirinya datang ke luar negeri, untuk menghadiri kelulusan kakaknya.
"Aku merindukanmu yang dulu, Kak." Kata Marvin dengan menangis juga.
Dia merasa jika bukan hanya kehilangan kedua orang tuanya, tapi seperti kehilangan kakaknya. Mungkin, raganya bisa dia lihat, tapi kakaknya seperti sudah mati sejak lama.
Tanpa Marvin sadari kakaknya yang selalu mengecek kamarnya sepulang bekerja. Ia tetap peduli dengan memperhatikan sang adik, apakah dia tidur dengan nyenyak atau tidak.
Kini, pemandangan tak biasa ia lihat apalagi mendengar suara Marvin mengatakan merindukannya, membuatnya terdiam membisu. Di sela pintu yang tidak terbuka, ia melihat jelas adiknya menangis sambil memegang bingkai foto.
☘️☘️☘️
"Jangan sampe kamu membuat kue gosong lagi. Aku tidak sanggup menghabiskannya," ucap Marvin yang setiap Minggu selalu membuat acara masak bersama kakak iparnya.
"Apa kamu mengejekku? Kali ini, pasti berhasil kok." Kata Risa dengan mata sembabnya.
Marvin tidak mengatakan apapun ketika mata Risa yang begitu sembab, begitupun sebaliknya Risa tidak bertanya mengenai mata Marvin yang sembab juga. Mereka berdua seperti sama-sama menutupi luka satu sama lain dan mencoba menghibur diri.
"Daripada, mengacaukan semuanya mending kamu duduk nonton tv saja." Usir Risa karena adik iparnya itu tidak pernah benar membantunya memasak.
"Tidak mau," ucap Marvin yang menolak ketika di minta untuk pergi dari dapur.
"Kalau, cuman ganggu doang ngapain di sini. Mengganggu konsentrasi saja." Celetuk Risa karena Marvin hanya banyak main-main dengan bahan masakannya.
Keributan di Minggu pagi hari membuat Theo yang terlambat masuk kantor. Dia keluar dari kamarnya masih menggunakan kaos dan celana pendek saja. Ia melihat ke bawah ada adiknya dan Risa yang bertengkar.
"Itu nya jangan di gituin, Marvin." Kata Risa dengan menarik tangan pemuda itu, untuk menjauh dari mentega yang dia tusuk-tusuk oleh garpu.
"Aku 'kan cuman menusuk-nusuknya," ucap Marvin membuat gadis itu menarik nafasnya.
"Cuman? Kamu menghancurkan menteganya!" Seru Risa yang emosi membuat Marvin tersenyum mendengarnya.
"Ya sudah, apa yang bisa ku bantu?" tanya Marvin dengan menggoda kakak iparnya yang marah itu.
"Pergi dan duduk di sana." Kata Risa dengan menunjukkan sofa depan televisi.
"Apa-"
Marvin menoleh ketika mendengar suara langkah kaki, ternyata kakaknya yang baru keluar kamar. Tidak biasanya kakaknya itu ada di rumah.
"Ini sudah siang. Kak Theo tidak berangkat kerja?" tanya Marvin ketika melihat kakaknya berjalan menuju dapur.
"Libur," jawab Theo yang sebenarnya dia berniat untuk pergi, tapi mengurungkan niatnya untuk pergi bekerja hari ini.
"Hah?" Kaget Marvin masih tidak percaya.
Theo membuka kulkas mengambil air dingin dan menuangkannya ke dalam gelas. Melihat Marvin yang kebingungan dan terkejut karena dia tidak bekerja.
"Memangnya aku tidak boleh libur?" tanya Theo membuat adiknya itu menatapnya terkejut.
"B-bukan, tidak biasanya Kakak mengambil libur," ucap Marvin dengan nada rendah saat melihat mata kakaknya yang dingin itu.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Theo ketika melihat adiknya itu di lumuri oleh terigu.
"Aku sedang menemani Kak Risa membuat kue. Kue buatannya sangat enak, meskipun sering gosong tapi tetap rasanya enak." Mendengar jawaban Marvin membuat Risa menatapnya kesal.
Bisa-bisanya Marvin mengejeknya di depan kakaknya. Harusnya, dia memberikan pujian terbaik pada kakaknya, apa yang bisa dia harapkan dari adik iparnya yang selalu menjahilinya itu.
"Apa Kak Theo mau ikut bersama kami membuat kue?" tanya Marvin tiba-tiba membuat gadis itu terkejut mendengarnya.
"Biar Kakakmu istirahat. Jangan ganggu dia dengan melakukan sesuatu yang kekanak-kanakan seperti ini." Kata Risa agar adik iparnya tidak mengganggu hari libur sang kakak.
"Aku hanya mengajaknya dan tidak mungkin juga Kak Theo mau," ucap Marvin membuat Theo langsung menatapnya.
"Apa yang bisa ku bantu?" tanya Theo sampai keduanya menatapnya terkejut.
"Heh, s-serius Kak Theo mau membantu?" tanya Marvin yang sedikit tidak percaya itu.
"Hm," gumam Theo yang tanpa basa basi dia langsung bergabung dengan mereka.
Situasi yang langka itu membuat Risa dan Marvin saling canggung satu sama lain. Risa sendiri tidak pernah bersama dengan Theo, begitupun Marvin yang sudah lama sekali tidak bisa bermain dengan kakaknya.
Di sisi lain Theo melakukannya karena untuk mengobati rasa rindu adiknya. Meskipun, sebenarnya bukan hal mudah untuk hidup seperti dulu. Dia melakukan apa yang bisa dia lakukan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In The Past
Novela JuvenilAku hanya punya cinta untuk mempertahankan rumah tangga kita. Mungkinkah, cinta yang ku miliki dapat mengubahmu untuk mencintaiku balik. ~Risa Adrianii