3

22.9K 2.3K 20
                                    

Jeno menahan nafas, pertanyaan macam apa itu. "jangan bercanda, dia bahkan baru dua hari di sekolah ini" ucap Jeno.

"ah begitu ya? baiklah, kurasa Soobin menyukai Nana dan itu bukan hal buruk" gumam Haechan namun Jeno masih mendengarnya.

Jeno mendecak tak suka. "apa peduliku" ketus Jeno.

"dude! why u so mad? jujur saja, aku lebih mempercayai Nana bersama mu dari pada Soobin, tapi kau kan tak menyukai Nanaku" Haechan malah melanjutkan ucapannya.

"keluarlah Lee Haechan, aku ingin istirahat" usir Jeno. mood nya menjadi buruk.

"cih! tsundere sialan! ku doakan kau jadi bucin seperti Mark" kesal Haechan sebelum ia keluar dari ruangan Jeno.

ayolah! Haechan dan yang lain langsung tau jika Jeno tertarik pada Jaemin.

"terkadang aku benci mengetahui fakta bahwa Haechan benar-benar akan menjadi kakak iparku" gumam Jeno kesal.


-


Haechan menggerutu sedari tadi membuat Mark bingung harus berbuat apa, kekasih manisnya itu baru saja datang keruangannya dan ternyata kekasihnya baru saja menemui sang adik. ah ya. diantara mereka memang hanya Jeno dan Mark yang memiliki ruang pribadi, itu karena keduanya sering menginap disekolah.

"babe, it's okay. kau tau adiku itu memang sangat malas dengan hubungan seperti itu"

Mark yang sedang berbaring di atas sofa perlahan menarik lengan Haechan, menyuruh yang lebih muda untuk berbaring diatas tubuhnya. Mark mengecupi surai coklat milik Haechan.

"tapi aku ikut pusing jika Yeji terus-terusan menempeli Jeno! kau tau kan jika aku sangat menyayangi Jeno sebagai adikku, dan aku yakin Nana pasti juga memiliki perasaan yang sama seperti Jeno. mereka berdua benar-benar senang membohongi diri sendiri. ah aku pusing!" keluh Haechan.

"u can't force them, darl. let them go with the flow" Mark mengeratkan pelukannya.

"kau menyebalkan, Morkli!" Haechan menenggelamkan wajahnya didada Mark.

Mark tertawa kecil, tangan kirinya menepuk pantat Haechan seperti bayi. "i love you too, darl"

"tak usah meremasnya, pervert jerk!"


-

rasanya Jaemin ingin pingsan saat melihat ayah dan kakeknya berada di penthouse mewah pribadinya.

"mengapa tak mengabari jika ingin berkunjung" ujar Jaemin sambil berjalan mendekat dan duduk di sofa menatap ayah dan kakeknya bergantian.

"Nana-ya, kakek sudah bilang warnai rambutmu dengan warna yang tak mencolok saat tiba dikorea" ujar sang kakek membuat Jaemin menghela nafas nya lelah.

"bagaimana bisa Nana kesalon untuk mewarnai rambut, jika ayah mendaftarkan Nana ke olimpiade matematika internasional namun tak bilang pada Nana terlebih dahulu" keluh Jaemin kesal.

ayah Nana hanya tersenyum kecil. "kau harus bisa seperti hyung mu, Nana" ucap sang ayah.

"baiklah lupakan ucapanku, jadi mengapa berkunjung?" tanya Jaemin.

"ayahmu berniat menjodohkanmu dengan anak koleganya" ucap sang kakek dengan santainya.

Jaemin melotot kaget. "sudah Nana bilang, Nana tidak ingin dijodohkan oleh siapapun!" nada bicara Jaemin spontan meninggi, membuat sang ayah menatapnya tajam.

"Na Jaemin! perhatikan dengan siapa kau sedang bicara!" bentak nya tegas.

kakek Jaemin hanya menatap malas anak nya, ia disini karena permintaan anaknya tentu saja walaupun ia juga tak ingin cucu kesayangannya ini dijodohkan.

my pretty CEO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang