Setelah menerobos ribuan manusia akhirnya Sabil dan Bara memilih salah satu stand makanan yang antriannya tidak terlalu panjang, dalam keadaan seperti ini rasa menjadi nomor sekian, yang terpenting mereka bisa makan dengan segera karena bisa jadi Juan dan Jimmi pingsan bila tidak segera diberi asupan makanan. Kalau Sabil sih masih terlihat baik-baik saja bahkan tautan jemari mereka tidak lepas sama sekali walaupun gadis itu sedang berdiri dibelakang Bara. Ya maklum cari kesempatan, kapan lagi coba bisa gandengan dengan Sabil tanpa mendapat protes sama sekali dari sigadis.
Bara memutar badannya untuk melihat keadaan Sabil, gadis itu nampak risih karena lelaki yang berdiri dibelakangnya terus bergerak sehingga ruang geraknya terbatas, poni yang biasanya rapih menutupi dahi kini sudah terbelah dua tampak lepek ditambah keringat dipelipis yang turun menyusuri rahang dan mendarat dibagian kerah kaus Sabil. Sabil tampak sexy jika Bara boleh jujur. Tapi bukan Bara namanya jika tidak bersikap gentle, ia meminta Sabil untuk bertukar posisi dan Bara dengan sengaja menyenggol bahu pria dibelakang Sabil tadi yang sedang berdiri dengan posisi miring karena pria asing itu sedang mengobrol dengan teman disampingnya.
"sorry bro" kata Bara berpura-pura menyesal dan hanya disauti dengan anggukan dari pria itu. Ah padahal niatnya ingin mencari ribut.
"lo gak digrepe-grepe kan sama cowok dibelakang lo?"
Bara berbisik disamping telinga Sabil, yang dibisiki merinding gilak. Gimana enggak suara Bara yang rendah dan juga nafasnya yang hangat dan beraroma permen gofress membuat Sabil tidak fokus dengan pertanyaan dari Bara yang sebenernya mengandung kata vulgar atau malah perbuatan Bara yang vulgar? jika Sabil waras mungkin sikunya sudah menangkis perut pria itu. Tapi berhubung Bara sudah mengambil kewarasannya Sabil hanya menggeleng. Menggeleng bukan karena menanggapi pertanyaan Bara, melainkan menggeleng karena sedang mengusir pikiran kotor yang ada dikepalanya. Astagfirullah Sabil merasa berdosa karena memikirkan hal mesum.
Tiga puluh lima menit kemudian Bara sudah menenteng keresek dengan empat porsi makanan dan akan segera kembali menemui dua manusia kelaparan yang sudah tidak sabar menanti makan. Bara lagi-lagi menautkan jarinya disela jari mungil Sabil, biar tidak hilang katanya. Padahal modus. Ah sudahlah namanya juga lelaki.
"Bara??"
Bara menoleh kesamping dimana seorang gadis telah berdiri disebelahnya, cantik, tingginya tidak beda jauh dengan Sabil. Bara terkejut melihat orang yang sudah lama tidak ia temui beberapa bulan silam ini. Pria itu melepas tautan tangannya dengan Sabil lalu membawa dua gadis tersebut ketempat yang lebih renggang.
"kangen, kangen"
tau-tau gadis itu langsung memeluk leher Bara tanpa permisi, hei disini ada calon pacarnya. Wow apakah Sabil baru saja mengakui jadi calon pacarnya Bara? Ini tidak benar! kenapa dirinya merasa tidak suka saat Bara berpelukan dengan gadis lain? jangankan sampai pelukan, pria itu tersenyum kepada mbak-mbak kasir yang tadipun Sabil merasa tidak suka? itu namanya cemburukah? Tapi masa iya Sabil cemburu? Untuk apa? status saja belum jelas, ya bagaimana mau jelas toh Sabil tidak tau pasti dengan perasaannya sendiri.
Hati Sabil kian memanas saat Bara juga membalas pelukan gadis yang tidak diketahui namanya. Oh jangan lupa senyuman kotak itu tidak pernah luntur dari bibirnya, matanyapun seolah memancarkan sinar paling terang ketika memandangi wajah gadis itu. Sabil tidak melebih-lebihkan karena memang kenyataannya begitu. Tolong siapapun bawa Sabil pergi dari sana, mana kuat didiamkan bak obat nyamuk begini sedangkan mereka -Bara dan gadis satunya- asyik cekikikan.
"Oh lupa, kenalin Sa" Seolah baru tersadar Bara menengok kepada Sabil yang masih terdiam "Kintan temen bimbel waktu SMP" katanya.
Sabil tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk mengajak bersalaman
"Sabil"
"Kintan" kata gadis itu menyambut uluran tangan Sabil.
"Sama siapa kesini?"
"Bareng Jimmi, bareng dia juga dan satu temennya dia" Bara menunjuk dengan dagu ketika menyebut kata dia, dia yang dimaksud tentu saja Sabil siapa lagi "gabung yuk, Jimmi pasti seneng liat lo"
Bagus sekarang Bara berencana mengajak Kintan bergabung lalu mereka bermesraan didepan Sabil.
"Ah gabisa, gue udah harus pulang nih" kata Kintan dengan wajah sedih. Syukurlah jadi Sabil tidak perlu menahan amarah karena mereka berdekatan nanti.
Kintan tersenyum melihat ekspresi kecewa dari pria dihadapannya, tangannya terangkat untuk mencubit pipi pria itu dengan gemas.
"baydewey tan gue jomblo"
Sabil terbahak yang langsung diberi tatapan sengit dari Bara
"kenapa lo ketawa?"
"lo lucu!" dan brengsek tetapi Sabil tidak berani menyebut kata kasar itu didepan Bara.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
to be continue
ini ekspresi Juan yang lagi nahan laper
eh salah gambar, harusnya ini XD
lagi doa supaya bisa turun ujan makanan
KAMU SEDANG MEMBACA
Buncah
Teen FictionMenurutmu mana yang lebih baik, disukai atau menyukai? Manusia terlalu egois untuk mau mengungkapkan perasaannya ya, dari awal memang Sabil menyukai Tara namun saat mereka sudah beranjak remaja, Tara seakan menjauhinya dan digantikan oleh Bara kemb...