3. Ashamed

35 10 3
                                    

"Nih buku lo gue balikin"

Bara melempar buku yang kemarin dia ambil dan langsung ku tangkap. Hampir
Mengenai wajahku. Dasar tidak sopan!

Aku memeriksa halaman demi halaman buku catatanku barangkali tangan jahilnya mencoret-coret hal yang tidak-tidak. Tanganku berhenti di catatan yang terakhir kali kulihat masih kosong. Terdapat tulisan ceker ayam serta rumus yang tidak aku mengerti disana.

"Bara lo kerjain tugas gue ?"

Juan yang tadinya sedang bermain game online kini menatap buku catatan yang sedang ku pegang. Beberapa detik kemudian senyuman kelincinya terbit.

"Gue nyontek ya"

"Ish jangan dulu kita harus mastiin ini jawabannya beneran atau asal-asalan juki"

Juan mencibir entah karena tidak kuijinkan untuk mencontek atau karena aku memanggilnya juki. Namanya Juan Kindian sebenarnya, berhubung dikelasku yang bernama juan ada dua jadi juan aku panggil juki untuk membedakan.

"Don't call me juki you know, Panggil JK araseo?"

Aku menahan tawa mendengar pengucapan bahasa inggrisnya campur indonesia dan korea. Pria ini benar-benar luar biasa.

"Yes sir joesonghamnida" kataku berdiri lalu membungkuk hormat.

Sebenernya masih sakit hati karena kejadian kemarin. Tapi apa boleh buat demi kelangsungan dan keamanan rapotku. Aku menguatkan diri sendiri lalu melangkah menuju kursi tara.

"Tara" lirihku setelah duduk dikursi depan tara dan berhadapan dengannya.

"Hmm?"

Tara sedang menunduk jarinya menari diatas keyboard handphone. Sesekali tersenyum saat membaca balasan chatnya.

Pasti sedang berkirim pesan dengan kekasihnya. Dasar bucin.

Aku menghembuskan nafas kasar. Dan akan beranjak dari dudukku tetapi tidak jadi. Karena tara menahan dengan membuka suara.

"Kenapa sa ?" Tanyanya sambil memasukkan ponsel ke saku celananya dan menatapku.

"Ini tar.. anu euh" aku terlena dan mendadak gelagapan. Karena tatapannya begitu lekat dan teduh. Aku kan grogi jika lelaki setampan tara memandangku seperti itu.

"Anunya siapa ?" Itu kata bara menanyakan hal ambigu. Bara sedang bersender di tembok menghadap kesamping dengan kepalanya ditumpu dengan telapak tangan. Matanya menyipit menatapku. Dasar kepala kotor!

"Gue mau mastiin ini jawabannya bener atau ngga, mesum" kesalku pada bara.

"Bener kok sa, kan bara ngerjainnya bareng gue"

Kulihat bara tersenyum miring sambil menggeleng. Dia menang. Aku malu menuduhnya yang tidak-tidak.

"Tapi Lain kali mending gue salin aja deh daripada tulisan ceker lo nyetak di buku catetan gue" sarkasku mengangkat dagu kepada bara.

Bara menautkan alisnya sambil menatapku terkejut. Tara juga sama kagetnya sampai wajahnya memerah.

"Itu tulisan tara kok"

Double kill
Triple shit

Sudah menuduh bara asal-asalan mengerjakan tugas dan sekarang mengejek tulisan tara yang jelas-jelas sudah suka rela mengerjakan tugasku. Tolong siapapun pinjamkan aku jubah tembus pandang. Aku tidak berani menampakkan diri di hadapan tara.

"Ma-maksud gue.. tulisan gue jelek banget yaampun kayak ceker ayam ya kan bar?"

Bara mendekatkan wajahnya , menunduk untuk melihat catatanku. Lalu menjauhkannya wajahnya sambil mengedikkan bahu.

"Tulisan lo bagus kok. Dan tulisan ceker ayam tara emang ganggu pemandangan catatan punya lo"

Aku menggeleng tidak membenarkan dan melihat wajah tara. Kepalanya menunduk dan wajahnya tertawa? Persis seperti tawa bara dengan bibir berbentuk love. Pertama kalinya tara tertawa dihadapanku. Setelah berteman dengannya. Hatiku jadi menghangat dan lega. Semoga tara tidak marah atau jadi membenciku. Aku tidak suka dibenci orang.

BuncahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang