Mistaken

6 1 0
                                    

Hello makasih udah baca🖤🖤
Enjoy
🍇🍇

Seminggu terakhir ini Bara tidak terlalu menempel pada Sabil, tidak pernah pulang dan berangkat ke sekolah bersama. Tidak mau berharap lebih nanti yang ada sakit hati lagi, udah berjuang mati-matian dianggapnya hanya teman. Sigh.

Maka akhir-akhir ini Bara lebih banyak menghabiskan waktu dengan soulmatenya, alih-alih bahagia Jimmi malah mengeluh dan meminta Bara mencari kegiatan lain daripada menjadi orang ketiga ketika Jimmi dan kekasihnya kencan. Bukan masalah Bara mengganggu kegiatan lovey dovey Jimmi, pria itu hanya diam saja dan sibuk memainkan ponselnya sekedar bermain games, yang jadi masalahnya adalah kebanyakan gadis yang ia kencani menjadi lebih tertarik kepada Bara daripada dirinya. Bukan berarti Jimmi tidak ganteng, hanya saja diamnya Bara itu malah membuatnya terlihat misterius padahal aslinya you know lah kelakuan ajabinya gimana. Jimmi sudah membicarakan masalah ini namun yang diberitahu hanya menertawakannya katanya 'mangkannya jadi orang tuh tinggian dikit biar cewek-cewek pada tertarik' lalu setelahnya Jimmi menjitak kepala pria itu keras-keras. Habisnya bikin kesal! lagipula hanya lebih tinggi 4cm saja sombongnya sampai minta ampun. Tiang listrik yang tingginya berkali-kali lipat dari Jimmi saja tidak pernah setega itu mengatai Jimin pendek.

Sementara itu.
Ditengah-tengah lorong kelas, Sabil sedang kepayahan membawa beberapa buku paket hingga membuat badannya limbung dan buku-buku yang berada didekapan tangannya jatuh berserakan.

Gadis itu menarik dan membuang nafasnya kasar lalu berjongkok untuk memungut buku-buku yang berjatuhan, pergerakannya terhenti ketika seseorang bersepatu converse warna kuning berjalan mendekatinya dan ikut berjongkok memungut semua buku paket tersebut lalu berdiri ketika buku itu sudah kembali bertumpuk rapih diatas lengan orang yang menolong Sabil.

"dibilangin kalo ambil buku paket jangan sendirian"

"Habisnya lo- lupain deh thanks by the way Bar"

Bara hanya menanggapi dengan anggukan kecil tanpa menoleh pada Sabil. Biasanya ketika mereka berdua tidak pernah ada masalah kehabisan pembahasan malah cenderung bicara ngalor ngidul membahas sesuatu yang tidak penting atau jika kurang percakapan, semut lewat saja bisa digosipkan oleh mereka berdua. Namun kali ini tidak ada yang bersuara, hening hanya sayup-sayup suara guru yang sedang mengajar di kelas yang di lewati.

"Sa" Sabil yang sedang asyik dengan pikirannya menoleh saat pria disampingnya menghentikan langkahnya ketika memanggil namanya.

"Ya kenapa Bar?"

"Sorry ya kalo selama ini gue sering gangguin lo, lo pasti risih ya?" Pria itu mengangkat alis kanannya, si gadis tidak merespon memilih mendengarkan apa yang akan Bara ucapkan selanjutnya "Seminggu kemarin itu gue mikirin kata-kata lo tentang kita yang cuma temen, tapi gue malah nganggapnya kalo hubungan kita lebih serius dari kata temen" Bara menjeda kalimatnya untuk terkekeh lalu membasahi bibirnya dengan lidah "maaf juga udah maksa lo buat kemana-kemana sama gue, gue terlalu posesif padahal bukan siapa-siapa hehe" pria itu tertawa lagi menunjukkan senyum kotaknya, Bara sempat melirik ke arah kanan dan menemukan adik kelasnya sedang mengintip ke dalam kelasnya sendiri, sepertinya dia berniat menjahili temannya. Begitu persepsi Bara tapi sebelum hal itu terjadi Bara melambai pada adik kelasnya ketika pandangan mereka bertemu

"Lucas sini dah"
Yang dipanggil menurut dan menghampiri Bara

"Ada apaan Bar?"

"Bar bar bar, gue lebih tua dari lo ya"

Pria yang dipanggil Lucas itu menggaruk tengkuknya sambil menyengir.

"Sorry Bar, eh bang"

"Lo tau kelas gue dimana kan?"

BuncahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang