Message : Bang Jinni
Pulang sendiri ya dek, abang ganteng lo gabisa jemput.
ByeMenghela nafas yang aku bisa setelah membaca pesan teks dari bang jin. Ingin ku maki diriku sendiri yang tak berkutik didepanmuuuu. Tak usah sembari nyanyi bacanya bisa tidak ?
Selalu seperti ini. Mau naik angkot- uang bekalku sudah habis untuk membayar hutang kepada mak cucu tempat makan langgananku dikantin. Mau naik ojek online- kuotaku sudah habis untuk menonton RUN BTS eps 1-89. Juan sudah pulang daritadi. Sekolahpun sudah mulai sepi karena langit mendung.
Apa aku Jalan kaki saja? terlalu jauh.
Menaiki karpet terbang? Aku kan bukan aladin.
Memasang baling-baling bambu? Tidak kenal doraemon.
Jadi bagaimana caraku pulang??"Ngapain masih disini?"
Tiba-tiba nafasku sesak, jantungku berdetak cepat seperti habis lari maraton. Aku tertawa dalam hati tertampar kenyataan bahwa tara terlalu jauh untuk ku gapai. Dia berhenti didepanku dengan helm bogo hitam menutupi kepala, sweater hitam big size melekat pada badannya dan ada tangan yang melingkar posesif diperutnya. Rinjani tersenyum ramah melihatku. Kekasih tara dari setahun yang lalu sedang duduk manis dibelakangnya. Bagaimanapun mereka adalah pasangan serasi yang lelaki tampan dan sang gadis sangat cantik.
"Nunggu bang jin" ucapku bohong.
"Masih jauh ? Mau ditemenin?" Tawarnya. Bagaimana aku tidak menyukainya jika sikapnya saja perhatian seperti ini walau dia berucap dengan wajah datar dan tidak tertarik untuk mengobrol denganku.
"Gausah tar duluan aja gakpapa" jawabku tersenyum palsu. Aku berharap saat ini juga mati lampu, biar saja gelap seisi dunia daripada harus melihat orang yang ku suka bersama kekasihnya.
Tara mengangguk lalu menstater motor maticnya.
"Gue duluan ya"
Aku mengangguk dan berdoa dalam hati agar mereka kecelakaan. Tapi kutarik lagi kata-kataku. Jika nanti tara kecelakaan dan meninggal tidak ada lagi orang yang kusuka. Aku teringat perkataan pak ustadz saat sedang ceramah di panggung 17 agustusan, bahwa doa orang teraniaya pasti terkabul. Aku sedang teraniaya tapi aku tidak benar-benar dengan perkataanku kok. Ku mohon kepada malaikat untuk tidak mencatatnya. Aku hanya bercanda ✌️
Kedua orang itu pergi dari hadapanku. Aku menggigit bibir. Menengadahkan kepala melihat awan mendung sekaligus menahan cairan asin terjatuh. Takdir baik tidak berpihak padaku.
Aku mengambil handphone dari saku seragamku lalu mengetik sesuatu. Update story di wasap dan insagram tapi tidak bisa karena aku tidak punya kuota. Jadi aku mengirimkan sms kepada kakaku yang tampan tapi sialan itu.
Bang gue gaada duit!
Baliknya gimana?
Sayap gue lagi patah jadi gabisa terbang
Huwaaa 😭
SentBang jinni
Mampus
Bodo amat
Dasar anak micin
Jangan sms terus lagi belajar
Moga lo digondol kolong wewe
ByeJika aku orang kaya sudah pasti handphone ini tergeletak dan retak di jalanan karena ku banting. Berhubung aku berasal dari keluarga yang biasa saja jadi aku membuka galery foto dan mencari foto aib dari dejin sialan untuk ku upload di story. Tapi Lagi-lagi tidak bisa kan aku tidak punya kuota. Sial sial.
Dua puluh menit kemudian hujan turun. Aku sudah duduk dibawah kanopi halte bus. Keputusan akhirnya aku akan menunggu bang jin hingga kelasnya berakhir.
Dingin, sepi dan takut. Hujannya benar-benar lebat. Petir menggelegar seperti akan membelah langit dan menghancurkan dunia. Oke berlebihan. Tapi serius aku takut gosong tersambar petir, sampai-sampai tadi ada niatan untung menumbalkan hanphoneku ke tengah jalan agar petir itu menyambar ponselku jangan menyambarku. Aku tidak siap, aku jomblo.
Aku memicing menemukan eksistensi seseorang memberhentikan motornya didepanku, dengan helm full face hitam, jas hujan dan sepatu boots. Dia berjalan menghampiriku. Aku takut diperkostan. Walaupun katanya enak tapi tetap saja aku tidak siap. Oh tidak dia membuka helmnya.
"Dicariin taunya disini lo, yuk pulang"
Itu bara, hampir saja aku jantungan dan sudah mengambil ancang-ancang untuk kabur atau menendang selangkangannya jika dia macam-macam padaku.
Pria itu mengasongkan jas hujan polkadot warna pink kepadaku. Aku meringis."Pake biar ga kebasahan sa, sekalian sepatu juga lepas"
Aku mencibir lalu dengan terpaksa memakai jas hujan tersebut. Bara hanya diam memperhatikanku. Setelah aku selesai Kakinya melangkah menaikkan penutup kepala dan mengikatnya sebelum berjongkok mengambil sepatuku untuk dimasukkan ke dalam keresek dan memakaikan sendal jepit untukku.
"Abis dari mana lo hujan-hujan begini?" Tanyaku.
Bara melihatku sekilas dan memberiku helm."Dari rumah Jesi terus ga sengaja liat lo, gue kirain lo itu penunggu sini setelah dideketin ternyata beneran setan awww aww"
Aku memukul lengannya tiga kali. Pria itu tentu mengaduh. Karena aku memukulnya dengan tenaga luar dan dalam. Ajaran ki joko pabo.
Ngomong-ngomong jesi itu kekasih bara. Betul sekali kabar buruknya mereka berdua sudah mempunyai pacar dan kedua pacar mereka benar-benar cantik seperti seorang aphrodite jika tidak tau aphrodite itu siapa cari saja di gugel harabeoji. Rinjani primadona kelas 11 dengan kulit putih mulus bagai porselen, pintar, tinggi, dan feminim di banding denganku tidak ada apa-apanya tara saja sampai ter-alig-alig padanya. Sedangkan Jesi lebih anggun dan berwibawa, sama-sama humble, aktif berorganisasi tidak heran temannya banyak. Relationship goal juan bilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buncah
Teen FictionMenurutmu mana yang lebih baik, disukai atau menyukai? Manusia terlalu egois untuk mau mengungkapkan perasaannya ya, dari awal memang Sabil menyukai Tara namun saat mereka sudah beranjak remaja, Tara seakan menjauhinya dan digantikan oleh Bara kemb...