Aku jadi tidak bersemangat sekolah. Mataku perih dan sembab serta kepalaku pening karena kemarin malam menangis sampai tertidur. Tentu saja aku menangisi kepergian juan. Dia temanku satu-satunya dan tepat pada hari ini dia berpindah ketempat lain. Mulai saat ini aku harus terbiasa tanpa teman bodohku itu. Duduk sendirian, ke kantin sendirian, mengerjakan PR sendiri, membaca komik diperpus sendirian. Aku tak bisa bayangkan akan sekesepian apa tanpanya.
Aku menangkupkan kepala diatas meja dan memejamkan mata, menutup wajah dengan Buku catatan bahasa inggrisku. 5 detik kemudian bara seperti biasa mengganggu dengan mengambil buku yang menutupi wajahku. Aku menghembuskan nafas kasar lalu memalingkan wajah. Tidak berminat menanggapi.
Bukan bara namanya jika menyerah begitu saja. Pria itu duduk disebelahku dan ikut menangkupkan wajahnya bertatap muka denganku.
"Sakit ya? uks yuk"
Tanyanya menempelkan punggung tangannya didahiku. Aku menggeleng dan menepis tangannya agar menyingkir lalu menegakkan badan.
"Gue lagi sedih. Jukinya gaada, gue gapunya temen lain selain dia"
"Ya sabar sa kan juan lagi dihukum bersihin taman belakang karena kesiangan"
"Yang bener? Bukannya dia pindah? Kemarin kita udah perpisahan lho"
"Tuh anaknya nongol" bara menunjuk kearah pintu kelas dengan dagu.
Aku semakin bingung sampai-sampai kepalaku bertambah pening. Apa aku tidak salah lihat ya ? Juan kini sudah berdiri disamping mejaku sedang mengemut lolipop chupa chup dengan lucunya. Kemejanya keluar dari celana, rambutnya lepek karena keringat dari pelipisnya. Seksi. Andai bukan teman dekat pasti sudah ku gebet dari dulu eheh.
"Juki lo gajadi pindah sekolah?" Tanyaku
Juan mengerjap sambil memiringkan kepala.
"Memangnya gue bilang pindah sekolah?"
"Pas dikafe itu lo bilang pind- aah pantes aja lo gaada sedih-sedihnya. Gue nangis semalaman tau ga sampai mata bengkak dan hidung pilek"
"Pantes aja kemarin gamau ditinggal. Sesayang itu lo sama gue ya?"
Aku mencibir. Bagaimana tidak sayang kita bahkan sudah sangat dekat sejak masih smp. Dia teman pertamaku saat aku takut untuk berinteraksi dengan orang asing.
"Kalaupun juan betulan pindah sekolah kan masih ada gue. Gue ngga masalah punya temen bodoh dan ceroboh kaya lo" ucap bara menepuk puncak kepalaku.
.
.
.
.
.
."Udah makan?" Bara bertanya sasa menggeleng.
Aku sedang berada di uks berdua bersama bara. Saat jam pelajaran Pak Musdalifah guru 'bahasa korea' . kami sekolah di sma negri tapi mempelajari bahasa korea cukup aneh bukan? Salahkan kepala sekolahku yang tergila-gila pada irene red velvet hingga imbasnya kepada murid disekolahnya. Aku sih tidak apa mempelajarinya. Siapa tau nanti jika sudah besar dan diberi rejeki lebih bisa tinggal disana dan menikah dengan oppa asal daegu yang itutuh yang visualisasinya seperti tokoh anime tapi sifatnya seperti alien. Ehm.Bara paling malas mempelajari bahasa tersebut jadi dia menjadikanku alibi. Mengantarku atau mungkin akan menemaniku hingga kelas selesai diuks. Suhu badanku panas namun dingin dalam waktu bersamaan. Itu karena kipas angin menyorot langsung ke arahku. Si sialan bara yang meletakkan kipas ke arahku. Sebetulnya dia bermaksud mengarahkan angin ke arahnya hanya saja memang pemikirannya pendek tidak pernah imunisasi sejak kecil pria itu duduk disampingku yang artinya. Sudahlah aku tak mau menjelaskan kebodohannya.
"Bar matiin kipasnya"
"Jangan sa gue gamau masuk penjara"
Sejak kapan me - turn off kipas angin divonis masuk penjara sih? Aku sudah pusing mempunyai teman seperti juan, ditambah bara 'walaupun bukan teman sebenarnya' bagiku dia itu hanya pengganggu? tapi suka menolong. Atau bisa juga menjadi sosok kakak laki-laki karena sifatnya hampir sama dengan dejin. Tentu saja sama, mereka selalu kemana-mana berdua seperti pasangan penyuka batangan(?) Kejantanan mereka patut diragukan. Ingatkan aku untuk memata-matai dejin dia pria normal atau tidak berhubung kakaku jomlo dari lahir.
Aku memutar bola mata malas lalu merebahkan badan dan tidur miring membelakanginya.Ku dengar bara bangkit dari duduknya. Menarik selimut menutupi hingga bahu. Dan bergerak kearah kipas lalu mematikannya.
"Beli makan apa?" Tanyanya
"Batagor aja sambelnya 3 sendok ya"
Aku memang menyukai makanan pedas.
Mendengar ucapanku tara melotot dan menggeleng.
"Lo lagi sakit. Gue beliin soto mang eunwoo!"
Bukan tanpa alasan abang soto dikantinku diberi nama eunwo. Beliau sendiri yang meminta untuk memanggilnya dengan nama artis korea yang pernah bermain film gangnam beauty. Padahal tidak mirip sama sekali. Gerobaknya saja penuh dengan poster cha eunwoo, tidak jarang juga kami diberikan bonus photocard idolanya jika membeli 3 porsi soto. Benar-benar fanboy garis keras. Padahal apa bagusnya sih cha eunwoo? Ganteng? Iya, tinggi ? Jelas, suara bagus? Tentu, senyumannya bikin sesatkan jiwa? Sudah pasti. Baiklah dia memang sempurna.
"Untuk apa tanya kalau ujungnya lo ada pilihan sendiri?"
"Cuma basa basi aja. Gue pergi" kekehnya lalu pergi keluar uks.
Bara berbalik dan menghilang setelah menutup pintu. Setelah bara menjauh pandanganku acak menyapu ruangan, Seram juga diam diuks sendiri. dipojok ruangan ada foto kepala sekolah terpampang disana matanya seperti menatapku tajam padahal hanya foto. Aku bergidik dan berjalan kearah pojok lalu membalikkan piguranya dan kembali ketempat tidur.
"Gini kan bagus"
Lagipula kepala sekolahku narsis sekali sampai ingin memajang foto seramnya diseluruh ruangan disekolah ini.Hallo aku ria.
Aku senang kalau ada yang baca work aku.
Aku tau tulisanku payah, masih banyak belajar.
Mohon hargai hasil jerih payah aku dengan klik vote atau coment juga boleh. Suka gasuka kalo udah read tolong vote. Biar aku semangat ngelanjutinnya.
Sekian.
I Purple You

KAMU SEDANG MEMBACA
Buncah
Ficțiune adolescențiMenurutmu mana yang lebih baik, disukai atau menyukai? Manusia terlalu egois untuk mau mengungkapkan perasaannya ya, dari awal memang Sabil menyukai Tara namun saat mereka sudah beranjak remaja, Tara seakan menjauhinya dan digantikan oleh Bara kemb...