28

52 42 9
                                    


'Kenapa kita tidak hidup bersama saja?' baru saja aku ingin membalas ucapannya. Si kembar teriak menghampiriku. Mereka memintaku mengoleskan bedaknya. Akhirnya kuuleskan ke seluruh tubuh mereka.

Setelah itu kami makan bersama. Pukul 2 siang, aku ingin pulang tapi si kembar tidak ingin aku pergi. Mereka berusaha menahanku dengan apapun.

"Ibu jangan pergi!" - Serim
"Ibu bilang tidak akan kemana mana lagi!" - Jeongsan
"Sssttt, ibu pasti kesini lagi. Cup cup jangan menangis" - Suran
"Apakah ibu mau mengabulkan doa kita? Serim setiap malam berdoa dengan Jeongsan sebelum tidur" - Serim
"Iya! Ayo kabulkan!" - Jeongsan
"Memangnya apa yang harus ibu kabulkan hm?" - Suran
"Tapi ibu janji! Akan mengabulkannya" - Jeongsan
"Iya ibu janji" - Suran
"Serim dan Jeongsan ingin...." - Serim
"Apa?" - Suran
"Ibu dan ayah menemani tidur" - Serim
"Hm?" - Suran

Jungkook yang tadinya hanya memandang si kembar, kini dia memandang ke arahku. Tidak tahu bagaimana harus menurutinya. Aku tidak mungkin tidur lagi dengannya kan.

"Serim-ah..." - Suran
"Tentu saja ibu akan mengabulkan" - Jungkook
"Eoh?" - Suran
"Eoh! Sungguh?" - Jeongsan

Dia memberi kode kepadaku. Mau tidak mau aku harus mengatakan iya.

"I-iya, ibu kabulkan" ucapku. Mereka yang tadinya menangis langsung memasang wajah gembira.

•••

Kini kami berempat tidur bersama. Di kamar utama. Barang barangku masih ada yang tertinggal disini ternyata, salah satunya jam tangan putihku.

Aku harus menuruti permintaan mereka. Yang mau tidak mau, aku dan Jungkook harus tidur satu ranjang lagi.

Sebenarnya niatku hanyalah menemani si kembar tidur, lalu saat mereka terlelap aku akan pulang. Tapi ternyata aku ikut tidur disamping mereka, dengan tangan memeluk Jeongsan.

Lagi lagi dia tidak tidur, dan terus memandangi wajahku yang terlelap.
Lengan kirinya memeluk Serim, dia berusaha mendekatkan tangannya ke tanganku. Saat sudah sampai, ia terus mengenggam tanganku sembari mengelusnya.

"Sudah lama aku tidak melihat wajahmu nyenyak seperti ini" katanya.
Singkatnya,kami saling mencintai, tapi tidak bersatu. Kami berusaha melupakan rasa itu, tapi tidak bisa.
Banyak hal kecil namun manis yang ia lakukan untukku. Itu membuatku sulit melupakannya.

Dulu, aku benar benar tidak percaya menjadi kekasih seorang Jeon Jungkook. Sekarang aku juga tidak percaya sudah melangkah jauh bersamanya, namun kami memutuskan untuk tidak melangkah lagi lebih jauh.

Aku rindu memakan jeli di rooftop dengannya, intinya aku rindu semua.
Aku ingin ia mengucap "aku pacarmu" kembali, dengan pakaian serba putihnya. Bercerai adalah keputusan terburuk yang kukatakan.

•••

Aku terbangun pukul 6 sore. Mereka bertiga masih nyenyak. Cepat cepat aku bangun dan turun untuk pulang.

Saat berjalan di tangga, aku melihat ke arah dapur lagi. Aku memberi sekotak kimchi yang diatasnya kutuliskan
'Ini bisa tahan sampai 3 hari. Jangan makan daging terus!'
Lalu melihat ke arah taman, dia merawat tanamanku. Woah, mereka tampak subur sekali. Di taman bahkan ada kertas tempel yang bertuliskan "Cara merawat tanaman Suran"
Aku terkekeh melihat itu.

"Aku tidak boleh lama lama disini" - Suran
"Sudah mau pergi?" - Jungkook
"Eoh, kau bangun" - Suran
"Perlu kuantar?" - Jungkook
"Ah tidak usah, aku akan pulang sendiri. Jaga mereka" - Suran
"Hati hati" - Jungkook

Twenty Nine 이십구,jjk [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang