2.8 || Ending? ||

7.5K 347 79
                                    

SAPA YANG PENASARAN SAMA NEXT CHAP NYA CUNGGG??!!!!!!

GAMAU BASA BASI, AYO VOTE DAN BOOM KOMENNYAA!

LET'S GOOOOO!!

[[ MARVIN: What You Do? || REPUBLISH ]]

SEDARI tadi Arlita tidak berhenti meneteskan air matanya. Rasa sakit hatinya karena diperlakukan tidak manusiawi oleh Radef tidak ada apa-apanya dibandingkan rasa sakit saat mengetahui kalau nyawa anaknya dan suaminya dalam bahaya.

Arlita yang selalu percaya kalau Marvin akan terus menjaganya dan menjaga putrinya dengan kekuatan yang laki-laki itu miliki, kini sirna saat mengetahui Marvin kalah bertarung dengan Radef.

"Gua pengen cepet-cepet lo hamil anak gua, Ta.."

Arlita tersenyum simpul dalam kesedihannya. "Mana sudi gue ngandung benih dari laki-laki psikopat layak lo, Radef."

"Lo perlakukan gue seperti seorang pelacur tadi. Lo udah terlalu lancang untuk melakukan hal yang menjadi kesalahan besar."

"Sebanyak apapun kebaikan lo, sekarang hancur dimata gue karena satu kesalahan lo."

Radef mendekat, dan memeluk Arlita dari belakang. "Cukup sekali lo sentuh gue, anjing!" Peringat Arlita, kelepasan. Arlita memberontak hebat.

"Ada atau enggaknya Marvin, gue gak akan mau nikah apalagi mengandung anak dari lo. Lebih baik gue mati dan bahagia bersama keluarga kecil gue di surga."

"Gak usah sok suci, Ta.. Lo pikir gua gak tau kalau lo gak cuma pernah dipake sama Marvin? Even dia udah jadi suami lo sekarang, tapi gua tahu betul gimana masa lalu lo yang gelap itu."

Arlita membuka lebar matanya. Ia mengeraskan rahangnya, lalu kepalanya perlahan ia angkat. "Sampai sekarang hidup gue juga masih gelap. Bahkan lebih gelap dari yang dulu."

"Gak apa-apa, gua terima lo apa adanya—"

Arlita tersenyum penuh kemenangan dengan alis yang terangkat sebelah.

"ANJING!"

"I did it." Arlita tersenyum puas.

"Terbukti kalau hidup gue jauh lebih gelap dari masa lalu gue sendiri."

Arlita menusuk perut Radef dengan guntung yang ia ambil dari laci nakas ddisamping ranjangnya.

"O-ke kalau lo mau— cara yang lebih dari yang lo alami sekarang." Laki-laki itu berusaha bangkit walaupun menahan sakit diperutnya.

"Gue gak peduli!" Arlita bangkit dari kasur itu. Dengan cepat ia memakai handuk piyama yang kebetulan berada dibawah lantai.

"Lo udah nikmatin tubuh gue kan?" Arlita tersenyum miring. "At least, kalau lo mati, lo gak akan mati penasaran," ungkapnya

Arlita tidak peduli dengan banyaknya darah yang mengalir dari perut Radef. Yang berada dalam pikirannya adalah semoga dirinya tidak terlambat untuk menyelamatkan anaknya.

Arlita cepat-cepat memakai bajunya untuk pergi dari rumahnya ini. Dia harus mencari Tsamarra atau Marvin terlebih dahulu. Tidak boleh sampai Radef mendapatkannya lagi.

MARVIN: What you do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang