3.1 || Weakness ||

3K 225 68
                                    

haloooo, sesuai permintaan kalian, aku up lageeeeee!

yuhuuuu, aku uda excited lagi niii! kalian harus excited juga yaaaa komen sama vote nyaaa

okeii, lets read this chapterrrrr!

MARVIN memarkirkan kendaraannya disebuah tempat yang sepi dan gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MARVIN memarkirkan kendaraannya disebuah tempat yang sepi dan gelap. Laki-laki itu rela meninggalkan Arlita tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada wanita itu hanya karena masalah ini. Namun bagi Marvin, masalah ini sangatlah penting, ini genting.

Marvin memasuki tempat itu, didalam sana sudah ada Gevaro dan Bara yang menunggu kedatangannya. 

"Vin!"

"Eh Bar, gimana?" Marvin bertanya tanpa basa-basi. Marvin tampak panik.

"Sampai sekarang masih aman sih. Lo gimana? You okay? Muka lo keliatan kusut banget. Keliatan banget lagi banyak masalahnya." Ucap Bara sedikit bergurau untuk mencairkan suasana.

Marvin menghelakan napasnya panjang. "Gimana gua gak kusut?"

"Si Anjing itu ngeduluin gua. Gimana kalau Arlita tau kalau selama ini gua sembunyiin bokapnya?" Marvin mulai berbagi kegelisahannya.

Gevaro bangkit dari sofa ruangan itu. "Bokapnya si Lauren yang bongkar semuanya ke Radef. Thats why Radef bisa tau dan nemuin Bokap Arlita."

Sejak saat Marvin mendapatkan kabar itu, Marvin langsung memerintahkan Gevaro untuk mencari tau kenapa bisa Radef menemukan Hardian sedangkan Marvin sudah menyembunyikan pria paruh baya itu sejauh mungkin. Namun ternyata ada seseorang yang membocorkan keberadaan Hardian kepada Radef.

Sepertinya Marvin salah mengira kalau Radef adalah musuh yang mudah ia kalahkan.

"Lauren dimana sekarang? She's okay?" Tanya Marvin memulai percakapan baru.

Gevaro mengangguk. "Ada diruangan itu." Jawabnya sambil menunjuk ke sebuah ruangan.

"Gua kesana dulu." Ucap Marvin langsung berjalan menuju ruangan tersebut.

Baru beberapa kakinya melangkah, Marvin berhenti. Dia mengangkat sambungan telepon dari Arlita saat handphone nya terasa bergetar.

"Sayang, sorry—"

"Tsamarra sama lo?"

Marvin mengerutkan keningnya. "Sama gua?"

"Gua lagi di Jakarta, Gevaro telepon gua tadi. Ada hal penting yang harus dibahas."

MARVIN: What you do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang