0.7 || I'm in Love with Your Body ||

17.5K 589 2
                                    

kalian pada suka gasi sama cerita marvin ini?

gue harap kalian sukaa sii, enjoy yaa

gue harap kalian sukaa sii, enjoy yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KEESOKAN harinya. Seperti biasa, Arlita sekolah berangkat bersama kedua temannya. Mereka sedikit kesiangan bangunnya karena semalaman nonton film sampai jam 2 pagi. 

Dikendarai oleh Merolla, seperti biasa.

"Apa gak sekolah aja ya? Udah jam segini, pasti telat kita," usul Arlita melihat jam di handphonenya.

"Gue lebih baik datang terlambat dari pada gak sama sekali. Nanti wali kelas kita ngadu lagi ke nyokap-bokap gue. Males lah, lo tau sendiri gimana keluarga gue," sahut Merolla mengeluh.

"Iya, kek gak tau aja lo Bu Mai gimana. Caper ego dia sama orang tua anak muridnya," sambung Gizel tidak setuju.

Bukan itu masalahnya. Jika hari-hari Arlita sama seperti dulu sebelum bertemu dengan Marvin si fine-fine aja kalau dia tetap sekolah, terus datangnya terlambat. Tapi kan ini keadaannya sudah beda. Marvin pasti akan lebih mengincarnya. 

Arlita menghelakan napasnya. Mana bajunya sangat ketat, dan roknya sangat pendek. Habis-lah dia sama Marvin.

"Yaudah deh, terserah lo pada aja," jawab Arlita menjadi pasrah.

Sesampainya mereka disekolah. Benar saja, gerbang sekolahnya sudah dikunci rapat oleh satpam. Yang telat datang juga sudah berbaris dilapangan sekolah dengan para OSIS yang akan menghukum ketidak-disiplinan mereka. Ada Marvin tentunya.

Salah satu OSIS berjalan menuju gerbang. Sedikit lega rasanya melihat Marvin tidak berjalan ke arah yang sama dengan OSIS itu. Tapi Arlita salah. Kini malah dia sedang berhadapan dengan Marvin.

"Niat sekolah gak si lo pada?" tanya Marvin dengan wajah ketusnya. Tch, lupa ya dia kalau bersama Arlita tuh dia pasang wajah apa? Mesum, iya mesum.

Arlita terdiam, setelat itu kah mereka?

"Yeeee! Kalo gak niat sekolah, ngapain gue tetep dateng ke sini?" sahut Gizel ikut nyolot.

"Salah tempat lo. Pakaian lo lebih cocok ke bar, ketimbang ke sekolah." Marvin membalikan tubuhnya. Dia tampak acuh. "Udah, biarin aja. Gak usah dibuka gerbangnya," perintah Marvin bicara pada rekan OSIS-nya.

"YEEE! YAUDAH LAH GUYS. KITA KE BAR AJA ELAH, RIBET AMAT!" teriak Arlita yang sudah kesal.

"Buka Vin, biasanya kita datang jam segini juga tetep lo buka kan? Bukannya lo demen, ya kalau masalah ngehukum kita?" Merolla masih stay diposisinya. Meminta Marvin untuk membukakan gerbang itu.

MARVIN: What you do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang