0.1 || Crazy ||

20.6K 893 18
                                    

marvin disini lebii dari yang di cerita sebelumnya deh pokonya. kalian ikutin aja terus ceritanya yaaaa 

btw aku gabisa jadwalin untuk update cerita aku, entah itu malvizoya atau ini. kalau nakarma biarin, aku keep aja duluuu. jadi aku usahain buat terus update, tp gak janjiii yaaa

okeeiii, enjoy guysss!

ARLITA meracau sendiri sambil berjalan memasuki toilet sekolah setelah OSIS menentukan hukuman untuk siswa-siswi yang telat hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ARLITA meracau sendiri sambil berjalan memasuki toilet sekolah setelah OSIS menentukan hukuman untuk siswa-siswi yang telat hari ini. Arlita dan kedua temannya kebagian untuk memberishkan semua toilet wanita yang ada disekolah ini.

Jika diingat-ingat kejadian tadi. Rasanya Arlita ingin menenggelamkan dirinya ke dalam laut yang dalam. Dia malas bertemu dengan Marvin yang selalu membuat dirinya kesal. Arlita dengan Marvin bagaikan api dengan air yang sampai kapanpun tidak akan pernah berdamai.

"GUE KESEL BANGET, GUE KESEL BANGET, GUE KESEL BANGEEETTTT!!" teriaknya dalam kamar mandi. Lumayan, kedap suara. Jadi tidak akan ada orang lain yang mendengarnya kecuali Arlita dan kedua temannya.

"Lagi elo sih, Ta pake nantangin Marvin segala. Lo tau sendiri kan tu cowok kek gimana?" Merolla mulai membersihkan toilet itu, mulai dari cermin washtafel.

"Tapi kalau kata gue ya, keren sih Arlita sampai berani kek gitu. Marvin juga gak kalah beraninya, dia cium lo di depan kita semua." Berbeda dengan Merolla, Gizele malah membelanya. "Ada Dashaaaa, Ta! Rival lo kan dia selama ini?!" Raut wajah Gizel tampak kagum kepada Arlita.

"Lo tau, kita semua tau kalau Dasha udah lama suka Marvin, sampai dia ikut OSIS karena mau lebih lama sama Marvin, kan?" Bukannya membersihkan toilet, mereka malah bergosip.

Arlita menggeleng-gelengkan kepalanya dengan mata terpejam. Dia ingin melupakan kejadian tadi.

"Gue yakin sih, Dasha pasti panas. Abis ini pasti dia langsung labrak lo!" seru Gizel melanjutkan bahasannya.

Merolla terkekeh, dia menumpangkan tangannya di pundak Gizel. "Bener juga sih apa yang lo bilang, Zel. Selama ini kan Marvin gak pernah deket sama cewek mana pun, kita semua tahu itu. Tapi tadi?! Dia cium lo, Ta! Cium bibir lo! Gimana rasanya? Manis atau gimana?" Merolla ikut bersekutu dengan Gizel. Arlita akan sulit melupakan kejadian itu jika terus seperti ini.

"Asem," jawab Arlita dengan malas.

"Udah deh lo berdua. Bisa gak sih gak usah ngomongin Marvin?! Eneg gue dengernya. Masih kesel nih gue!" racaunya kesal sendiri.

Gizele kompak menertawakan Arlita bersama dengan Merolla. "Gue curiga, jangan-jangan selama ini Marvin terus-terusan ngincer kita, dia sengaja karena mau dapetin Arlita? Lo setuju kan sama gue, Zel?" Merolla menoleh kepada Gizel, mencari dukukan.

Gizel mengangguk dengan santainya. "Iya sih. Biasanya cowok yang demen ngeganggu itu diam-diam nyimpan perasaan sama kita," ujarnya mendukung asumsi Merolla.

MARVIN: What you do?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang