Sudah satu minggu Jungkook kembali bekerja di kedai. Meskipun begitu, pamannya sangat mementingkan kesehatan keponakannya. Tak disangkal selama Jungkook di rumah, Namjoon selalu rutin menemaninya pergi ke dokter kesehatan mental. Untuk memulihkan mental Jungkook yang rupanya sedikit terguncang akhir-akhir ini.
Dokter mengatakan bahwa mulai saat itu, Jungkook akan lebih peka terhadap keadaan. Ada hal yang membuat pikirannya kembali seperti dulu lagi. Entah itu memori kelam yang terlintas begitu saja, ataukah Jungkook mencoba membangkitkan kembali kenangan bersama sang kakak. Yang jelas, untuk sementara waktu, Jungkook harus tetap diberikan terapi demi menekan gejolak di batinnya.
Kini Jungkook sudah kembali di izinkan untuk beraktivitas setelah dua minggu full hanya menjalani terapi setiap satu minggu dua kali. Jungkook sudah terlihat lebih baik, ia bahkan lebih giat bersekolah dan bekerja untuk membantu memulihkan dirinya sendiri.
Tanpa sadar, jam istirahat akan segera habis. Jungkook berjalan ke loker lalu membuka pintu besi itu. Mumpung pesanan masih belum ada, ia sempatkan mengecek ponselnya jika saja bibi atau pamannya menghubunginya. Beberapa hari ini mereka sangat amat protektif, begitu pula dengan Yugyeom dan Taeji. Mereka juga sering menelepon Jungkook hanya untuk menanyakan aktivitas yang tengah dilakukan Jungkook.
Tak sengaja saat Jungkook membuka tasnya, sebuah figura kecil bergambar dirinya dan Taehyung mengalihkan gerak tangannya. Jungkook lantas mengambil figura kaca itu lalu menatapnya lekat-lekat.
Ibu jarinya tergerak mengusap kaca bingkai di genggaman. Jungkook menerawang betapa indahnya masa itu. Masa dimana dia tiba-tiba digiring oleh sang kakak untuk memasuki sebuah studio foto.
Lengkungan bibirnya terukir, sang kakak didalam foto itu nampak mirip dengan bayangannya sebelumnya. Taehyung yang selalu memberinya gambaran akan wajah dirinya pada Jungkook dulu kini terbukti. Wajah sang kakak tidak jauh berbeda dari perkiraan mata hatinya.
"Taehyung hyung adalah hyungku satu-satunya yang sangat aku cintai. Lahir di Daegu tanggal tiga puluh desember tahun seribu sembilan ratus sembilan puluh lima, memiliki wajah yang panjang, tubuh kurus, pipi tirus, rambut hitam kecoklatan, mata elang, senyum kotak dan sangat mirip dengan wajah ayah." kedua sudut bibirnya melebar. Membentuk senyum manis yang sangat lebar. Perlahan tangan mungilnya ia ulurkan membelai wajah sang kakak. "Dan kini aku telah melihat wajahmu yang sesungguhnya. Kau sama sekali tidak berbohong padaku."Jungkook menyadarinya, wajah Taehyung sangat tampan. Begitu kah wajah ayah mereka? Taehyung pernah mengatakan bahwa dirinya mirip dengan sang ayah sedangkan Jungkook mirip dengan sosok ibu. Jungkook terkekeh kecil saat membayangkan bagaimana imutnya wajah ibu jika mirip dengannya yang memiliki gigi kelinci? Pasti sangat menggemaskan.
"Jungkook-ah... Antarkan pesanan ini ke komplek Lotus nomor 5." disaat Jungkook tengah menikmati wajah rupawan sang kakak, paman Lee berteriak dari arah dapur.
"Nde..."
~~~
Sementara di sebuah pantai di daerah Busan, beberapa pekerja dari majalah terkenal Korea tengah sibuk menyiapkan segala keperluan pemotretan. Meski waktu sudah sangat siang, pemotretan itu tak kunjung dimulai. Peralatan pun masih banyak yang berserakan walau pekerjanya sangat banyak.
Seseorang dengan setelah mantel hitam terpergok tengah mendengus kesal berkali-kali. Dibawah payung peneduhnya, dia mondar-mandir gelisah. Menyedekapkan kedua tangannya dan memasang wajah tak bersahabat.
"Yak berapa lama lagi aku harus menunggu?! Kau tahu waktuku tidak hanya dihabiskan untuk pemotretan?!" Bentaknya pada namja yang tengah berdiri membelakanginya seraya berbicara didalam sambungan telepon. Namja berbadan gemuk itu berbalik karena mendengar suara menggelegar dari belakang tubuhnya. Seketika itu ia berdecak tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eyes is Yours 2
FanfictionDua bola mata ini semula menjadi impian terbesarku, demi menatap hyung tersayangku. Namun saat impian ini tercapai, hyungku tega meninggalkanku. Dia pergi jauh untuk selamanya tanpa memberiku izin untuk menatap wajahnya walau hanya sekali. Dari sin...