V mulai melakukan terapi lagi bersama dokter Hankyung. Ditemani Seokjin, V merasa lebih aman. Namja berusia dua puluh satu tahun itu masuk ke ruang radiologi guna melakukan serangkaian pemeriksaan.
Setelah selesai, V kembali ke ruang dokter Hankyung lantas mendapat satu suntikan di lehernya. Dokter Hankyung memberinya resep obat untuk segera ditebus.
Seokjin menunggu di apotek dengan sabar. Sesekali ia melirik kearah sang adik yang masih setia bermain ponsel.
Ingatan tentang perkataan Hankyung masih menjadi ketakutannya.
"Adikmu mulai ingat pada masa lalunya."
"Segera lakukan sesuatu!"
"Baik. Besok juga aku akan kembali memberinya suntikan itu!"
Seokjin berharap dengan bantuan Hankyung, ia bisa terus bersama Taehyung. Ia tak mau adiknya pergi lagi. Hidupnya benar-benar akan gelap gulita.
~~~
Sesampainya di rumah, Seokjin segera menyuruh V untuk makan lalu meminum obat. V tanpa perlawanan langsung melakukan apa yang hyungnya perintahkan.
Ia memakan nasi lantas meminum obat. Beberapa saat, kepalanya semakin berdenyut. Rasanya sangat sakit, lebih sakit dari malam itu.
"H-hyung... K-kenapa k-kepalaku s-sakit lagi..." Adunya terbata. Seokjin tersenyum miring lalu membenarkan raut wajahnya seolah tengah khawatir.
"Sebentar, ne. Hyung akan tanyakan pada dokter Hankyung."
Beberapa saat berlalu, Seokjin telah selesai menelepon. V terlihat masih memegangi kepalanya diatas ranjang.
"Dokter Hankyung bilang, itu hanyalah efek samping obat. Kau dulu juga seperti itu, bukan?" Seokjin bertanya seraya mengelus kepala belakang V.
"T-tapi s-sakit sekali, hyung... A-aku tidak tahan..." V terus meringis dan mengerang. Seokjin sedikit kasihan namun itulah yang harus ia lakukan demi tetap bersama Taehyung.
"Dibawa tidur, Saeng. Nanti sakitnya akan reda sendiri."
V menurut. Ia berbaring dengan pelan lantas mencoba memejamkan mata. Rasa sakit itu masih terasa namun ia terus menahannya sekuat yang ia bisa.
Hingga ia terlelap dalam tidur. Seokjin tersenyum kecil lantas membenarkan posisi selimut V sebatas dada.
"Maafkan hyung, saeng. Hyung harus lakukan hal ini agar kau tetap dalam rengkuhanku. Jika kau tak dekat dengannya, mungkin hyung tidak akan bertindak sejauh ini." Ucapnya lantas pergi keluar kamar.
***
Semakin hari kondisi V semakin membaik. Namun tidak dengan mentalnya. Fisiknya memang lebih kuat, kepalanya tidak sakit lagi, juga tenaganya yang bertambah meningkat. Tapi psikis seorang V berubah drastis. Ia sering marah, berhati dingin dan tak tersentuh seperti sifatnya dulu.
Manajer Shin yang selalu bersamanya pun terheran. Baru beberapa waktu yang lalu V bersikap sedikit ramah dengannya, kini V yang dulu muncul kembali. Membuatnya harus siap akan ocehan dan pukulan dari modelnya.
Terlambat satu menit pemotretan, V sudah marah. Terlambat lima menit dari yang dijanjikan, V kabur dan membatalkan pemotretan. Shin memegangi keningnya pusing. Ia sudah membujuk V namun tetap tak bisa.
Akhirnya dengan terpaksa, Shin mencari bantuan kepada Seokjin. Tapi ekspektasi sangatlah berbeda dari kenyataan. Seokjin malah meminta Shin untuk membiarkan bocah itu pergi sesuka hati. Membuat Shin harus menghela nafas sepanjang-panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eyes is Yours 2
FanfictionDua bola mata ini semula menjadi impian terbesarku, demi menatap hyung tersayangku. Namun saat impian ini tercapai, hyungku tega meninggalkanku. Dia pergi jauh untuk selamanya tanpa memberiku izin untuk menatap wajahnya walau hanya sekali. Dari sin...