10

885 97 6
                                    

Anyeong Readers-nim 🙋
Lama tidak berjumpa di ff yang satu ini. Kira2 masih inget apa gk sama alur ceritanya nih? Aku kok lupa2 ingat ya hehe...
Kalo yang lupa bisa dibaca lagi gih dari session 1 juga gapapa sambil kasih voment 😂
Oke silahkan monggo dibaca barangkali ada sesuatu yang mengganjal bisa di kritik atau saran ya. Gomawo 😄





 

.
.
.
.
.
.
.

Mobil travel berukuran sedang sudah sejak tadi melaju menyusuri jalan raya. Dari yang lenggang di pedesaan hingga sampai di ibu kota Seoul nan ramai.

Mobil yang memiliki pendingin ruangan itu nampaknya tak begitu sejuk di tubuh, karena banyak penumpang yang berjejalan didalam. Rasanya sempit, bagai terhimpit. Jungkook berulang kali harus membuka kaca disampingnya demi mencari oksigen.

Sreet

Mata bulat bambinya berbinar kala terlihat diluar sana gedung-gedung pencakar langit saling berdiri berjejeran. Dengan kaca sebagai dindingnya memberikan kesan gedung berlian dimata Jungkook. Ini pertama kalinya ia pergi ke Seoul. Dan pertama kali pula ia bisa melihat gedung tinggi besar yang biasanya hanya bisa ia tonton lewat televisi.

Mulut yang terngaga lebar dengan perasaan takjub membuat pria disampingnya geleng-geleng kepala.

"Ck, tidak perlu heran begitu! Kau sudah hidup di dunia selama belasan tahun, tidak mungkin ini pertama kalinya kau melihat gedung!" Ucap pria berpipi cubby itu.

Jungkook menoleh kebelakang, ternyata orang ini yang sudah memergokinya tadi. Ia merasa sangat malu.

Jungkook hanya tersenyum kikuk kemudian kembali menutup kaca mobil tanpa mengalihkan pandangan darinya. Sungguh Jungkook tidak menyangka, ia akan sampai di kota besar ini yang ia kira hanya sebuah mimpi belaka. Bagaimana suasana kota yang riuh bisa ia saksikan dan akan ia rasakan mulai hari ini. Melihat lalu lalang kendaraan dengan bunyi klakson yang saling bersahutan saja sudah membuatnya merinding, apalagi nanti ketika ia sudah turun dan menapakkan kaki disini.

Drrttt

Jungkook merogoh saku jaketnya, sebuah panggilan telepon ia terima.

"Yoboseyo?"

Senyuman ia kembangkan lebih lebar lagi. Keluarga bibinya sedang menanyakan apakah ia sudah sampai atau belum.

"Sudah, bi. Aku sudah sampai di Seoul tapi belum sampai di rumah tuannya. Oh ya, bi. Ternyata Seoul itu menakjubkan sekali. Sepanjang jalan aku melihat gedung-gedung saling berjejer rapi dengan kaca yang gemerlap. Aku melihat bus bergambar wajah artis dan kereta yang melintas di jalan layang. Wah bi, sungguh aku tidak menyangka akan melihat ini semua secara nyata!" antusias Jungkook bercerita pada bibi dan keluarga diseberang sana. Membuat pria tadi terus menatapnya heran dengan kerutan aneh didahinya. Namun hanya sebentar, ia lanjut memejamkan mata hendak kembali tertidur. Meski matanya terpejam, suara Jungkook yang terus bercerita dalam telepon membuatnya terganggu.

"Yak bisa diam tidak?! Mulutmu jangan banyak bicara, bedebah! Aku mau tidur!" Sewotnya dan dengan spontan Jungkook mematikan telepon disertai tubuh yang bergetar karena takut. Pria kekurangan tidur itu sungguh menakutkan baginya. Jantungnya sampai berdetak terlalu kuat selama beberapa saat.

"Mian..." Cicitnya.

Tak lama, mobil berhenti. Halaman nan luas ini menjadi lahan parkirnya.

"Jung Hoseok dan Kim Jungkook, ayo keluar! Kita sudah sampai di rumah calon majikanmu." Jungkook dan pria yang bernama Jung Hoseok itu bergegas untuk turun.

My Eyes is Yours 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang