V memohon penuh ketulusan pada Seokjin yang tengah sibuk mengecek laporan proyek perusahaannya. Berlutut dibawah kursi kerjanya seraya menggesek-gesekkan kedua telapaknya.
"Hyung, ayolah... Aku ingin ke Busan, menemuinya." Mohonnya dengan manik penuh harap. Seokjin masih tak menoleh, sudah sejak tadi dirinya tak setuju jika mereka pergi ke suatu tempat yang jauh seperti Busan di minggu-minggu ini. Ia sangat sibuk dan V memiliki banyak jadwal pemotretan di Jeju.
"Tidak, V-ah. Pekerjaan hyung banyak sekali, dan lusa kau harus sudah ada di Jeju. Jika kita ke Busan, waktu kita akan terbuang sia-sia." Protes Seokjin. V berdecak. Lagi-lagi karena alasan pekerjaan yang menyibukkan. Padahal dia sudah sangat ingin menengok orang itu. Ingin mengetahui bagaimana kondisi kesehatannya usai kecelakaan.
"Kali ini saja, hyung... Aku janji tidak akan pergi-pergi lagi dan akan selalu menurut apapun permintaanmu." Ujar V mantab mengangkat kedua jarinya. Seokjin menoleh kebawah, menghela nafas dalam sebelum ia beranjak dari singgah sananya.
"Baiklah. Janjimu yang pertama adalah kau harus tetap baik-baik saja seusai dari sana!"
Mata V berbinar ceria, berjalan mengikuti kemana arah kakaknya menapak.
"Jinja? Kau tidak bohong kan kalau aku boleh kesana?" Seokjin mengangguk.
"Yey... Gomawo, hyung... Neomu-neomu gomawo..." Saking bahagianya, V menubruk tubuh Seokjin dari belakang membuat tubuh namja berusia dua puluh delapan tahun itu terhuyung kedepan.
"Ya ya... Sekarang juga kita pergi. Cepat ganti pakaianmu."
V segera berlari keluar menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Ia harus segera berkemas karena tak ingin mengecewakan sang kakak. Kakaknya yang bernama Kim Seokjin sangat jarang memiliki waktu luang atau bahkan waktu untuk keluar rumah dan kantor. Jika ia sudah mengizinkan, maka syaratnya V harus segera melaksanakan apapun yang diperintahkan Seokjin dengan cepat dan tepat.
Mobil telah terparkir rapi tepat didepan halaman rumah mewah keluarga Kim. V dan Seokjin segera masuk kedalam.
Di perjalanan, tak hentinya pria bersurai ikal lebat itu mengucapkan terimakasih pada kakaknya. Entah mengapa V merasa ingin melihat orang itu. Seperti magnet yang akan selalu tertarik dengan lawannya, V merasa tertarik untuk lebih mengerti kondisi korbannya.
Sementara Seokjin tetap diam saja. Ia cenderung memikirkan sesuatu yang V tak tahu. Ada rasa khawatir dalam dada, sampai ia tak henti berdoa agar adiknya tetap baik-baik saja di kota itu.
~~~
"Ayolah, suster! Kau tidak tahu aku ini siapa? Hanya berikan alamat rumah Kim Jungkook saja masa tidak boleh?"
Suster berkemeja putih itu hanya menggeleng kekeuh tak mau memberikan informasi apapun tentang pasien rumah sakit ini. Namja bermasker hitam dengan topi menutupi sebagian wajahnya itu nampak kesal dan naik pitam. Ia sudah membujuk wanita dihadapannya dengan segala kata-kata rayuan, paksaan, bahkan ancaman. Namun wanita berstatus suster itu tak pernah goyah dengan pendiriannya.
Seokjin yang sedari tadi hanya berdiri disamping adiknya tanpa menyuarakan pendapat pun kini angkat bicara.
"Maaf, suster. Aku tidak punya waktu banyak. Bisakah aku mengetahui dimana alamat rumahnya?" Ucapnya seraya menyodorkan secarik amplop secara diam-diam.
~~~
"Yah hyung kau hebat sekali... Kau memang hyung ku yang paling pintar!" Jempol V berikan tepat didepan wajah Seokjin saat kakaknya tengah fokus menyetir membuat namja berbahu lebar itu berdecih kesal.
"Berlebihan sekali kau, V. Itu sudah hal biasa seseorang memberikan pancingan." Usai ucapan Seokjin yang nampak menggelikan itu mereka berdua tertawa terbahak-bahak. Berkat uang yang diberikan Seokjin pada suster wanita keras kepala itu, alamat Jungkook sudah mereka kantongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eyes is Yours 2
FanfictionDua bola mata ini semula menjadi impian terbesarku, demi menatap hyung tersayangku. Namun saat impian ini tercapai, hyungku tega meninggalkanku. Dia pergi jauh untuk selamanya tanpa memberiku izin untuk menatap wajahnya walau hanya sekali. Dari sin...