27

1K 110 7
                                    

Seorang polisi berseragam lengkap terlihat kembali dari toilet. Ia meraih tongkatnya yang tergeletak di atas meja lalu kembali berjaga seperti semula. Tongkat ia pukul-pukul kecil ke telapak tangan yang lain sembari memasang atensi mengawasi para tahanan.

Berhitung dalam hati tahanan yang sudah terlelap tidur. Matanya membola saat tak genap yang ia lihat.

Ia mendekati jeruji, kembali menghitung dengan teliti siapa tahu ada yang terlewat. Namun hasilnya sama saja. Hanya ada lima orang yang tergeletak diatas tikar.

Ia mulai panik. Membuka kunci jeruji lantas mengamati satu per satu wajah siapa yang tidak ada didalam sel.

Rupanya seorang tahanan barulah yang menghilang. Ia menuju kamar mandi di pojokan, namun tak ada orang. Tetapi jendela atas kamar mandi terbuka.

"Aish..." Umpatnya.

Ia segera berlari menuju rekan kerjanya yang lain yang sejak tadi tertidur di atas meja jaga.

"Yak kita kehilangan satu tahanan baru! Bangun bodoh!" Bentaknya sembari menggoyangkan tubuh polisi itu dengan brutal.

Polisi itu kaget, terbangun dengan gelagapan. "MWOYA?!"

Mereka berdua segera mengecek para tahanan di sel nomer tujuh. Dan benar saja, satu orang telah hilang.

Suasana kantor tahanan menjadi ricuh. Polisi berhamburan mengerubungi setiap sel. Para narapidana terbangun dan terkejut dengan hilangnya Seokjin, terutama Hankyung. Dia tak habis pikir, Seokjin akan berbuat nekad seperti ini.

~~~

Malam yang telah larut. Keheningan menjadi satu-satunya suasana di rumah sakit besar ini. Sebagian suster telah terlelap tanpa sadar, menumpu kepalanya di atas meja kerja.

Ruang kamar inap sudah terasa sepi. Pukul satu dini hari adalah waktu terlelap dalam tidur. Namun sepasang sepatu hitam berjalan pelan menyusuri koridor, mengendap masuk ke sebuah pintu salah satu kamar.

Wajahnya tertutupi oleh topi hitam dan masker. Hanya kedua bola matanya yang terlihat. Tubuhnya terbalut jaket kulit hitam yang membaluti seragam orange cerahnya.

Tanpa ada yang tahu, ia masuk ke kamar VVIP itu dengan bebas. Seseorang sudah terlelap diatas sofa ruangan begitu pula dengan sang pasien.

Lelaki serba hitam lantas tersenyum miring dibalik maskernya. Ia mendekat ke brankar pasien lantas berdiri cukup lama. Mengamati wajah pucat Jungkook yang kini terlihat tak baik-baik saja.

Kedua tangannya ia remat kuat, hendak melampiaskan amarah yang terpendam pada bocah itu. Dengan cepat ia menarik selang oksigen yang menancap apik di kedua lubang hidungnya selama seharian ini.

Sukses melepaskan selang nafas, pria itu menarik bantal yang menjadi tumpuan kepala Jungkook lantas menekan wajah bocah bergigi kelinci itu dengan bantal.

Cukup keras membekam wajah Jungkook hingga si empunya terbangun sebab merasakan sesak. Namun namja misterius itu tak segan-segan menghambat aliran nafas Jungkook. Semakin kencang ia lakukan, Jungkook semakin kalangkabut dibuatnya.

Jungkook mencoba berteriak meminta tolong, namun tak ada suara yang keluar. Tubuhnya menggeliat tak karuan, memberontak hingga ranjangnya berderit keras. Merasakan sesak dan sempit nafas serta dadanya. Kedua tangannya ia coba gunakan untuk melepas bantal itu, namun kekuatan pria yang tak dikenalnya jauh lebih besar darinya.

"Hahaha... Rasakan kau Kim Jungkook!" Ucap tajam namja itu sembari terus menekan bantalnya.

Manik Jungkook membola dibalik bantal rumah sakitnya. Merasakan nafasnya semakin terhimpit sesak tanpa celah untuk bisa bernafas. Tubuhnya yang sejak tadi menggeliat kini melemas. Maniknya yang mulai berair mendadak sayu dan kosong.

My Eyes is Yours 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang