20

937 112 36
                                    

Jungkook terus menatap manik hitam kelam itu yang kini juga menatapnya. Ia mengelus pipi kiri V dengan pelan dan hangat.

Hatinya ingin membuktikan bahwa tuan V adalah kakaknya. Dipejamkannya matanya dengan pelan, dielusnya pipi V dengan penuh perasaan. Mencoba melihat V dengan mata hatinya seperti dulu lagi.

Dapat ia rasakan pipi tuan V memiliki rasa hangat yang sama dengan Taehyung hyung. Tangannya bergetar mengingat halusnya kulit Taehyung hyung. Pipi inilah yang selalu ia elus. Kulit sehangat hati Taehyung inilah yang selalu ia raba. Disaat ia tidur dan terbangun, kulit Taehyung hyung lah yang pertama kali ia cari. Dan ia yakin beginilah rasanya.

Jungkook terus merasakan kehangatan itu hingga maniknya yang terpejam meneteskan satu butir air mata.

"T-taehyung hyung... Hiks.."

Jungkook merindukan Taehyung hingga tak mampu menahan isakannya. Pertahanannya runtuh begitu saja. Menyadari semua ini terlalu rumit ia jalani. Mengapa tuan V begitu sama dengan Taehyung hyung? Apakah ini halusinasinya lagi? Apakah otaknya benar-benar rusak sekarang? Tapi ia rasa semua ini nyata, bukan halusinasi.

Lama terdiam, suara seseorang menyadarkan Jungkook.

"V-ah..."

Panggilan itu sontak melepaskan penyatuan tangan Jungkook dan pipi V. Manik basah itu membuka, Seokjin lah yang kini ada diantara mereka. Berjalan mendekat seraya terus menatap angkuh pada Jungkook yang kini mengelap bekas air matanya.

"Kau lupa belum meminum obatnya, hm?" Seokjin menyodorkan botol obat yang ia temukan dalam laci kamar V.

"Ah, ne hyung... Aku baru saja akan makan."

V dan Seokjin kembali ke meja makan, menyelesaikan makannya lalu meminum obat yang masih harus ia habiskan.

Jungkook menatap kepergian keduanya dengan hampa. Tangannya terus ia tatap, begitulah rasa yang ia rasakan dulu setiap kali membelai tubuh Taehyung hyung. Ia merasa perasaannya baru saja bukanlah halusinasi. Itu terasa nyata dan ia mampu merasakan kehadiran Taehyung didepannya. Kehangatan pipi sang kakak yang biasa ia raba dulu.

Hatinya sedikit yakin jika V adalah Taehyung. Seperti ucapan Yoongi waktu itu, semuanya menyudutkan V akan sosok Taehyung. Ini semua tidak mungkin suatu kebetulan semata. Tuhan pasti sudah merencanakan dalam bingkai takdir.

Di ruang makan kini telah duduk dua orang namja kakak beradik tengah makan bersama. Seokjin menunggui V makan, tatapannya kali ini terasa aneh bagi V.

Sejak tadi atensi Seokjin hanya tertuju pada V tanpa kedip. Wajahnya menegang dengan telinga memerah. Hal itu membuat V merasa tidak nyaman, ada rasa aneh yang V rasakan. Sejatinya V tahu apa arti reaksi itu. Kakaknya tengah menahan emosi. Namun karena apa? Apakah jangan-jangan...

"Sudah berapa lama meninggalkan jadwal minum obatmu?"

Suara tegas Seokjin sontak membuat tubuh V menegang. Ia memutar bola matanya gugup. Ternyata sang kakak tahu tentang hal itu, dirinya tak pernah meminum obat dari dokter Hankyung.

"Dasar bodoh... Kenapa tidak ku buang saja obatnya..." Gumamnya dalam hati. Merutuki kebodohannya sendiri sebab tidak jeli akan sikap Seokjin yang tentu lambat laun akan mengetahui.

Mengulum bibirnya gelisah, V memutuskan untuk menjawab walau terdengar gugup.

"A-aku sudah merasa lebih baik, hyung. Tubuhku sehat, kata dokter Hankyung juga aku sudah sembuh. Aku pikir aku sudah tidak perlu obat-obatan lagi." Jawab V.

Tatapan mata Seokjin yang masih mengerikan itu membuat bulu kuduk V meremang. Terbayang sifat asli Seokjin yang pernah ia tahu dulu. Seokjin tidak suka ada orang yang membohonginya atau membuatnya kecewa. Jika itu terjadi, namja berbahu lebar itu tak akan segan-segan untuk mencelakainya.

My Eyes is Yours 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang