Sore hari yang padat, di jalan raya kota Seoul. Sepasang kaki tengah berjalan riang menyusuri pusat perbelanjaan di pinggir jalan.
Atensinya selalu melirik kesana kemari guna mencari sesuatu yang menarik. Taehyung terpana pada satu toko berdinding kaca didepan sana.
Ia melangkah masuk, menghampiri sebuah patung bersweater biru muda dan bersyal navy. Sekejap ditanya oleh pelayan toko, Taehyung bertitah ia akan membeli barang yang ia pegang ini.
"Kookie pasti menyukainya." Monolognya sesaat setelah mendapat bungkusan totebag besar.
Tungkainya melangkah menuju sebuah toko buku. Diintiplah jejeran buku-buku di dalam rak besi. Menarik satu buku besar nan tebal dengan cover hard bertuliskan "Reading from Braille".
Lengkungan bibirnya terlihat bersemangat. Taehyung memutuskan untuk membelinya.
Dilihatnya buku itu di sepanjang perjalanan pulang. Tak hentinya senyuman terus mengembang dari kedua bilah bibirnya. Memang Taehyung tengah dirundung bahagia, ada seseorang yang membuatnya berbunga-bunga.
Siapa lagi kalau bukan Kim Jungkook. Adiknya sudah tidak suka memberontak lagi. Ia telah menerima dirinya dengan suka rela. Meski nyatanya, penerimaan itu bukanlah murni sebab Jungkook sadar tentang status kakak beradiknya.
Saraf dalam otak Jungkook belum bekerja secara normal. Ingatan masa lalu masih terpendam jauh. Membuatnya pulih akan membutuhkan waktu lama. Butuh tenggang waktu yang tidak sebentar.
Tapi Taehyung yakin, Jungkook akan kembali sembuh lalu mengingat semuanya. Dokter mengatakan bahwa kerusakan saraf Jungkook tidak bersifat permanen. Taehyung menjadi senang mendengarnya. Ada harapan besar yang ia pegang.
Rasanya Taehyung tidak sabar ingin mendengar Jungkook memanggilnya dengan sebutan 'Taehyung hyung' lagi. Ia tidak sabar menantikan moment kembalinya ingatan Jungkook. Dulu sekali ia ingat janjinya untuk membelikan sang adik buku baru. Kini saatnya ia menebus janji itu.
Diterobosnya pintu kamar inap Jungkook. Ia disuguhi pemandangan yang menyejukkan hati.
Adiknya sudah duduk diatas brankar dan sibuk bercanda dengan Yoongi. Mereka bermain tebak-tebakan nama hewan dan buah-buahan dengan sangat seru. Taehyung senang, tapi juga heran. Yoongi yang ia tahu adalah sosok pria berhati dingin, kasar dan tak tersentuh. Kini dengan luwesnya ia bergurau dan bermain dengan Jungkook.
"Woahh hyung tidak diajak nih?" Sindir Taehyung yang mendapat tatapan dari kedua namja itu. Totebag ia letakkan diatas sofa.
"Hyung, hyung tahu tidak ayam ayam apa yang paaaling besar?" Tanya Jungkook seketika. Ia begitu antusias dengan permainan kanak-kanak dari Yoongi.
Taehyung menaikkan alis, "Ayam kalkun lah.." Jawabnya mantab. Jungkook menatap Yoongi untuk melihat reaksi Yoongi. Dan Yoongi menggeleng. Taehyung sempat akan protes, namun ia coba memikirkanny lagi.
"Uhm... Ayam bangkok?" Jawab Taehyung lagi. Dan Yoongi menggeleng untuk yang kedua kalinya.
"Ayam kampung?" Jawab Taehyung tak mau kalah.
"Bukan!" Bantah Yoongi segera.
"Ayam jago?"
"Bukan!"
Taehyung berpikir ulang lagi, lalu sesaat kemudian ia menjentikkan jari dengan mata berbinar, "Aha... Pasti ayam raksasa?"
Seketika Yoongi menggeplak keningnya sendiri.
"IQ mu berapa sih? Hadehhh..." Ucap Yoongi geleng-geleng kepala. Taehyung hanya menyengir kuda.
"Hyung, apa jawabannyaaa?" Rengek Jungkook pada Taehyung, tangannya menarik-narik ujung kemeja Taehyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eyes is Yours 2
FanfictionDua bola mata ini semula menjadi impian terbesarku, demi menatap hyung tersayangku. Namun saat impian ini tercapai, hyungku tega meninggalkanku. Dia pergi jauh untuk selamanya tanpa memberiku izin untuk menatap wajahnya walau hanya sekali. Dari sin...