06

1K 106 2
                                    

Tapakan kaki dua insan manusia menggema menyusui koridor rumah sakit. Gumaman kekhawatiran tak henti terlontar dari mulut satu-satunya wanita diantara mereka.

Tepat didepan pintu sebuah kamar inap, mereka masuk. Segera berlari kecil menghampiri sosok yang terbaring di atas brankar.

"Apa yang terjadi padamu, nak? Kenapa bisa seperti ini?" Tanya bibi Kim untuk pertama kali dengan cukup panik. Tangannya bergerilya menyusuri seluruh permukaan kulit pucat Jungkook.

Jungkook hanya bisa menggerakkan kedua bola matanya pelan. Sementara Namjoon menatapnya penuh kekhawatiran.

"Jungkook, bagaimana kejadiannya? Seseorang menabrakmu?" kini tanya Namjoon yang Jungkook tangkap. Ia menatap sang paman dengan manik penuh air.

"T-tae h-hyung..." Lirihnya dari balik masker oksigen. Kedua orang dewasa disana menajamkan telinga, mendekat ke mulut keponakan untuk mendengar suara paraunya.

"T-taehyung hyung..." Sekali lagi Jungkook mencoba mengatakan kata itu, hingga kedua insan didepannya saling pandang seraya membulatkan mata.

"Apa maksudmu?" Tanya bibi Kim penuh keseriusan. Jungkook mencoba menggerakkan bibirnya lagi namun rasa sakit tiba-tiba datang hingga ia harus meringis membuat bibi Kim dengan sigap memencet tombol dibawah kasur dengan gusar.

Namjoon dan istrinya menunggu dengan penuh kecemasan. Jari jemari bibi Kim saling berpagutan gusar diatas pahanya. Namjoon meraih tangan Kim, menghangatkannya dengan suhu telapaknya hingga Kim menatap wajah namja teman hidupnya.

"Apakah Jungkook baru saja melihat Taehyung?" Kim terlihat sangat ketakutan. Ia tak ingin bahwa Jungkook bertemu dengan orang yang telah lama pergi.

"Kita belum tahu. Tapi jika pun Jungkook bertemu dengan kakaknya, kita harap itu hanya dalam mimpi. Taehyung tidak mungkin tega membawa Jungkook."

Di kursi koridor depan kamar Jungkook ini Namjoon memeluk tubuh sang istri untuk menenangkan. Mengatakan bahwa Taehyung yang telah lama meninggal tak akan pernah berniat membawa adiknya pergi.

~~~

Jungkook sudah mulai tenang, dokter telah memberinya obat nyeri untuk mengurangi rasa sakit. Kaki kiri dengan perban tebal, wajah penuh lebam dan darah kering, tangan yang di gyps karena patah tulang masih menjadi pemandangan tak mengenakkan bagi Namjoon dan sang istri. Beruntung dokter telah mengganti masker oksigen dengan selang nasal, sehingga memudahkan baginya untuk berkomunikasi.

"Jungkook makan ya agar cepat sembuh." Bibi Kim menyuapi Jungkook yang masih berbaring dengan dua bantal dibelakang tengkuknya. Dengan sangat pelan, mulut mungil itu membuka kecil.

"Apa yang kau maksud dengan Taehyung hyung? Apa kau merindukannya?" Tanya Kim seraya menyuapi Jungkook dengan bubur tawar.

"Aku melihatnya. Dia disini tadi." Ucap Jungkook pelan membuat Namjoon menoleh pada istrinya begitu pun sebaliknya.

Kim akhirnya beralih menatap Jungkook, tersenyum tipis sembari melanjutkan suapannya.

"Itu karena kau merindukannya."

Jungkook termenung, menunduk dalam hingga ia menghentikan kunyahan di mulutnya.

Bibi Kim dan Namjoon yang turut menyadari itu menghela nafas.

"Bagaimana kalau Jungkook-ie sembuh nanti kita temui Taehyung hyung?" Jungkook mendongak menatap manik indah bibi Kim yang kini tersenyum padanya. Ia mengangguk semangat lalu menelan bubur dengan cepat.

~~~

Tiga hari di rumah sakit Jungkook sudah mulai membaik. Walau di sekujur tubuhnya masih terlihat lebam dan terasa sakit namun ia sangat bersemangat untuk pulang. Kini pun namja bergigi kelinci itu merengek ingin segera pergi dari tempat berbau obat itu.

My Eyes is Yours 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang