23

966 102 15
                                    

Sebuah ruangan gelap nan kotor berisikan barang-barang tak terpakai menjadi teman Jungkook. Selama satu hari satu malam, bocah bergigi kelinci itu belum juga membuka mata. Tubuhnya yang terikat kuat di sebuah kursi kayu tak bergerak sama sekali. Lalat dan beberapa serangga semakin senang menghinggap di tubuh pemuda itu.

Decitan pintu kayu terdengar jelas menggema. Siluet seorang pemuda lain masuk membelakangi cahaya. Bibir tebal sang namja berbahu lebar itu tersenyum miring, melangkah masuk dengan pelan disertai seringaian.

Jemari panjangnya membelai lembut garis rahang Jungkook. Terkekeh senang menyadari jika orang yang selama ini membuat hatinya resah kini telah ia taklukkan. Tidak ada lagi manusia perusuh dalam hidupnya. Seokjin tertawa menang hingga terbahak-bahak. Terdengar mengerikan dan menakutkan bagi siapa saja yang mendengar tawanya.

"Aku pastikan kalian tak akan pernah bertemu lagi! Taehyung hanya milikku. Tidak ada orang yang bisa mengambilnya dariku meskipun dia keluarganya." Ujarnya dingin.

Cahaya dari balik pintu kembali menusuk masuk mengisi ruangan. Seokjin berbalik badan, lagi-lagi lengkungan bibirnya tergambar jelas saat sahabat setianya sudah tiba.

"Tambah dosisnya lagi, Hankyung. Aku ingin dia mati perlahan dengan cara yang halus. Taehyung akan marah padaku jika adik butanya ini kesakitan." Seokjin berujar dengan mimik dibuat kasihan, nyatanya dalam hati ia sangat menyukai situasi ini, dimana musuhnya akan kalah ditangannya.

"Jangan khawatir, Seokjin. Serahkan semuanya padaku." Hankyung mulai membuka tas kotaknya yang ia tenteng dari rumah.

"Good Job!" Seokjin lantas memberinya jempol atas kerja Hankyung.

Hankyung memang merupakan dokter andalan serta dokter saraf pribadi keluarga Seokjin. Ia dipercaya di keluarga Kim sejak lima tahun lalu. Disamping menjadi sahabat, Hankyung rela menjadi partner kejahatan Seokjin sebab uang yang dijanjikan tidaklah kecil. Hankyung dapat membeli rumah tingkat dua dengan mudah meski hanya menyuntikkan cairan peluruh saraf pusat pada Jungkook.

Suntikan kecil transparan ia isi dengan cairan bening. Meneteskan setetes cairan itu, menyingkap kemeja Jungkook lantas mulai mencari titik kulit lengan atas pemuda kelinci itu. Meski ia sudah memberi suntikan serupa kemarin sore saat Seokjin membawanya ke rumah lama ini, ia tak bisa menolak permintaan Seokjin. Seokjin memerintahnya untuk menyuntikkan cairan itu sehari sekali dengan dosis yang terus bertambah setiap harinya.

Hari ini adalah suntikan kedua yang ia lakukan. Hankyung telah memastikan saraf kepala Jungkook yang pertama kali terkena imbasnya.

Selesai menyuntikkan cairan itu, Hankyung menatap pelipis Jungkook yang masih membengkak. Ulah Seokjin kemarin sore sebab Jungkook memberontak dan mencoba kabur saat hendak diikat. Hingga darah Jungkook menetes deras membasahi lantai dapur rumah ini.

"Luka ini tidak lama lagi akan melebar. Kita tunggu saja infeksinya. Tidak perlu cairan ini pun, bocah ini akan mati perlahan, Seokjin." Ujarnya menunjuk pelipis Jungkook. Seokjin tersenyum licik. Ia puas dengan kinerja Hankyung.

"Hahaha kau memang pintar, Hankyung." Pujinya.

"Oh iya, apa mereka tidak curiga?" Tanya Hankyung penasaran. Ia tak melihat kekhawatiran di wajah Seokjin terkait sang adik.

"Tidak. Mereka semua itu bodoh. Padahal kemarin aku mendengar mereka datang kesini. Tapi yahh memang tidak punya otak. Fokus mereka hanya pada dapur yang dikotori darah. Ruang rahasia ini akan tetap aman."

Seokjin membanggakan diri. Menatap ruangan rahasia yang ia tempati sekarang, yang hanya dia seorang yang tahu. Taehyung pun tak pernah tahu tentang ruang bawah tanah ini. Pintu masuk tidak terlihat sebab terletak dibalik lemari raksasa.

My Eyes is Yours 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang